Mohon tunggu...
Alfonsus G. Liwun
Alfonsus G. Liwun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memiliki satu anak dan satu isteri; Hobi membaca, menulis, dan merefleksikan.

Dum spiro spero... email: alfonsliwun@yahoo.co.id dan alfonsliwun16@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terrace X

28 Mei 2020   14:15 Diperbarui: 28 Mei 2020   14:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pandemi itu Vonny, kata Yunani. Dari kata "pan" yang artinya "semua" dan kata "demos" artinya masyarakat. Sederhananya, pandemi itu Vonny, penyebaran terjadi secara global, kepada semua masyarakat. Kena pada masyarakat lokal", jelas Maxi. "Woih..., genius kali kamu Maxi", balas Vonny. "Tau to Vonny, libur begini, kita itu banyak baca," gurau Maxi.

"Gaya kamu Maxi. Persis seperti sahabatmu, Steven. Kalian itu kalau rajin baca selama liburan, kerjakan PR kalian. Kalian itu jarang kirim PR lho selama libur ini", nasihat Vonny.

Maxi, keliat kelabakan. Kok Vonny ini tau jika kami tidak kerjakan PR, gumannya dalam hati. Von, nelephonlah Steven. Minta dia datanglah, Maxi mencoba mengalihkan perbincangan mereka. "Malas ah, Maxi. Teman seperti Steven perlu diberi terapi dulu. Biar, dia lebih mengerti," cetus Vonny.

Kriiiinggg..... kriiiiiinggg...., bunyi hp Maxi. Maxi mencoba mengeluarkan hpnya dari saku celana. Maxi menunjukkan layar hpnya kepada Vonny. "Oooooo... Prima yang bel," tandas Vonny. "Angkatlah Maxi," tambah Vonny. Maxi pun mengangkat panggilan Prima. Maxi mencoba bergeser agak jauh dari Vonny. Dari omongan Prima dan Maxi, Vonny telah merasakan bahwa Prima pasti omong sesuatu tentang keberadaan mereka di teras "Terrace X".

"Von, mau gak kita ke rumah Prima", ajak Maxi. "Memangnya kenapa ke rumah Prima?", tanya Vonny. "Kita ngobrol di rumah Prima aja," yakin Maxi. "Ok lah, yooo, kita ke rumah Prima", tantang Vonny.

Vonny siapkan diri dengan memasang masker. Menghidupkan motor. Dan kemudian menyusul Maxi dari belakang. Hampir satu setengah kilo mereka menempuh perjalanan ke rumah Prima. Jalan yang dilalui Vonny dan Maxi, sepi. Mereka tidak sadar bahwa sudah pukul 22.00 wib. Dari kejauhan, terlihat lampu teras rumah Prima, masih hidup. Nampak Prima dan Steven sedang ngobrol sambil ditemani musik-musik rock.

Maxi sedang menunggu Vonny di depan teras. Belum mau masuk, walau dari teras Prima telah mempersilakan masuk. Sambil mengeluarkan hp, Maxi menore ke belakang. Bisiknya, "Jangan-jangan, Vonny tidak mau menyusul." Dibelnya Vonny. Vonny sendiri tidak mengangkatnya. Lebih kurang tujuh menit kemudian, motor Vonny muncul. Vonny menggoncengi Susan, sahabat Prima. Maxi tersenyum ketika muncul kehadiran Susan. Maxi, sedikit menggelengkan kepala. Motor Vonny pun melaju cepat dari belakang dan mendadak berhenti di samping Maxi.

"Ada apa Maxi? Kok sepi Maxi di teras rumah Prima?", tanya Vonny menggugat Maxi. Lanjut Vonny, "kamu ini mau kerjakan saya, saya pun mau kerjakan Prima". Vonny pun ketawa. Maxi hanya tersenyum lebar.

"Pantasan, Prima tadi langsung lari ke dalam rumah!", cetus Maxi. "Eeee hemmm, itu kepala siapa Maxi", sahut Vonny. "Ha...ha... masa sih Von, kamu lupa!", timpa Susan. "Memangnya San, kamu kenal kepala itu", sergap Vonny, sambil menunjukan tangannya ke arah teras rumah Prima. "Iya..iya kenallah Von, itukan kepala....sambil ketawa menatap wajah Vonny.

Vonny terdiam dan mengarahkan pandangannya ke arah jalan masuk rumah Prima. "Susan, saya kan sudah lama tak jumpa. Masa epidemi Covid-19 ini, saya kurung di rumah saja. Nyaman lho di rumah?", jelas Vonny. "Vonny, kamu sebut kata epidemi itu, tau gak artinya?", tanya balik Susan.

Maxi yang sudah di teras rumah Prima bersama Steven, dipanggil Vonny. Seakan Vonnya meminta jawaban atas pertanyaan Susan. Susan pun menarik erat-erat tangan Vonny, untuk masuk ke teras rumah Prima. Vonny pun melemah dan ikut masuk ke teras rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun