Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasa yang Tak Terlupakan

16 September 2024   19:45 Diperbarui: 16 September 2024   20:00 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar olahan AI oleh penulis)

"Ini bukan sekadar soal memasak," ucap ibunya lembut. "Ini tentang merangkai kenangan dan rasa."

Sambaladi mulai mengerti bahwa setiap kali ibunya membuat bumbu kacang, ada lebih dari sekadar kacang dan rempah. Ada cinta, ada kesabaran, dan ada kehangatan keluarga yang tak pernah hilang. Bahkan di saat-saat sulit, ketika hidup sepertinya berjalan lebih lambat dan berat, bumbu kacang tetap menjadi penawar yang ampuh. Hidangan itu seperti membawa mereka kembali ke inti kebahagiaan yang sederhana.

***

(gambar olahan AI oleh penulis)
(gambar olahan AI oleh penulis)

Sambaladi tersenyum saat bumbu kacangnya mulai terbentuk di cobek. Kali ini, dia tidak hanya membuatnya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk Sambalado yang mulai ikut menikmati bumbu kacang di banyak hidangan mereka. Seperti ritual, Sambaladi selalu merasakan setiap tumbukan dan membayangkan sentuhan kasih sayang yang dulu ibunya berikan melalui bumbu ini. Setelah bumbu selesai, dia mencicipinya sedikit dengan ujung sendok. Rasa gurih yang manis dengan sedikit pedas membuatnya menutup mata sesaat. Rasanya benar-benar membawa pulang.

Sambalado datang ke dapur, matanya bersinar ketika melihat hidangan yang sudah siap. "Hari ini pecel lagi?" tanyanya dengan senyum lebar. Sambaladi mengangguk sambil tertawa kecil.

"Selalu pecel," jawabnya.

Sambil menyantap pecel bersama, Sambaladi dan Sambalado membicarakan banyak hal. Seperti bumbu kacang yang menyatukan banyak rasa dalam harmoni, obrolan mereka juga menyatu dengan baik. Makanan memang memiliki kekuatan seperti itu - bukan hanya soal mengisi perut, tapi juga mengisi hati. Mereka saling berbagi cerita tentang masa kecil mereka, tentang makanan-makanan yang selalu mengingatkan mereka pada rumah.

"Ngomong-ngomong," Sambaladi tersenyum nakal. "Kamu mau coba resep baru yang aku temukan?"

Sambalado mengangguk antusias. Sambaladi berjalan ke lemari dan mengambil sesuatu yang disembunyikannya dari pandangan. Itu adalah sebotol kecil sambal tumpang, sebuah bumbu kacang khas daerahnya yang sedikit berbeda dari yang biasanya dibuat. "Ini sambal kacang dengan tempe busuk. Namanya sambal tumpang. Rasanya unik banget, kamu pasti suka."

Sambalado agak ragu, tapi dia mencobanya. Begitu suapan pertama masuk ke mulutnya, matanya langsung membesar. "Ini... luar biasa!" serunya. Rasa tempe busuk yang gurih berpadu dengan kacang dan rempah-rempah yang kaya memberikan sensasi rasa yang baru namun tetap akrab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun