Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jembatan yang Renggang

20 September 2024   18:24 Diperbarui: 21 September 2024   21:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar olahan GemAIbot oleh penulis)

Andini menatap ayahnya dengan penuh perhatian. "Terus, Ayah nyesel nggak?"

"Nggak. Semua itu pelajaran, Din. Dan sekarang, aku nggak mau melakukan hal yang sama ke kamu. Aku ingin kamu punya kebebasan lebih, tapi aku juga ingin kita tetap dekat."

Andini tersenyum kecil. "Aku tahu, Ayah. Maaf kalau aku kadang susah diajak ngomong. Kadang aku cuma butuh waktu sendiri."

"Kamu nggak perlu minta maaf, Nak. Itu wajar. Aku juga dulu begitu," jawab Ardi sambil mengusap kepala Andini. "Yang penting, kita bisa ngobrol kayak gini kapan saja kamu siap."

(gambar olahan GemAIbot oleh penulis)
(gambar olahan GemAIbot oleh penulis)

Malam itu, Ardi merasa beban di pundaknya berkurang. Ia menyadari bahwa setiap hubungan memiliki tantangan dan perbedaannya masing-masing. Tidak ada resep pasti dalam mendekatkan hubungan orang tua dan anak. Namun, dengan komunikasi yang terbuka dan rasa saling menghormati, jembatan yang sempat renggang bisa diperbaiki. Pengalaman ini mengajarkannya bahwa sebagai orang tua, tugasnya bukan hanya mengarahkan, tapi juga mendengarkan dan memahami.

[Dalam perjalanan hidup yang serba cepat ini, kadang kita lupa bahwa anak-anak kita juga butuh ruang untuk berkembang, untuk belajar dari pengalaman mereka sendiri. Seperti yang diajarkan oleh Keluarga Kudus, cinta kasih adalah fundasi yang kuat dalam hubungan keluarga. Dengan kasih, kesabaran, dan pengorbanan, sebuah keluarga bisa menemukan kembali jembatan yang pernah hilang.]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun