Maksud pesan disini adalah pesan yang disampaikan konselor terhadap klien. Sang konselor harus menyesuaikan bagaimana cara atau metode penyampaian pesan, dengan melihat masalah yang dihadapi klien dan melihat dalam sudut pandang klien, sehingga jangan sampai pesan yang disampaikan tidak sesuai kebutuhan yang akan menyebabkan pasifnya salah satu kemampuan yang dimiliki klien sebelum konseling. Terdapat 2 pendekatan yaitu Kognitif (akal) dan Afektif (sikap, perasaan). Perbedaan antara keduanya adalah Kognitif, yaitu pendekatan melalui pemahaman, Pengetahuan/hafalan/ingatan, analisis dan lain sebagainya, sedangkan Afektif adalah pendekatan melalui perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Dengan kedua pendekatan tersebut konselor dapat membedakan pendekatan mana atau pesan apa yang akan diberikan terhadap klien yang sesuai dengan masalahnya.
6. Memberikan ResponsÂ
Seperti halnya penyampaian pesan, pemberian respons terdapat 2 hal yaitu pemberian respons kognitif dan pemberian respons afektif. Pemberian respons Kognitif contohnya seperti:
- Diam,
- Meminimalkan aktifitas verbal seperti kata- kata oh, mmm, ya dan ebagainya,
- Menyatakan kembali seluruh atau sebagian apa yang dikomunikasikan klien,
- Melakukan probing, yaitu bertanya yang memerlukan jawaban lebih dari satu kata jawaban dari klien
Pemberian respons Afektif biasanya dinyatakan melalui cara- cara nonverbal seperti, suara yang memuncak, kecepatan bicara, posisi- posisi tubuh, dan bahasa badan. Perasaan -- perasan tersebut dapat diidentifikasikan kedalam empat bidang yaitu 1) kasih sayang, 2) kemarahan, 3) kekhawatiran, 4) kesedihan.
7. Merumuskan Masalah dan Tujuan
a. Mengenal kebutuhan klien
Sang konselor memberikan masukan kepada kliennya, lalu sang konselor harus mempunyai keterampilan dasar mengenal diri sendiri sebelum ia mengenal klien.
b. Memahami kebutuhan klienÂ
Konselor mempunyai keterampilan memperjelas ucapan klien yang mungkin terdengar samar, kurang jelas dan meragukan, tentunya melalui pendekatan terlebih dahulu.
c. Memenuhi kebutuhan klienÂ
Menjelang akhir proses konseling, konselor membuat perencanaan untuk bisa diterapkan dalam kehidupan yang nyata bagi kemajuan klien.