Kemudian datang surat kekasih yang bercap Washington:
Pembawa surat membawakan aku ke surat yang sudah aku kenal itu.
Sayang, Ramadhan, namanya juga menemaniku di studio.
Surat yang bercap Washington adalah yang paling terkenal saat itu.
Rasanya lama sekali, keinginan untuk bertemu belum kesampaian.
Ramadhan menjawab dengan surat pula.
Kehidupan berjalan terus tanpa Ramadhan.
Memang kekuatiran dan ketidaksehatian terhadap keinginan itu sudah berhasil bikin redup tuan-tuan anggota tubuh punya.
Aku buka surat.
Kemarin ia telah memberi surat berisi gaji.
Perempuan cantik. Tebal kulit.
Ya ampun, aku tidak yakin bagaimana harus menjawab. Hatiku telah dimasuki.
Hari ini umurku empat puluh.
Sudah dua puluh tahun tahun aku berhenti memercayai cerita ayah.
Ayah sibuk mengoceh betapa akbarnya kejahatan itu.
Dan aku benar. Cinta yang mengejutkan dataran hati enam bulan terakhir berhasil menaklukkanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H