Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

[HOROR SABTU KLIWON]: Aroma Amis di Kedai Dak Darto

6 Desember 2024   23:56 Diperbarui: 6 Desember 2024   23:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nila, ayo kita coba. Tak ada salahnya, kan?" Rizal berusaha optimis meski ingatan akan kabar burung tentang kedai ini tidak bisa lepas dari pikirannya.

Saat Pak Darto menghidangkan dua cangkir teh, aroma herbal yang semestinya menyegarkan bercampur dengan bau amis yang menyengat dari dalam tanah. Namun, ketika mereka mencicipi, sensasi aneh merayap di tubuh mereka. Rizal merasakan sesuatu yang menjalar di tenggorokannya, dan Nila merasa seolah ada bisikan halus menyusup ke telinganya.

"Ini... sangat aneh," keluh Rizal, sambil menggenggam cangkir dengan tangan gemetar.

"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini," Nila menambahkan, menilai Pak Darto yang berdiri di belakang mereka dengan senyum semakin lebar.

Mendadak, suasana di dalam kedai mulai berubah. Suara dentingan logam dan bisikan menggema, seakan mengingatkan mereka pada janji-janji manis yang tak terpenuhi. Lampu tunggal berkelap-kelip, menciptakan bayangan menyeramkan di dinding, seperti banyak wajah-wajah rentan yang tak terhitung jumlahnya.

"Kita harus pergi dari sini!" seru Rizal, panik. Namun langkahnya terhenti saat Pak Darto menahan mereka, "Belum saatnya kalian pergi, anak muda. Malam ini adalah malam di mana kebenaran terungkap lewat teh ini."

Apa maksudnya? Mereka saling menatap, lalu mengalihkan pandangan ke cangkir di depan mereka. Dalam sekejap, bayangan gelap melintas di dalam cangkir, membentuk sosok-sosok yang tampak familiar namun kosong, wajah-wajah penuh kesedihan.

Nila berteriak, "Rizal! Apa yang terjadi?"

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Dengan gemetar, Rizal mengulurkan tangan ke cangkir dan melihat lebih dekat. "Ada sesuatu yang tidak benar. Ini... tidak baik."

Tiba-tiba, suara-suara lirih mulai mengalun, "Kembalikan hak kami, kembalikan!" teriakan yang penuh kesedihan menyelimuti ruangan. Pak Darto tertawa sinis, "Mereka hanyalah ingatan dari para korban yang terperangkap dalam permainan ini. Begitu banyak yang telah hilang karena keserakahan dan janji manis yang terucap."

Nila berusaha bangkit, tetapi kakinya seolah terikat. "Pak, kami tidak mau ikut permainan ini!" teriaknya penuh ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun