Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terrace X

28 Mei 2020   14:15 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maxi, jawab dulu pertanyaan Susan", pinta Vonny. "Susan tanya apa sih, Vonny?," jawab Maxi. "Susan tanya apa sih epidemi itu?," balas Vonny. Mata Steven mengintip ke arah Maxi, tanda bahwa gak usah jawab. Biarin aja. "Biarlah, Steven jawablah," cetus Maxi. "Memangnya, Steven bisa jawab?", sahut Vonny.

"Jangan begitu Von, itu meremehkan Steven. Jaga kata-katamu itu Von", nasihat Maxi. Vonny pun terdiam sambil melirik ke arah Steven. Steven pun seakan-akan merasakan seperti sebuah rudal yang sedang mengguncang dadanya. Steven merespons dengan santai aja. Namun dalam hatinya, terasa miris dengan kata-kata Vonny. Seakan hatinya lagi berdarah-darah akibat tajamnya kata-kata Vonny.

"Von, supaya kamu juga tau, kata epidemi, yang ditanya Susan tadi, itu kata Yunani, kata "epi"yang artinya "kena pada" dan kata "demos" itu artinya masyarakat. Jadi, epidemi itu penyebaran penyakit secara cepat dengan jumlah terjangkit banyak dan tidak normal. Penyebaran itu terjadi disuatu wilayah," jelas Steven dengan nada santai. "Sudah paham Von?", tantang Steven lagi dengan raup wajah santai sembari sedikit mengedipkan mata, sebagai tanda perhatian khusus.

Vonny pun membalas tatapan Steven, dengan tersipu-sipu. Vonny memang pura-pura menutup dirinya dari teman-temannya. Tetapi dalam hati, hanya Steven dan Vonny yang tahu dan merasakan, bunga-bunga getaran hati yang lagi berkecambuk.

Vonny, merasakan apa yang sebenarnya dirasakan Steven. Keduanya terbalut dalam rasa dan asa. Hanya karena situasional, berjumpaan mereka menjadi halangan. Namun, WA jalan terus. Perjumpaan malam itu, jadi sarana tersimpulnya benang-benang cinta yang selama ini kusut akibat perang dalam WA android.

Perjumpaan malam itu, menandakan kekusutan benang-benang cinta, kembali terurai. Dalam kelut yang membela malam itu, Prima dan Maxi seakan diam, tapi kehadiran Susan yang dibawa Vonny, membangkitkan kembali semangat persahabatan mereka, karena sudah tiga bulan mereka tak bersua secara fisik.

Prima kemudian memecahkan langit teras kediaman yang sedang membisu, dengan mmeniru syair lagu "Separuh Aku" dari NOAH. **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun