Sambaladi tertawa melihat reaksi suaminya. "Aku tahu kamu akan suka. Ini adalah salah satu bumbu kacang yang tidak banyak orang tahu, tapi sekali mencoba, pasti akan terus mencari."
***
Malam itu, Sambaladi merasa kembali menemukan makna di balik setiap bumbu kacang yang ia buat. Itu bukan sekadar tentang rasa, melainkan tentang kenangan, tentang rumah, dan tentang bagaimana makanan bisa menghubungkan kita dengan masa lalu dan orang-orang yang kita cintai. Setiap kali ia membuat bumbu kacang, ia seperti menghidupkan kembali momen-momen kebersamaan dengan ibunya dan keluarganya yang tak pernah pudar dari ingatannya. Itulah cinta yang terus hidup, yang selalu bersemi setiap kali menumbuk kacang, setiap kali menikmati sayur rebus dengan taburan sambal kacang di atasnya. Itulah cinta yang lestari.
Bumbu kacang bukan sekadar pelengkap, melainkan inti dari kehangatan yang selalu dia cari dalam setiap hidangan. Dan sekarang, dia bisa berbagi kehangatan itu dengan Sambalado, dengan cara yang sama seperti ibunya dulu. Rasa yang tak terlupakan, itulah yang selalu ia temukan di balik setiap sendok bumbu kacang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H