Perjuang untuk perdamaian, dengan berbagai cara. Itu pun, jika cara-cara itu diterima kedua belah pihak. Jika cara-cara itu tidak diterima, konflik antar keduanya akan muncul ke permukaan. Maka risikonya, egoisme diri dan superpower masa lalu, seakan dibangkitkan kembali. Tidak heran, Ukrain membawa nama AS dan NATO. Rusia tidak salah juga memanas.Â
Memanasnya, tidak tanggung-tanggung, langsung mengerahkan prajuritnya untuk ke perbatasan. Iya, itulah cara Rusia menggertakan Ukrain. Nyali Ukrain tak surut. Dukungan AS dan NATO kepada Ukrain, seakan jiwa superpower Rusia, yang telah padam, seakan dihidupkan kembali.
Disinilah, dunia internasional dapat membaca aksi-reaksi dari konflik Rusia-Ukrain. Yang merasa besar dan tua, seakan tetap memonopoli kekuasaan. Sementara yang kecil dan muda, dengan jiwa muda merasa terusik, dan mau bangkit melawannya. Egopilitik internal merusak kemanusiaan, bahkan mau melibatkan negara-negara lain. Disinilah, perlu belajar lebih dalam tentang sejarah peradapan masa lalu. Kesombongan atas pengekploitasian miteri, merusak manusia-manusia dan alam. Manusia dan alam, hancur karena jiwa egopolitik dan kekuatan miter.
Indonesia, harus bisa belajar dari konflik iniÂ
Apapun konfliknya, manusia merupakan pusat sebuah negara, pusat dari suatu kehidupan yang beradab. Tidak mungkin, sebuah konflik, tak bisa diselesaikan. Karena itu, membangun diplomatik antar negara konflik, tidak hanya melihat suatu kepentingan meluluh.Â
Perlu memperhitungkan dan mempertimbangkan seberapa besar, konflik itu akan muncul dan merugikan manusia serta peradaban manusia yang selama ini dibangun dengan begitu susah payah. Dan harus bertanya diri antar para diplomat, mengapa perdamaian itu susah untuk diperjuangkan dan dipertahankan?
Belajar dari konflik Rusia-Ukrain, Indonesia dengan landasan negara yang kuat yaitu Pancasila, harus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Pancasila, mengedepankan manusia dan manusia Indonesia menghayati nilai-nilai hidupnya yang berbeda, namun satu dalam ikatan kejiwaan, yaitu Berkat Tuhan yang Mahaesa. Berkat Tuhan yang Mahaesa inilah kemanusiaan tetap dihormati, kerendahanhati dan tatakramah menjadi cara hidup mengimplementasi nilai-nilai Pancasila.
Mengutip dari lawan www.cnbcindonesia.com Vasyl Hamianin, Duta Besar Ukrain untuk Indonesia, pada Kamis (24/2/2022), bahwa Ukrain meminta supaya Indonesia pun bersuara keras supaya dictator Rusia, bisa mendengarkannya.
Permintaan Ukrain ini perlu dipikirkan dengan matang dan dimaknai secara benar. Artinya bahwa politik luar negeri kita, perlu bebas dan aktif membangun diplomasi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan tadi. Karena Ukrain masih sangat berharap untuk memperjuangkan perdamaian dengan menyelesaikan konflik dengan cara manusiawi.Â
Hegemoni politik holistik, masih memiliki nilai tersendiri bagi Ukrain. Egopolitik yang menyusup masuk dalam jiwa mereka, dikalahkan dengan prinsip kemanusiaan. Bahkan Paus Fransikus, pemimpin Gereja Katolik Dunia dalam audiens umum (9/2/2022) telah meminta diplomat-diplomat dunia supaya dapat menyelesaikan konflik Rusia-Ukrain dengan cara dialog multilateral. Karena bagi Paus, perang merupakan "kegilaan". ***
Pangkalpinang, 25 Februari 2022