Andini menatap ayahnya dengan penuh perhatian. "Terus, Ayah nyesel nggak?"
"Nggak. Semua itu pelajaran, Din. Dan sekarang, aku nggak mau melakukan hal yang sama ke kamu. Aku ingin kamu punya kebebasan lebih, tapi aku juga ingin kita tetap dekat."
Andini tersenyum kecil. "Aku tahu, Ayah. Maaf kalau aku kadang susah diajak ngomong. Kadang aku cuma butuh waktu sendiri."
"Kamu nggak perlu minta maaf, Nak. Itu wajar. Aku juga dulu begitu," jawab Ardi sambil mengusap kepala Andini. "Yang penting, kita bisa ngobrol kayak gini kapan saja kamu siap."
Malam itu, Ardi merasa beban di pundaknya berkurang. Ia menyadari bahwa setiap hubungan memiliki tantangan dan perbedaannya masing-masing. Tidak ada resep pasti dalam mendekatkan hubungan orang tua dan anak. Namun, dengan komunikasi yang terbuka dan rasa saling menghormati, jembatan yang sempat renggang bisa diperbaiki. Pengalaman ini mengajarkannya bahwa sebagai orang tua, tugasnya bukan hanya mengarahkan, tapi juga mendengarkan dan memahami.
[Dalam perjalanan hidup yang serba cepat ini, kadang kita lupa bahwa anak-anak kita juga butuh ruang untuk berkembang, untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri. Seperti yang diajarkan oleh Keluarga Kudus, cinta kasih adalah fundasi yang kuat dalam hubungan keluarga. Dengan kasih, kesabaran, dan pengorbanan, sebuah keluarga bisa menemukan kembali jembatan yang pernah hilang.]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H