Selain itu, tingginya angka perceraian akibat perkawinan usia dini juga menjadi bukti nyata dampak sosial yang merugikan dari praktik ini.Â
Ketidakmatangan emosional dan kurangnya persiapan mental sering kali membuat pasangan muda tidak mampu mengatasi tantangan dalam kehidupan pernikahan, yang berujung pada ketidakstabilan rumah tangga.Â
Akibatnya, keluarga-keluarga muda ini kerap terjebak dalam siklus kemiskinan, dengan dampak buruk yang juga dirasakan oleh anak-anak yang lahir dari pernikahan tersebut.
Pemimpin yang pro-kesehatan reproduksi harus memperjuangkan tidak hanya pendidikan, tetapi juga program pencegahan perceraian melalui konseling pra-nikah dan edukasi berkelanjutan mengenai pernikahan yang sehat.Â
Program-program ini bertujuan membangun kesadaran akan pentingnya kesiapan emosional dan ekonomi dalam berkeluarga, demi menciptakan generasi yang lebih stabil secara sosial dan emosional.Â
Langkah-langkah ini akan memberikan ruang bagi generasi muda, terutama perempuan, untuk merencanakan masa depan yang lebih cerah, baik dari sisi pendidikan, kesehatan, maupun karier.
Pro-Generasi Z: Penguatan Mental di Tengah Tantangan
Generasi Z tumbuh di era digital yang serba cepat, di mana arus informasi tak terbendung dan tekanan sosial hadir dalam bentuk yang berbeda dari generasi sebelumnya. Paparan media sosial yang intens, standar kesuksesan yang semakin tinggi, serta tantangan ekonomi dan lingkungan global memaksa mereka untuk menghadapi tekanan hidup yang sangat kompleks.
Pemimpin yang peduli pada Generasi Z harus menyadari bahwa mereka membutuhkan lebih dari sekadar akses pendidikan dan pekerjaan; mereka memerlukan dukungan yang menyeluruh dalam hal penguatan mental.Â
Program-program yang memfokuskan pada pengelolaan stres, keterampilan komunikasi, serta peningkatan kemampuan menyelesaikan masalah akan sangat penting untuk membantu mereka menghadapi tantangan hidup modern dengan lebih matang.
Selain itu, dengan adanya platform digital yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari mereka, program literasi digital yang bertujuan mengurangi dampak negatif penggunaan media sosial juga menjadi kebutuhan mendesak.