Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pengalaman Rumahku Disambar Petir, Jangan Lupa Cabut Antena TV Saat Cuaca Buruk

12 Desember 2022   10:33 Diperbarui: 21 Desember 2022   16:33 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12 Desember 2017, tepat lima tahun yang lalu rumahku tersambar petir. Dan bukan hanya rumahku saja melainkan juga rumah ibuku. Sehingga dua rumah telah terjadi bencana tersebut.

Untuk diketahui juga bahwa saya sudah rumah sendiri sejak 2014, dan orang tua juga rumah sendiri. Intinya kami dua rumah yang berbeda dan berdampingan, hanya saat itu (2017) saluran listrik kami masih menjadi satu.

Hari itu Selasa, jam 12 siang. Saat itu saya prepare mau kerja, yaitu mandi.

Dan saya pun punya kebiasaan ketika saya mandi, saya sekalian charger handphone juga laptop. Dengan maksud agar usai mandi baterei ponsel dan laptop sudah penuh.

Bukan itu saja, alat elektronik lainnya di rumah waktu itu juga sedang terhubung ke listrik semua. Seperti televisi, cd player, sanyo air, speaker, magic com, kipas angin, mesin cuci, kulkas, termasuk handphone dan laptop.

Pagi hari sebelum kejadian itu, cuaca sebenarnya cerah ceria saja tanpa ada cela mendung atau hujan semacamnya. Tapi siang harinya secara mendadak awan langsung berubah dan hujan sebentar tapi langsung petirnya bertamu ke rumahku.

Waktu itu saya mandi sekitar jam 11.55 WIB, saya ingat betul saat itu cuaca sudah mulai mendung tapi belum hujan.

Barulah sekitar jam 12.00 WIB hujan mulai turun dan langsung turun sangat deras disertai petir juga.

Kemudian saya selesai mandi sekitar 12.10 WIB. Posisinya saat itu saya baru masuk kamar dan masih memakai handuk.

Namun saat itu juga tiba-tiba ada semacam lampu flash yang sangat menyilaukan mata dari bagian kanan rumahku.

Lampu kamarku pun langsung mati dan terdengar suara yang sangat keras BOOOMMMMM!!!! hingga lantai rumah pun juga terasa bergetar semacam gempa ringan.

Akhirnya orang tua pun yang sedang di ruang tamuku berteriak, karena di ruang tamuku ternyata atap/plafonnya jebol di bagian kanan sebelah antena TV, juga kaca rumahku pecah semua yang bagian kanan.

Tidak lama kemudian ada suara teriakan lagi, yaitu nenekku yang di rumah belakang minta tolong.

Alhasil kami pun yang sedang di rumah depan langsung meluncur ke rumah belakang/orang tua.

Dan ternyata di rumah belakang posisinya di ruang tamu sudah penuh asap semacam kebakaran, dan kaca ruang tamunya juga pecah semua.

Kami pun panik menyelamatkan nenek yang minta tolong. Tapi tidak lama kemudian banyak orang (satu RT) yang mengampiri ke rumah orang tuaku.

Mereka ternyata telah mendengar dentuman semacam bom yang meledak di sekitar wilayah rumahku, dan saat pandangan ke wilayah rumahku terlihat dari kejauhan ada gumpalan awan hitam semacam usai kebakaran dari rumah orang tua ku di belakang.

Nah, agar lebih jelas, kali ini saya akan melampirkan gambar sederhana seperti denah rumahku dan ibuku yang disambar petir 2017 lalu.

Kenapa saya membuat suatu denah untuk case ini, karena untuk foto-foto dokumentasi bencana tersebut telah terhapus sejak lama.

Mengingat kita yang terkena musibah ada semacam trauma tersendiri dengan petir, sehingga kejadian tersebut agar tidak teringat terus hingga menghilangkan foto/gambar dokumentasi kondisi saat dua rumahku tersambar petir.

Saya pun minggu ini juga telah menghubungi Babinsa (Bintara Pembina Desa). Saya menghubungi untuk menanyakan apakah masih ada dokumentasi saat rumah saya disambar petir dulu.

