Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilihlah Pemimpin yang 'Pro-Lima'

9 Oktober 2024   21:27 Diperbarui: 9 Oktober 2024   21:27 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Di sisi lain, banyak perempuan muda yang menikah dini terpaksa mengabaikan pendidikan mereka, yang berujung pada rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Pemimpin yang peduli terhadap masalah ini harus berani mendorong kebijakan-kebijakan yang melarang perkawinan di bawah umur dan memberikan dukungan penuh kepada program kesehatan yang khusus menangani remaja dan perempuan muda.

Lebih dari sekadar kampanye penyadaran, pemimpin yang visioner juga akan mendorong pembentukan program-program yang memungkinkan para remaja untuk memahami pentingnya kesehatan reproduksi sejak dini, serta mendukung mereka dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait masa depan mereka. 

Pendidikan yang komprehensif tentang kesehatan reproduksi harus melibatkan tidak hanya remaja, tetapi juga keluarga, sekolah, dan komunitas secara lebih luas.

Dengan pendekatan ini, diharapkan para orang tua dan tokoh masyarakat juga turut berperan aktif dalam memerangi perkawinan usia dini, melalui sosialisasi yang efektif dan penerapan hukum yang lebih tegas. Selain itu, pemimpin harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga kesehatan dan sosial untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang ramah remaja, sehingga anak muda dapat mengakses layanan kesehatan reproduksi dengan lebih mudah dan tanpa stigma.

Selain itu, tingginya angka perceraian akibat perkawinan usia dini juga menjadi bukti nyata dampak sosial yang merugikan dari praktik ini. Ketidakmatangan emosional dan kurangnya persiapan mental sering kali membuat pasangan muda tidak mampu mengatasi tantangan dalam kehidupan pernikahan, yang berujung pada ketidakstabilan rumah tangga. Akibatnya, keluarga-keluarga muda ini kerap terjebak dalam siklus kemiskinan, dengan dampak buruk yang juga dirasakan oleh anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut.

Pemimpin yang pro-kesehatan reproduksi harus memperjuangkan tidak hanya pendidikan, tetapi juga program pencegahan perceraian melalui konseling pra-nikah dan edukasi berkelanjutan mengenai pernikahan yang sehat. 

Program-program ini bertujuan membangun kesadaran akan pentingnya kesiapan emosional dan ekonomi dalam berkeluarga, demi menciptakan generasi yang lebih stabil secara sosial dan emosional. 

Langkah-langkah ini akan memberikan ruang bagi generasi muda, terutama perempuan, untuk merencanakan masa depan yang lebih cerah, baik dari sisi pendidikan, kesehatan, maupun karier.

(ilustrasi dinamika hidup Gen Z, olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi dinamika hidup Gen Z, olahan GemAIBot, dokpri)

Pro-Generasi Z: Penguatan Mental di Tengah Tantangan

Generasi Z tumbuh di era digital yang serba cepat, di mana arus informasi tak terbendung dan tekanan sosial hadir dalam bentuk yang berbeda dari generasi sebelumnya. Paparan media sosial yang intens, standar kesuksesan yang semakin tinggi, serta tantangan ekonomi dan lingkungan global memaksa mereka untuk menghadapi tekanan hidup yang sangat kompleks.

Pemimpin yang peduli pada Generasi Z harus menyadari bahwa mereka membutuhkan lebih dari sekadar akses pendidikan dan pekerjaan; mereka memerlukan dukungan yang menyeluruh dalam hal penguatan mental. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun