Sebuah Relfeksi Atas Keterlibatan Berbahasa Kita
Pernyataan bahwa Bahasa Indonesia miskin kosakata merupakan sebuah kesalahpahaman. Betapa tidak? Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat kaya dan memiliki kosakata yang luas.Â
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang unik karena menggabungkan kosakata dari berbagai bahasa daerah di Indonesia, serta bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris. Bahkan penduduk Indonesia yang termasuk nomor empat terbanyak di dunia merupakan suatu kekayaan tersendiri. Bahasa Indonesia banyak penggunanya.
Bahasa ini terus berkembang dan menambah kosakatanya seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi. Namun, mungkin yang dimaksud dengan "minim kosakata" adalah fakta bahwa banyak penutur asli Bahasa Indonesia yang tidak memanfaatkan keseluruhan kosakata yang ada.Â
Ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya pendidikan atau akses ke sumber belajar yang memadai, atau penggunaan bahasa gaul atau slang yang sering kali lebih sederhana dan terbatas kosakatanya.
Hal ini tidak berarti bahwa Bahasa Indonesia itu sendiri minim kosakata. Bahkan, Bahasa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk terus berkembang dan menambah kosakatanya, terutama dengan adanya pengaruh dan interaksi dengan berbagai bahasa lain di dunia.
Pengaruh Bahasa Prokem?
Penggunaan bahasa prokem atau bahasa gaul (dan juga pengaruh bahasa ibu atau bahasa daerah) bisa menjadi beberapa faktor yang membuat banyak orang merasa bahwa Bahasa Indonesia "miskin" atau minim kosakata.
Bahasa prokem atau bahasa gaul sering kali menggunakan kosakata yang lebih sederhana dan lebih singkat dibandingkan dengan Bahasa Indonesia standar. Hal ini mungkin bisa membuat sebagian orang merasa bahwa Bahasa Indonesia "miskin" karena mereka melihat penggunaan bahasa yang lebih sederhana dan lebih singkat ini sebagai tanda dari kemiskinan kosakata.
Selain itu, bahasa ibu atau bahasa daerah juga bisa memengaruhi persepsi ini. Indonesia adalah negara yang sangat beragam dengan ratusan bahasa daerah.Â
Banyak orang yang menggunakan bahasa daerah mereka sebagai bahasa utama di rumah atau di komunitas mereka, dan hanya menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua atau bahasa pengantar di sekolah atau tempat kerja.Â
Hal ini mungkin bisa membuat mereka merasa bahwa Bahasa Indonesia "miskin" dibandingkan dengan bahasa daerah mereka yang mungkin memiliki kosakata yang lebih kaya atau lebih spesifik untuk berbagai hal.
Menurut hemat penulis, sebenarnya ini semua masalah persepsi dan bukan mencerminkan realitas sebenarnya tentang Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebenarnya adalah bahasa yang sangat kaya dan memiliki kosakata yang luas, dan terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi.Â
Bahkan menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) E. Aminudin Aziz kosakata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditargetkan mencapai 200.000 kosakata (Jawa Pos, 27 Desember 2023).Â
Sebuah kekayaan bahasa yang luar biasa. Belum lagi ada aneka Tesaurus dan Kamus-Kamus menurut ragam keilmuan. Semua itu memerlihatkan betapa kayanya kosakata Bahasa kita.
Bahasa Indonesia memiliki kosakata yang sangat kaya dan beragam. Oleh karena itu, pernyataan bahwa Bahasa Indonesia miskin kosakata lebih berkaitan dengan bagaimana penutur atau penulis menggunakan bahasa tersebut, bukan tentang ketersediaan kosakata itu sendiri.
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi hal ini, antara lain: Pertama, penggunaan bahasa gaul atau slang: Banyak penutur, terutama generasi muda, lebih memilih menggunakan bahasa gaul atau slang yang lebih singkat dan sederhana dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini bisa membuat sebagian kosakata Bahasa Indonesia standar kurang digunakan.
Selain itu terjadi suatu lompatan tradisi. Ketika budaya membaca masih lemah, kita berhadapan dengan kemajuan teknologi android melalui penggunaan aplikasi komunikasi seperti WhatsApp, Facebook, atau Instagram.Â
Pilihan kata yang dipakai menjadi minim karena keterbatasan ruang.Belum cukup sampai di situ muncul lagi Tiktok, SnackVideo. Orang mulai beralih dari budaya membaca ke budaya menonton. Â
Kedua, kurangnya pemahaman atau pengetahuan tentang kosakata Bahasa Indonesia. Banyak penutur yang mungkin tidak mengetahui atau memahami sebagian kosakata Bahasa Indonesia. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pendidikan, akses ke sumber belajar, atau lingkungan.
Ketiga, pengaruh bahasa daerah atau bahasa ibu. Di Indonesia, banyak penutur yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa mempengaruhi penggunaan dan pemahaman mereka tentang Bahasa Indonesia.
Dan keempat, preferensi atau kebiasaan. Beberapa penutur mungkin lebih memilih menggunakan kosakata atau struktur bahasa yang lebih sederhana dan lebih familiar untuk mereka, daripada menggunakan kosakata atau struktur bahasa yang lebih kompleks atau formal.Â
Pernyataan bahwa Bahasa Indonesia miskin kosakata lebih berkaitan dengan bagaimana penutur menggunakan bahasa tersebut, bukan tentang ketersediaan kosakata itu sendiri.Â
Penulis sering menghadapi yang demikian. Selama hampir 26 tahun saya bekerja sebagai seorang editor, saya paling banyak menemukan hal ini.Â
Banyak penulis sulit membedakan bahasa tutur lisan dengan bahasa tulisan. Pilihan kata atau diksi amat terbatas. Atau jika Anda seorang guru dan dosen, perhatikan bagaimana para siswa kita menjawab pertanyaan esai, atau pilihan kata ketika menuliskan laporan kelas. Jika Anda tidak prihatin, berarti Anda sendiri yang tidak peduli dengan Bahasa Indonesia.
Cara Mengatasi dan Beberapa Usulan
Untuk mengatasi kekhawatiran kita tentang minimnya kosakata dapat dilakukan bberapa langkah berikut agar orang semakin mencintai bahasa Indonesia:Â
Pertama, meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.Â
Kedua, memperkenalkan kembali kekayaan bahasa Indonesia dan cara penggunaannya dengan mengadakan acara dan kampanye. Misalnya dengan:Â
1) mengadakan konkurs-konkurs menulis puisi atau cerita pendek dalam bahasa Indonesia.Â
2) Menyelenggarakan acara seminar atau diskusi tentang pentingnya menjaga dan memperkaya bahasa Indonesia.Â
3) Mengadakan pertunjukan teater, musik, atau tari yang mengangkat keunikan bahasa serta budaya Indonesia.Â
4) Menyebarkan kampanye melalui media sosial dengan mengajak pengguna untuk menggunakan bahasa Indonesia secara kreatif dan memperkenalkan kata-kata baru.Â
5) Menyelenggarakan kegiatan baca buku dan diskusi buku dalam bahasa Indonesia untuk mendorong minat dan kecakapan membaca dalam bahasa Indonesia.
Ketiga, menyediakan sumber daya dan literatur yang mudah diakses dan dapat dipahami untuk mengembangkan kosakata Bahasa Indonesia.Â
Keempat, mendorong media dan industri hiburan untuk mempromosikan dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan baku. Kita sering menyaksikan justru indrustri hiburan justru lebih banyak yang merusak bahasa Indonesia.
Ingatlah bahwa keberhasilan kampanye dalam memperkenalkan kekayaan bahasa Indonesia akan sangat tergantung pada daya kreasi dan terobosan kreatif dari tim yang terlibat dalam kampanye tersebut.
Dan, terutama menumbuhkan rasa CINTA masyarakat untuk menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar dengan semakin banyaknya pilihan kata yang dipakai. Jadi pertanyaan pada judul Bahasa Prokem Penyebab Minimnya Kosakata? terbantahkan dan bukan juga faktor tunggal.
Semoga bermanfaat.
Oleh: Alfred B. Jogo Ena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H