Melalui perjuangannya, Romo Mangun memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk tidak diam ketika melihat ketidakadilan, tetapi bertindak dan melawan, meskipun harus menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar.
Keenam, Spiritualitas dan Etika
Sebagai seorang imam Katolik, Romo Mangun menggunakan keyakinan dan nilai-nilai spiritualnya untuk membimbing aksi sosial dan politiknya.
Bagi Mangun, etika dan moralitas harus selalu menjadi bagian dari diskusi tentang pembangunan dan kebijakan publik. Ini mungkin yang mulai luntur akhir-akhir ini. Penggusuran dengan memakai "tangan besi", seakan dengan ganti untung semua persoalan beres.
Spiritualitas Romo Mangunwijaya adalah fondasi dari seluruh pemikiran dan tindakannya, baik dalam ranah sosial maupun politik.
Sebagai seorang imam Katolik, ia sangat meyakini bahwa keyakinan iman tidak bisa dipisahkan dari perjuangan membela keadilan dan martabat manusia. Ia selalu menekankan bahwa aksi sosial yang ia lakukan bukan hanya didasari oleh ideologi politik, tetapi juga oleh etika dan moralitas yang bersumber dari ajaran kasih dan keadilan dalam agama Katolik.
Romo Mangun percaya bahwa iman tanpa perbuatan adalah kosong, dan oleh karena itu, keyakinan religiusnya menjadi bahan bakar bagi komitmennya untuk memperjuangkan hak-hak kaum lemah, melawan ketidakadilan, serta membela lingkungan.
Baginya, setiap kebijakan publik dan pembangunan harus melewati uji etika dan moral, dan tidak boleh hanya berfokus pada keuntungan material atau ekonomi semata.
Dalam pandangan Romo Mangun, pembangunan yang etis adalah pembangunan yang mempertimbangkan dampaknya terhadap manusia dan alam.
Ia menentang keras praktik-praktik pembangunan yang menggunakan "tangan besi," di mana penggusuran dilakukan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dan hak-hak masyarakat yang terdampak.
Romo Mangun sering mengkritik kebijakan yang hanya menawarkan ganti untung sebagai solusi, seolah-olah uang bisa menggantikan rasa keadilan dan kehilangan yang dialami masyarakat yang tergusur dari tanah mereka.