Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

[HOROR SABTU KLIWON]: Aroma Amis di Kedai Dak Darto

6 Desember 2024   23:56 Diperbarui: 6 Desember 2024   23:57 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Rizal dan Nila mencari kedai Pak Darto, olahan GemAIBot, dokpri)

"Aku tidak sedang bermain. Teh ini adalah medium untuk mendengarkan jeritan mereka yang terkurung oleh keserakahan," jawab Pak Darto dengan tatapan semakin menakutkan.

Tanpa berpikir panjang, Rizal menumpahkan sisa teh ke lantai, berharap bisa menghentikan semua ini. Namun, bayangan-bayangan itu justru merayap lebih dekat, kedinginan menembus kulit mereka, seolah mengundang mereka terbenam lebih dalam ke dalam kegelapan.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Akhirnya, mereka berdua sepakat untuk melarikan diri dari kedai itu. Dalam kepanikan, meskipun langkah terasa terikat, mereka berhasil membuka pintu dan melarikan diri ke malam yang kelam. Dalam kepanikan, mereka tidak berani menengok ke belakang, hanya meneruskan langkah tanpa tujuan.

Sejak malam itu, kedai Pak Darto menjadi tempat yang selalu mereka hindari. Namun, rasa penasaran tidak pernah sepenuhnya lenyap. Setiap kali mereka melewati kebun teh di dalam tanah tambang, bisikan dari masa lalu kembali mengingatkan mereka bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dan kelam di balik teh yang pernah mereka cicipi.

Rizal dan Nila terjebak dalam rasa ingin tahu yang terus mengganggu, terikat selamanya pada kenangan menakutkan di Kedai Pak Darto. Meskipun mereka berusaha melupakan, suara-suara itu terkadang kembali mengusik malam mereka, menegaskan bahwa pesta teh malam Sabtu Kliwon bukan sekadar pesta: itu adalah penahanan ingatan bagi semua yang ditinggalkan dan terabaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun