Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kopi dan Hujan Tengah Hari

12 Desember 2024   15:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   19:54 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi kopi dan hujan, olahan GemAIBot, dokpri)

Secara sosial, politisi oportunis merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi demokrasi. Janji yang sekadar alat manipulasi menciptakan skeptisisme yang menghambat partisipasi aktif. Hubungan patron-klien juga dominan, menciptakan ketergantungan pada individu tertentu untuk mengakses layanan publik.

Fenomena ini memicu polarisasi sosial. Kelompok yang diuntungkan membela politisi secara tidak kritis, sementara kelompok yang dirugikan terpinggirkan. Ketimpangan ini merusak solidaritas dan memicu konflik horizontal, menghambat realisasi nilai keadilan sosial.

4. Perspektif Antropologi: Warisan Feodalisme dan Politik Dinasti

Dalam budaya politik Indonesia, politisi oportunis memanfaatkan nilai-nilai tradisional seperti gotong-royong untuk membangun citra. Namun, praktik ini sering kali hanya membela kepentingan klan atau kelompok kecil. Politik dinasti menjadi manifestasi dari warisan feodal yang masih bertahan, di mana kekuasaan dianggap sebagai aset keluarga.

Simbol-simbol budaya lokal juga dimanfaatkan untuk legitimasi politik, tetapi sering kali mengkhianati nilai asli seperti keadilan dan tanggung jawab kolektif. Akibatnya, budaya lokal menjadi alat politik semata, merusak maknanya di mata masyarakat.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Reformasi Politik: Menuju Etika dan Moral yang Berkelanjutan

1. Prinsip Etika dan Moral

Etika politik harus berlandaskan keadilan, transparansi, dan tanggung jawab. Politisi perlu menempatkan pelayanan masyarakat di atas ambisi pribadi, dengan keberanian untuk menolak korupsi, nepotisme, dan politik uang. Moralitas politik juga harus menjaga kepercayaan masyarakat melalui teladan yang menginspirasi.

2. Pembatasan Jabatan dan Dinasti Politik

Pembatasan jabatan menjadi langkah strategis untuk memutus dominasi politik dinasti. Misalnya, membatasi satu posisi hanya untuk dua periode, serta melarang pasangan atau anak pejabat mencalonkan diri di wilayah yang sama. Transparansi dan pengawasan harus diperkuat, dengan pemberdayaan lembaga independen seperti KPK dan Ombudsman.

3. Edukasi dan Literasi Politik Masyarakat

Meningkatkan literasi politik adalah kunci. Pemilih harus diajarkan untuk memilih berdasarkan visi kandidat, bukan popularitas. Edukasi politik yang masif diperlukan untuk mengurangi praktik transaksional dan memperkuat kontrol masyarakat terhadap kekuasaan.

4. Reformasi Partai Politik

Partai politik perlu mereformasi sistem seleksi kandidat, memprioritaskan kompetensi, rekam jejak, dan komitmen pelayanan publik. Praktik "karier keluarga" harus dihapuskan demi menciptakan sistem yang lebih inklusif dan adil.

Kesimpulan: Membangun Politik yang Bermartabat

Politisi oportunis adalah cerminan dari sistem yang lemah dan budaya patronase. Untuk membangun demokrasi yang sehat, Indonesia harus menerapkan reformasi politik holistik, mulai dari pemimpin yang berintegritas, partai yang bertanggung jawab, hingga masyarakat yang teredukasi secara politik. 

Dengan menanamkan nilai keadilan, transparansi, dan tanggung jawab, kita bisa memutus mata rantai politik oportunis dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk bangsa. Sistem politik yang bermartabat akan melahirkan generasi pemimpin yang tidak hanya bijak, tetapi juga berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun