Ketiga, mengangkat hal-hal yang agak terabaikan oleh doktrin Maria dalam Konsili dan mengajukannya sebagai "pekerjaan rumah" bagi Mariologi post-Konsili. Untuk maksud tersebut, artikel-artikel tentang Maria Lumen Gentium bab VIII tidak akan dikupas satu demi satu, tetapi dipandang secara menyeluruh untuk mendapatkan suatu visi yang menyeluruh.
Maria dan menjelang Konsili Vatikan II
Konsili Vatikan II dibuka pada 11 Oktober 1962. Saat itu, Dogma "Maria Diangkat ke Surga" baru berusia dua belas tahun. Dan ketika dogma itu dimaklumkan oleh Paus Pius XII, Dogma "Maria Dikandung tanpa Noda" yang dimaklumkan oleh Paus Pius IX kurang enam tahun untuk genap seabad usianya.Â
Dalam tenggang waktu di antara pemakluman kedua dogma tersebut, yaitu antara tahun 1854 dan 1950 refleksi teologis atas Maria dan devosi kepada Maria bertumbuh subur. Sebelum tahun 1854 dan sesudahnya, studi maria dan devosi maria mendapat perhatian besar, terutama ketika umat beriman mulai menghormati privilese-privilese Maria, seperti: pengandungannya tanpa noda, pengangkatannya ke Surga dan daya pengantaraannya. Homili maria, himne marial dan puisi maria dirangkai secara antusias.
Perspektif kristologis lebih menggarisbawahi kesatuan Maria dengan Yesus Kristus. Adanya perspektif ini menjadi sebuah kekhasan dari dogma terkait Maria tersebut terlebih khusus dalam periode menjelang konsili Vatikan II.Â
Maka, peran yang analog dengan peran Kristus dikenakan juga pada Maria: kalau Yesus berperan sebagai redemptor, mediator dan rex, Maria pun berperan sebagai corredemptrix, mediatrix dan regina. Privilese-privilese Maria disimpulkan dari relasinya dengan Kristus.
Perspektif eklesiologis menggarisbawahi kesatuan Maria dengan umat manusia, terutama dengan kaum beriman (anggota Gereja). Karena itu, Maria berada di pihak manusia.Â
Sebagai manusia, ia diselamatkan dan menerima penyelamatan dari Allah melalui Yesus Kristus dan ia merupakan hasil paling unggul dari penebusan itu. Ia dipandang sebagai figur orang beriman yang paling otentik, ikon dari Gereja dan model dari setiap murid Kristus.Â
Sehubungan dengan dua perspektif tadi baik dari kristologis dan eklesiologis pun menjadi dua tema yang hangat diperbincangkan oleh para mariolog menjelang Konsili Vatikan II.Â
Dilema yang terdapat dari dua tema tersebut adalah Maria sebagai rekan penebus dan juga problem peranan Maria dalam penebusan secara objektif[1].Â
Sebab di balik dilema tersebut muncul kenyataan di dalam pengajaran teologi tentang maria yang memunculkan dogma-dogma spekulatif sehingga berkembang muncul pelbagai dogma baru tentang Maria, di mana dilihat dari keistimewaan Maria sehingga mengakibatkan perspektif seperti ini bersifat seperti previlese yang di mana diakui dengan melihat keistimewaannya saja sehingga sedikit untuk mencari bukti dan fakta terkait kajian teologi diantara dua persepektif tadi baik maria sebagai rekan penebus dan juga peranan objektif penebusan dalam diri Maria.Â