Mengingat juga bahwa saat kejadian tersebut di 2017 lalu, selain warga yang mulai berdatangan, tidak lama kemudian juga ada Babinsa yang datang untuk mengecek dan mendokumentasikan bencana tersebut untuk laporan ke pusat sebagai bencana salah satu warganya di desa tersebut.

Tapi ketika saya menanyakan hal tersebut, beliau menjawab sudah tidak menyimpan berkasnya, karena hal tersebut sudah lama atau lima tahun lalu, hingga beliau saja saat ini sudah purna tugas, sehingga tidak dapat melihat berkas kantor lagi.

Dan karena keterbatasan dokumentasi, alhasil saya membuatkan suatu gambar atau denah kondisi rumahku sebelum dan setelah disambar petir sesuai dengan ingatan saya yang masih sangat jelas atas bencana tersebut.

(document pribadi)
(document pribadi)

Seperti gambar denah di atas, kurang lebih posisi rumahku dan ibu berdampingan seperti itu. Gambar A menunjukkan rumah pribadiku, dan gambar B adalah rumah orang tua yang ada di belakang rumahku.

Pada gambar tersebut juga saya jelaskan mengenai beberapa alat elektronik yang menancap ke listrik kala itu, baik itu di rumahku maupun di rumah orang tuaku.

Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa posisi antena TV ku ada di sebelah kanan rumah. Sehingga seperti yang sudah dijelaskan di atas seperti lampu flash petir tadi dari bagian kanan rumah yaitu bersumber pada Antena TV yang ada di luar rumah.

(document pribadi)
(document pribadi)

Kondisi ruang tamuku dan rumah orang tuaku setelah disambar petir, kurang lebih seperti gambar di atas.

Gambar C menunjukkan kondisi ruang tamuku, atapnya jebol bagian kanan karena ada kabel antena TV yang masuk ke dalam hingga menuju televisi tersebut. Alhasil sepanjang kabel tersebut tersambung, petir itu merusak bagian apa saja yang ia lewati.

Seperti kaca rumahku yang bagian kanan pecah semua kena getaran petirnya, juga atap/plafon rumahku bagian kanan jebol/bocor karena menjadi jalan kabel antena TV tersebut masuk ke dalam rumah.

Sementara gambar D, menunjukkan kondisi ruang tamu orang tuaku yang kaca rumahnya pecah semua.

(document pribadi)
(document pribadi)

Dan dari gambar E & F di atas, menunjukkan kondisi ruang tengah dari rumah orang tuaku yang juga pusat tersambarnya kejadian itu.

Gambar E menunjukkan kondisi atap/plafon dari ruang tengah rumah orang tuaku yang jebol/bocor dari dua sisi, yaitu menyerang lemari kaca dan juga kabel antena TV yang masuk ke dalam rumah.

Sementara gambar F menunjukkan kondisi ruang tengah rumah orang tuaku yang sudah diluluhlantahkan petir tersebut.

Terlihat seperti di gambar F, ada lukisan panjang dari atap/plafon sampai lantai rumah di pojokan ruang tengah rumah orang tuaku, itu adalah pusat dari jalan petir tersebut yang masuk ke dalam rumah.

Lukisan garis-garis mengerikkan di pojokan runag tengah itu berwarna hitam seperti sisa kebakaran yang bergaris-garis seperti di gambar.

Kabel-kabel pun yang terhubung dengan kelistrikan di ruang tengah tersebut berhamburan ke satu ruangan itu, dan menempel ke tembok-tembok ruang tengah dengan mengeluarkan api semacam kebakaran.

Bahkan barang-barang elektronik semacam televisi dan lainnnya di ruangan itu juga terlempar sejauh beberapa meter dari posisi semula.

Kaca dari lemari kaca pun di ruangan itu juga pecah berhamburan ke lantai ruang tengah rumah ibuku.

Sehingga kondisi kala itu sangat kacau, hingga membuat saya yang mau persiapan kerja harus mengajukan cuti mendadak karena bencana tersebut untuk mendampingi keluarga yang masih sangat syok dan trauma, juga menemui banyak tamu yang berdatangan silih berganti.

