Heymann mengaku telah mendiskusikan buku itu dengan Siti Fadilah dan memintanya menariknya dari pasar. Hayman sendiri bingung atas tuduhan Siti bahwa sampel virus flu burung digunakan untuk senjata biologi.
"Saya tidak mengerti mengapa mereka akan membuat virus ini sebagai senjata biologi,” katanya.
Amerika Serikat yang awalnya tidak mempersoalkan buku itu, belakangan ikut termakan pers Australia. Beredar kabar: Amerika menawarkan bantuan peralatan militer kepada TNI asalkan buku itu ditarik dari peredaran. Namun isu itu segera dibantah Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates setelah bertemu dengan Presiden SBY, Senin pekan lalu.
"Tidak benar Amerika Serikat menawarkan perlengkapan militer agar buku ditarik dari peredaran," imbuh Gates.
Ia juga menegaskan tidak membicarakan masalah buku tersebut dengan Presiden Yudhoyono. Tapi kabar yang beredar, Presiden SBY menekan Menkes agar buku itu ditarik.
“Tidak benar kabar itu. Ini hanya diplintir media,” aku Siti.
Dari pihak Istana Negara, juru bicara Andi Mallarangeng enggan berkomentar. Ia lalu menunjuk Dino Patti Djalal, juru bicara Presiden urusan luar negeri. Tak beda dengan Andi, Dino pun menolak.
''Saya no comment, silakan masalah ini ditanyakan langsung ke Menkes'' jelasnya.
Tuduhan pers Barat terhadap Siti yang mendiskreditkan WHO dan Amerika Serikat, juga ia tampik. Menkes mengaku tidak menuduh negara mana pun.
Kepada FORUM, Menkes Siti Fadilah Supari merasa media Australia sudah mempelintir hasil wawancaranya, dan ia merasa dipojokkan oleh sebagian besar pers Barat. Lewat bukunya, Menkes mengaku cuma mempertanyakan para peneliti di WHO menggunakan sampel virus flu burung negara berkembang untuk keperluan vaksin atau mengembangkan senjata kimia.
Di halaman 73, Menkes menulis: ''Kami sama sekali tak pernah tahu, apakah virus itu digunakan untuk penelitian atau publikasi, ataukah mereka di-sharing ke pabrik vaksin untuk dibuat vaksin. Atau mungkin virus itu digunakan untuk pengembangan senjata biologi.”