"Nila, ayo kita coba. Tak ada salahnya, kan?" Rizal berusaha optimis meski ingatan akan kabar burung tentang kedai ini tidak bisa lepas dari pikirannya.
Saat Pak Darto menghidangkan dua cangkir teh, aroma herbal yang semestinya menyegarkan bercampur dengan bau amis yang menyengat dari dalam tanah. Namun, ketika mereka mencicipi, sensasi aneh merayap di tubuh mereka. Rizal merasakan sesuatu yang menjalar di tenggorokannya, dan Nila merasa seolah ada bisikan halus menyusup ke telinganya.
"Ini... sangat aneh," keluh Rizal, sambil menggenggam cangkir dengan tangan gemetar.
"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini," Nila menambahkan, menilai Pak Darto yang berdiri di belakang mereka dengan senyum semakin lebar.
Mendadak, suasana di dalam kedai mulai berubah. Suara dentingan logam dan bisikan menggema, seakan mengingatkan mereka pada janji-janji manis yang tak terpenuhi. Lampu tunggal berkelap-kelip, menciptakan bayangan menyeramkan di dinding, seperti banyak wajah-wajah rentan yang tak terhitung jumlahnya.
"Kita harus pergi dari sini!" seru Rizal, panik. Namun langkahnya terhenti saat Pak Darto menahan mereka, "Belum saatnya kalian pergi, anak muda. Malam ini adalah malam di mana kebenaran terungkap lewat teh ini."
Apa maksudnya? Mereka saling menatap, lalu mengalihkan pandangan ke cangkir di depan mereka. Dalam sekejap, bayangan gelap melintas di dalam cangkir, membentuk sosok-sosok yang tampak familiar namun kosong, wajah-wajah penuh kesedihan.
Nila berteriak, "Rizal! Apa yang terjadi?"
Dengan gemetar, Rizal mengulurkan tangan ke cangkir dan melihat lebih dekat. "Ada sesuatu yang tidak benar. Ini... tidak baik."
Tiba-tiba, suara-suara lirih mulai mengalun, "Kembalikan hak kami, kembalikan!" teriakan yang penuh kesedihan menyelimuti ruangan. Pak Darto tertawa sinis, "Mereka hanyalah ingatan dari para korban yang terperangkap dalam permainan ini. Begitu banyak yang telah hilang karena keserakahan dan janji manis yang terucap."
Nila berusaha bangkit, tetapi kakinya seolah terikat. "Pak, kami tidak mau ikut permainan ini!" teriaknya penuh ketakutan.