Dengan kolaborasi bersama dunia usaha dan pendidikan, program pelatihan kerja dan magang yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja dapat difasilitasi. Ini akan memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan kerja yang semakin ketat.
Lebih jauh lagi, dorongan terhadap wirausaha muda juga harus diperkuat dengan akses permodalan, pendampingan bisnis, dan kebijakan yang mendukung UMKM.
 Dengan demikian, anak muda tidak hanya menjadi pencari kerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja, mendorong kreativitas dan inovasi lokal yang akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi daerah secara mandiri dan berkelanjutan.
Pro-Kesehatan Reproduksi bagi Perkawinan Usia Dini
Perkawinan usia dini tidak hanya membawa dampak serius terhadap kesehatan reproduksi, tetapi juga menghambat perkembangan psikologis dan sosial perempuan muda. Mereka sering kali dipaksa menghadapi tanggung jawab besar di usia yang seharusnya masih dihabiskan untuk belajar dan mengembangkan diri.Â
Dampak kesehatan seperti komplikasi saat melahirkan, risiko tinggi kematian ibu dan bayi, serta rendahnya akses terhadap layanan kesehatan reproduksi yang memadai menjadi masalah yang sangat nyata.
Di sisi lain, banyak perempuan muda yang menikah dini terpaksa mengabaikan pendidikan mereka, yang berujung pada rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.Â
Pemimpin yang peduli terhadap masalah ini harus berani mendorong kebijakan-kebijakan yang melarang perkawinan di bawah umur dan memberikan dukungan penuh kepada program kesehatan yang khusus menangani remaja dan perempuan muda.
Lebih dari sekadar kampanye penyadaran, pemimpin yang visioner juga akan mendorong pembentukan program-program yang memungkinkan para remaja untuk memahami pentingnya kesehatan reproduksi sejak dini, serta mendukung mereka dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait masa depan mereka.Â
Pendidikan yang komprehensif tentang kesehatan reproduksi harus melibatkan tidak hanya remaja, tetapi juga keluarga, sekolah, dan komunitas secara lebih luas.
Dengan pendekatan ini, diharapkan para orang tua dan tokoh masyarakat juga turut berperan aktif dalam memerangi perkawinan usia dini, melalui sosialisasi yang efektif dan penerapan hukum yang lebih tegas.Â
Selain itu, pemimpin harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga kesehatan dan sosial untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang ramah remaja, sehingga anak muda dapat mengakses layanan kesehatan reproduksi dengan lebih mudah dan tanpa stigma.