Dan sebenarnya petirnya masuk ke dalam rumah itu lewat kabel antena TV di rumahku, kemudian menembus listrik dari rumahku, hingga berujung ke listrik di rumah orang tuaku.

Sebenarnya disini kesalahannya ada padaku, karena lupa tidak mencopot kabel antena TV saat cuaca buruk.

Harusnya rumahku lah yang paling mendapat efek bencana tersebut, tapi malah yang terkena efek berat adalah rumah orang tuaku, dan jelas-jelas antena TV rumah orang tua sudah dilepas.

Nah, hal tersebut ternyata disebabkan aliran listriknya masih menjadi satu.

Seperti yang sudah dibahas di awal, bahwa meski sudah punya dua rumah alias sudah rumah sendiri-sendiri, tapi untuk kelistrikan kami masih menjadi satu.

Dan faktor listrik yang masih menjadi satu tersebut membuat petir itu yang masuk ke rumahku tidak menyerang secara langsung, karena ia menyerang yang bagian paling ujung dari kelistrikan tersebut.

Dan bagian paling ujung dari kelistrikan disini adalah rumah orang tuaku. Padahal antena TV yang tidak dicopot ada di rumahku, tapi malah rumah orang tua di belakang paling parah terkena efek sambaran petir tersebut.

Setelah kejadian itu juga kami memisahkan listrik antara kedua rumah, sehingga saluran listrik kami sekarang sudah sendiri-sendiri dan tidak terhubung satu sama lain.

Nah, setelah kejadian itu juga, kami sekeluarga trauma dan tidak berani memasang kabel antena TV di luar rumah lagi. Melainkan hanya antena TV kecil/sederhana di dalam rumah.

Termasuk ketika cuaca mulai memburuk pun, kami selalu melepas semua barang elektronik yang menancap ke listrik.

Karena untuk diketahui juga bahwa bukan hanya kaca rumah yang pecah, atap/plafon rumah yang jebol saja, melainkan semua barang elektronik yang ada di rumahku dan rumah ibuku otomatis hangus semua.

Barang elektronik seperti yang sudah disebutkan di awal ada televisi, cd player, speaker, kipas angin, magic com, sanyo air, kulkas, mesin cuci, handphone, laptop, dan lain-lain.

Semua barang elektronik di dua rumah tersebut hangus terbakar dari dalam. Ibaratnya fisik mereka masih utuh, tapi bagian dalam semua barang elektronik tersebut hangus.

Tapi syukurlah kami sekeluarga selamat dan tidak ada yang terluka sama sekali.

Namun kerugian yang saya alami saat itu dari dua rumah yang terkena musibah yaitu kurang lebihRp 50jt. Karena harus memperbarui semua barang elektronik dari dua rumah, juga termasuk renovasi kembali dua rumah yang terkena imbas sambaran petir tersebut.

Maka dari itu, saya membuat artikel ini sebagai bahan edukasi ke kompasianer semuanya agar waspada terhadap musim penghujan ini.

Pastinya tidak mau bukan kejadian yang dramatis tersebut juga kerugian yang saya alami kala itu hingga mencapai Rp 50jt terjadi juga kepadamu.

Jadi sekarang lebih peka saja terhadap situasi yang tidak dapat diprediksi, karena musibah tidak datang tanpa permisi.

Jangan lupa cabut antena TV nya, apalagi antena tv yang tinggi di luar rumah saat cuaca buruk.

Atau bisa juga dapat membuat atau merubah suatu kebiasaan setiap kali usai nonton televisi untuk selalu langsung mencabut antena TV nya jika tidak sedang digunakan.

Hal tersebut dengan tujuan menghindari lupa dan meminimalisir resiko, karena ditakutkan cuaca buruk tidak terjadi saat kita siaga saja, melainkan saat kita terlelap tidur malam pun cuaca buruk dapat terjadi.

So, semoga bermanfaat ya.

Semoga apa yang telah terjadi di rumah saya (disambar petir), tidak terjadi juga kepadamu.

Selengkapnya penjelasan saya tentang sharing pengalaman rumah disambar petir ini dapat juga dilihat pada video di bawah ini:


Salam, @Alfira_2808

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun