Ini menjadi sebuah pengingat yang keras bahwa perjuangan para pendahulu bisa dikhianati oleh praktik-praktik yang merugikan bangsa oleh anak bangsa sendiri.Â
Menjelang ulang tahun kemerdekaan, ada kebutuhan mendesak untuk merenungkan bagaimana kita dapat mengatasi masalah-masalah ini dan melindungi integritas bangsa agar tidak tercemar oleh kepentingan pribadi segelintir orang yang haus akan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
Semangat perjuangan yang digambarkan dalam puisi ini hendaknya mendorong masyarakat untuk aktif dalam mengawasi dan menuntut transparansi dari para pemimpin. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi dan pengambilan keputusan menjadi krusial untuk memastikan bahwa aspirasi rakyat terwujud dan tidak diabaikan.Â
Ini adalah saatnya untuk bersatu dan bekerja bersama demi kebaikan bangsa, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para pendahulu kita. Untuk itu, tunjukkan kedaulatan kita ketika memilih pemimpin daerah pada November 2024 yang akan datang. Putuskan mata rantai korupsi, kolusi dan nepotisme yang tercermin dalam politik dinasti mulai dari tangan kita sebagai rakyat dan pemilih.
Akhirnya, ulang tahun kemerdekaan bukan hanya tentang perayaan tetapi juga tentang refleksi (tentang makna perjuangan para pendahulu) dan aksi (mewujudkan semangat egaliter dengan memangkas habis mereka yang bertabiat merusak inti kemerdekaan demi kepentingan kelompoknya sendiri).Â
Puisi ini juga mengajak kita untuk merenungkan masa lalu, memahami tantangan saat ini, dan merencanakan masa depan dengan penuh tanggung jawab. Sebagaimana para Bapa Bangsa yang bermimpi dan bertindak untuk kemerdekaan, kita pun harus terus berjuang untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H