Mohon tunggu...
ALFIYATUL LAILI
ALFIYATUL LAILI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA, UIN K H. ACHMAD SHIDDIQ JEMBER

Upload di saat nugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Grebeg Suro

22 Juni 2022   14:25 Diperbarui: 22 Juni 2022   14:44 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Grebeg, merupakan sebuah perayaan tradisi Jawa  yang di adakan setiap satu tahun sekali, karena tepat pada bulan suro atau  Muharram sehingga momentum tersebut di juluki grebeg suro.

 Suro merupakan bulan pertama dalam kallender jawa dan bulan suro dalam kalender islam atau hijriyah bertepatan dengan tanggal 1 muharrom, karena kalender jawa yang di tetapkan oleh sultan agung mengacu pada penanggalan hiriyah (islam).  

Bulan suro dalam pandangan   kejawen merupakan bulan yang sakral atau keraamat sehingga bulan suro di anggap tepat dalam melakukan berbagai macam ibadah atau ritual, penulis memberi kan contoh di Banyuwangi, memandikan keris, membersihkan kafan yang terletak di nisan makam sesepuh, ider barong ( memainkan barong Banyuwangi keliling desa ), ider bumi, tumpengan, kebo keboan ( di desa alasmalang dan aliyan ), petik laut, dan tari Seblang, tapi di sini penulis mengangkat grebeg suro di daerah Banyuwangi kecamatan Singojuruh desa benelan kidul dusun Cawang yaitu selametan pelecutan, kata pelecutan di ambil dari sebuah legenda yaitu ketika ada seseorang wanita yang tinggal di dusun Cawang sebelah barat tiba tiba menghilang, sehingga daerah tersebut di juluki pelecutan ( tiba tiba menghilang ) hingga kini tradisi tersebut sangat di yakini oleh masyarakat sekitar sebagai istilah bersih desa agar selamat dari bahaya, sehingga kepercayaan orang setempat bahwa orang yang hilang tadi ada kaitannya dengan sesepuh dusun Cawang, konon katanya ketika masyarakat setempat ingin lomba kontes angklung caruk ( kesenian Banyuwangi ) sebelum hari H ritualnya ialah menempatkan alat musik di pelecutan ( di pojok dusun Cawang ) ketika malam itu alat musik di bersihkan dengan air bunga kemudian di tinggalkan dan akan di ambil di ke esokan harinya, kepercayaan orang setempat agar Ketika lomba di berikan kemenangan, kemudian ada sebuah cerita dari masyarakat setempat bahwa dahulun pelecutan tersebut sebuah gumuk dan di beli oleh seseorang ketika gumuk itu di sama ratakan ada pegawai yang menemukan bahwa ada sebuah benda kuno, jadi hingga sekarang pelecutan menjadi tempat selametan dan sebuah nama wilayah pojok dusun Cawang desa benelan kidul kecamatan Singojuruh kabupaten Banyuwangi.

Grebeg suro juga dirayakan di berbagai wilayah pandhalungan seperti Jember. Pelaksanaan grebeg suro secara serentak contohnya adalah petik laut. Ritual petik laut di Jember merupakan kegiatan tahunan kabupaten yang dilakukan di Puger untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT serta sebagai permohonan agar nelayan selamat dalam melaut dan mendapatkan rezeki yang manfaat barokah. Ritual ini berupa pembuatan sesajen yang akhirnya dilarungkan ke laut. 

Sebelum melarungkan sesaji,warga puger mengarak sesaji tersebut keliling desa terlebih dahulu lalu melakukan ritual do’a diatas perahu. Pelaksanaan petik laut ini juga dihadiri oleh bupati Jember sendiri sebagai tanda penghormatan. Perayaan grebeg suro juga dirayakan diberbagai desa di kabupaten Jember seperti Jombang. Setiap 1 suro warga desa Jombang memperingati suroan, hal ini berupa perlombaan, MMC (Madaf Muharrom Carnifal), syukuran dan pengusapan anak yatim. 

Dari berbagai kegiatan tersebut yang paling menonjol yaitu MMC (Madaf Muharram Carifal). Pada awalnya MMC dilakukan oleh santri-santri pondok pesantren Mabdaul Maarif saja, karena banyaknya warga yang antusias akan kegiatan tersebut, MMC menjadi tradisi tahunan yang rutin dilakukan setiap tahunnya. 

MMC adalah suatu kegiatan carnaval dengan berpakain islami dan memiliki tema berbeda-beda tiap tahunnya. Carnaval ini diikuti oleh santri-santri Mabdaul Ma’arif, TPQ se desa Jombong, ibu-ibu dan bapak-bapak jama’ah pengajian serta warga sekitar. MMC dilakukan dengan tujuan mempererat persaudaraan, membangun kerukunan serta menjalin keterikatan. 

Tidak hanya itu, Jember juga menggelar acara fetival kesenian seperti yang digelar di Balung lor (Kamis, Agustus 2020). Acara ini rutin dilakukan setiap tahunnya untuk menyambut bulan asyuro. Konsep acara ini yaitu dengan mementaskan berbagai kesenian di Jember secara bergantian, tujuannya adalah agar para pelaku kesenian guyub rukun, saling menghormati dan menghargai satu sama lain. 

Untuk menyambut datangnya bulan asyuro, masyarakat lintas agama di desa Sukoreno kecamatan Umbulsari juga menggelar grebeg suro. Biasanya kegiatan ini digelar dengan melakukan parade, parade ini diramaikan oleh umat beragama Islam, Budha, Hindu dan aliran kepercayaan dharmo. 

Hal yang diutamakan adalah kebersamaan dan kerukunan antar umat beragama agar tewujud toleransi dan rasa kekeluargaan tanpa memandang perbedaan. Untuk menjaga keamanan acara tersebut dilibatkan polisi, sat pol pp, TNI untuk memastikan acara tersebut berjalan dengan lancar serta memastikan keamanan saat pelaksanaan grebeg suro digelar.

Ritual grebeg suro juga dilakukan oleh masyarakat lumajang tepatnya di hutan bamboo, desa sumber mujur, candipuro  sebagai tanda penghormatan kepada para leluhur dan juga rasa syukur mereka kepada tuhan yang maha esa, mereka mempercayai barangsiapa yang melaksanakan peribadatan ataupun upacara adat pada bulan suro ini maka segala hajat yang di inginkan akan dengan cepat terkabul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun