Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kok Dia Glossofobia, sih?

8 Agustus 2024   12:18 Diperbarui: 8 Agustus 2024   12:33 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Penting bagi orang tua dan pendidik untuk mendeteksi tanda-tanda kecemasan sosial sejak dini dan memberikan dukungan serta pemahaman yang diperlukan. Dengan membantu anak memproses pengalaman negatif mereka dan membangun kembali rasa percaya diri, mereka dapat belajar mengatasi ketakutan ini dan berpartisipasi aktif dalam interaksi sosial.

Kedua, Kurangnya Kepercayaan Diri. Rasa tidak percaya diri atau merasa tidak layak bisa memperburuk ketakutan terhadap berbicara dengan orang lain. Kurangnya kepercayaan diri memang bisa menjadi faktor yang memperparah glossofobia. 

Ketika seseorang merasa tidak yakin akan kemampuan mereka, terutama dalam berbicara di depan umum atau dalam situasi sosial, mereka cenderung meragukan diri sendiri dan takut membuat kesalahan. Perasaan tidak layak ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti kritik yang diterima di masa lalu, perbandingan dengan orang lain, atau standar tinggi yang mereka tetapkan untuk diri sendiri.

Ketika kepercayaan diri rendah, seseorang mungkin cenderung 1) Berfokus pada kelemahan. Mereka lebih memikirkan kelemahan atau kekurangan mereka daripada kelebihan, sehingga menghambat kemampuan mereka untuk berbicara dengan percaya diri. 2) Menghindari situasi sosial. Karena takut gagal atau dinilai negatif, mereka mungkin menghindari situasi ketika mereka harus berbicara di depan orang lain, yang justru memperkuat rasa takut mereka. 3) Mengalami kecemasan berlebihan. Kurangnya kepercayaan diri bisa meningkatkan kecemasan dan menyebabkan mereka merasa panik atau tidak nyaman saat berbicara. Mereka akan cenderung memilih untuk diam atau menghindarkan dirinya dengan berlindung di balik orang lain, duduk menyendiri dan jauh dari pandangan orang lain.

(i.pinimg.com)
(i.pinimg.com)

Ketiga, Tekanan Sosial. Harapan atau tekanan untuk tampil sempurna di depan orang lain dapat menimbulkan ketakutan. Tekanan sosial adalah faktor signifikan yang dapat memicu atau memperburuk glossofobia. Harapan atau tekanan untuk tampil sempurna di depan orang lain sering kali menimbulkan perasaan cemas dan takut akan penilaian negatif.

Beberapa aspek dari tekanan sosial ini meliputi: 1) Standar yang tinggi. Ketika seseorang merasa harus memenuhi standar yang tinggi atau tampil sempurna, mereka mungkin merasa tertekan dan cemas akan membuat kesalahan. Lalu, daripada berbuat salah, lebih baik memilih diam atau menghindar. Begitu seterusnya sehingga menjadi sebuah kebiasaan dalam hidupnya.

2) Penilaian dari orang lain: Ketakutan akan dihakimi atau diejek oleh orang lain bisa sangat mengintimidasi, terutama jika seseorang pernah mengalami pengalaman negatif sebelumnya. Anak yang sering disalahkan di depan umum akar melakukan self defence dan menjauhi orang lain, daripada nanti dinilai jelek lagi.

3) Perbandingan dengan orang lain: Membandingkan diri dengan orang lain yang mungkin lebih berpengalaman atau berbakat dalam berbicara di depan umum dapat membuat seseorang merasa tidak layak atau minder. Seorang guru atau orang tua, jangan pernah membanding-bandingkan kecakapan anak di depan saudara serumah atau rekan sekelas.

4) Kritik dan penilaian sosial: Tanggapan negatif atau kritik dari orang lain, baik yang nyata maupun yang dibayangkan, bisa meningkatkan rasa takut dan mengurangi kepercayaan diri.

Keempat, Kecenderungan Genetik. Menurut beberapa penelitian bahwa ada faktor genetik yang dapat mempengaruhi kemungkinan seseorang mengalami kecemasan sosial.Kecenderungan genetik memainkan peran penting dalam menentukan apakah seseorang lebih rentan terhadap kecemasan sosial, termasuk glossofobia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun