Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Senja di Ujung Hari

28 Juli 2024   10:49 Diperbarui: 28 Juli 2024   10:53 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: nytimes.com)

"Pak, mungkin saatnya kita pergi bersama," bisik Bu Beodego.

Hari itu, senja datang lebih awal. Pak Busangaza tak lagi bangun dari tidurnya. Bu Beodego yang menemukan suaminya telah pergi, merasa seluruh dunianya runtuh. Dengan penuh kesedihan, ia mengecup kening suaminya untuk terakhir kali, kemudian merebahkan diri di samping tubuh suaminya yang sudah dingin.

Mereka ditemukan oleh tetangga keesokan harinya, berbaring berdua di atas ranjang dengan tangan yang saling menggenggam erat, seolah enggan dipisahkan. Kepergian mereka meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, yang akhirnya menyadari betapa mereka telah mengabaikan cinta dan perhatian yang sangat dibutuhkan oleh orang tua mereka.

Rumah tua itu kini kosong, namun kenangan akan cinta sejati Pak Busangaza dan Bu Beodego terus hidup dalam ingatan orang-orang yang mengenalnya. Mereka telah pergi, namun cinta mereka tetap abadi, menyatu dalam keabadian senja di ujung hari.

(sumber: nytimes.com)
(sumber: nytimes.com)

Refleksi di Hari Lansia Sedunia

Saya ingin menutup refleksi tentang hari lansia ini dengan kata-kata yang amat menyentuh dari Santa Teresa dari Kalkuta, "Kemiskinan paling mengenaskan adalah kesendirian dan perasaan tidak dicintai."

Kata-kata Santa Teresa dari Kalkuta, menyoroti dimensi kemiskinan yang melampaui kekurangan materi. Bagi banyak orang, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian. Namun, ungkapan ini mengingatkan kita bahwa kebutuhan emosional/cinta dan spiritual juga penting. Ketika seseorang merasa sendirian dan tidak dicintai, mereka mengalami bentuk kemiskinan yang mendalam, yang bisa lebih merusak daripada kemiskinan fisik.

Kesepian dan perasaan tidak dicintai dapat menyebabkan penderitaan emosional yang berat. Orang yang merasa terisolasi dari orang lain mungkin mengalami depresi, kecemasan, dan kehilangan harapan. Kurangnya hubungan dan dukungan sosial dapat membuat hidup terasa kosong dan tidak berarti, menghilangkan kebahagiaan dan kesejahteraan seseorang. Dalam banyak kasus, perasaan terisolasi ini dapat memperburuk kondisi kesehatan mental dan fisik, menciptakan lingkaran setan yang sulit dipecahkan, terutama di kalangan lansia yang merasa dibuang oleh anak dan cucu mereka.

Selain itu, cinta dan koneksi sosial adalah elemen penting dalam memberikan makna dan tujuan dalam hidup seseorang. Mereka yang merasa dicintai dan diterima cenderung lebih optimis dan mampu menghadapi tantangan hidup. Komunitas yang saling mendukung dapat memberikan rasa aman dan kepemilikan, yang pada gilirannya memperkaya kehidupan individu. Oleh karena itu, mengatasi kemiskinan emosional ini melalui cinta, perhatian, dan dukungan sosial adalah langkah penting untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun