Hari-hari berlalu, dan Anton menghilang tanpa jejak. Hanya berita mengenai hilangnya orang-orang serakah yang mengisi koran. Keberadaan harta menumpuk di sekitar baobab seolah lebih berharga daripada nyawa manusia.
Setiap kali pohon itu tumbuh lagi, mereka yang bersedia mengabaikan panggilan hati mereka, menemukan diri mereka terjerat dalam belenggu tak berujung.
Suatu malam, sebuah rumah di dekat baobab dibakar oleh warga yang ketakutan, berusaha menghancurkan pohon tersebut.
Meskipun api memakan habis pagar dan dinding kayu, baobab tetap berdiri kokoh, tersenyum dengan dahan dan daunnya yang melambai.
Kilatan cahaya misterius berkilauan dari dalam tubuhnya, seolah-olah menjanjikan harta berlimpah bagi mereka yang berani mendekat.
Tetapi kini, delapan tahun telah berlalu. Baobab sudah dua kali tumbuh di Jakarta, memangsa lebih banyak jiwa serakah.
Suara-suara ketakutan menyebar di antara warga, menceritakan kisah Anton dan orang-orang lainnya yang telah menghilang.
Kisah-kisah nafsu dan penyesalan, terperangkap dalam dahan raksasa hingga seribu tahun ke depan.
Di tengah malam, saat kehidupan Jakarta bergerak kembali, baobab yang pertama kali muncul kembali merentangkan cabangnya, seperti mengingatkan mereka bahwa serakah akan selalu ada konsekuensi.
Di saat itu, mereka yang mencintai harta lebih dari segalanya akan selalu menjadi mangsa. Satu-satunya hukum yang ada di bawah bayang-bayang baobab yang kuat adalah: Jangan sekali pun mendekat jika hatimu dipenuhi ketamakan.