Lampu kamarku pun langsung mati dan terdengar suara yang sangat keras BOOOMMMMM!!!! hingga lantai rumah pun juga terasa bergetar semacam gempa ringan.
Akhirnya orang tua pun yang sedang di ruang tamuku berteriak, karena di ruang tamuku ternyata atap/plafonnya jebol di bagian kanan sebelah antena TV, juga kaca rumahku pecah semua yang bagian kanan.
Tidak lama kemudian ada suara teriakan lagi, yaitu nenekku yang di rumah belakang minta tolong.
Alhasil kami pun yang sedang di rumah depan langsung meluncur ke rumah belakang/orang tua.
Dan ternyata di rumah belakang posisinya di ruang tamu sudah penuh asap semacam kebakaran, dan kaca ruang tamunya juga pecah semua.
Kami pun panik menyelamatkan nenek yang minta tolong. Tapi tidak lama kemudian banyak orang (satu RT) yang mengampiri ke rumah orang tuaku.
Mereka ternyata telah mendengar dentuman semacam bom yang meledak di sekitar wilayah rumahku, dan saat pandangan ke wilayah rumahku terlihat dari kejauhan ada gumpalan awan hitam semacam usai kebakaran dari rumah orang tua ku di belakang.
Nah, agar lebih jelas, kali ini saya akan melampirkan gambar sederhana seperti denah rumahku dan ibuku yang disambar petir 2017 lalu.
Kenapa saya membuat suatu denah untuk case ini, karena untuk foto-foto dokumentasi bencana tersebut telah terhapus sejak lama.
Mengingat kita yang terkena musibah ada semacam trauma tersendiri dengan petir, sehingga kejadian tersebut agar tidak teringat terus hingga menghilangkan foto/gambar dokumentasi kondisi saat dua rumahku tersambar petir.
Saya pun minggu ini juga telah menghubungi Babinsa (Bintara Pembina Desa). Saya menghubungi untuk menanyakan apakah masih ada dokumentasi saat rumah saya disambar petir dulu.