Senin, 16 November 2020 kemarin saya diberi kesempatan berharga untuk mengikuti acara QTalks Seminar yang diadakan oleh Qtalks Indonesia. Qtalks Indonesia adalah sebuah wadah independen yang berkomitmen memberi inspirasi, pembelajaran, dan pengetahuan. Ruang ini diinisiasi oleh beberapa pengguna Quora, yaitu sebuah platform untuk berbagi ilmu pengetahuan.Â
Sebagai langganan peserta QTalks Seminar, menurut saya QTalks kali ini cukup berbeda dari yang biasanya. Jika biasanya kegiatan diselenggarakan di malam hari pada akhir pekan, kali ini justru diselenggarakan siang hari plus di hari kerja. Tak tanggung-tanggung, penyelenggaraannya kali ini mengundang narasumber yang berprofesi sebagai jurnalis sekaligus presenter kondang Indonesia, yaitu bapak Andy F. Noya.Â
Acara dipandu oleh bapak Alex Cheung yang merupakan seorang penulis dan entrepreneur, serta mbak Amy Iljas Riz yang merupakan seorang pengusaha sosial. Keduanya adalah pengguna quora yang juga sering saya ikuti cerita serta jawaban-jawabannya di quora. QTalks Seminar ini juga berkolaborasi dengan BenihBaik.com yang dirintis oleh pak Andy serta Komunitas baWayang yang diwakili oleh mbak Rezy dan mbak Hanifah yang sepanjang acara sangat berjasa sekali menerjemahkan setiap kata yang diucapkan baik oleh narasumber maupun moderator untuk teman-teman penyandang disabilitas agar dapat turut serta menikmati jalannya acara.Â
Sempat Berpikir bahwa Tuhan Tidak Adil
Andy F. Noya mengisahkan perjalanan hidupnya yang penuh lika-liku. Terlahir sebagai bungsu dari lima bersaudara, kedua orang tuanya bercerai sejak ia masih kecil. Dua kakaknya ikut bersama ayahnya, sementara dia dan dua kakaknya yang lain ikut bersama sang Ibu. Dibesarkan oleh sosok ibu seorang diri, mereka hidup seadanya. Keadaannya yang pas-pasan inilah yang membuat Andy sempat "marah" kepada Tuhan. Anak bungsu idealnya hidup dengan limpahan kasih sayang atau hidup yang setidaknya lebih mudah, namun Andy justru harus berjuang menjalani hidup yang sayangnya jauh dari ideal tersebut.Â
Beranjak remaja, Andy menempuh pendidikan di STM --yang oleh Andy diplesetkan menjadi Sekolah Tanpa Mikir atau Sekolah Tawuran Melulu-- Namun ada dorongan kuat dalam diri Andy untuk menjadi seorang jurnalis. Singkat cerita, seperti yang sama-sama kita tahu, Andy akhirnya benar-benar berkarir sebagai seorang jurnalis. Dia bekerja di Majalah Tempo yang waktu itu mendapat gaji yang masih rendah. Gaji dari istrinya yang juga bekerja di tempat yang sama justru lebih tinggi. Jika digabungkan, gaji keduanya berjumlah Rp 875.000.Â
Kedua kakak perempuannya yang ikut bersama ibunya saat perceraian kedua orang tuanya dulu juga telah menikah dan hidup seadanya. Dari kedua kakaknya ini, Andy punya delapan orang keponakan. Syahdan, kedua kakanya meninggal dunia. Suami dari kakak yang satu telah mangkat duluan, sementara yang lain pergi entah kemana. Akhirnya delapan anak ini diasuh oleh Andy dan istri. Beliau sendiri waktu itu juga telah memiliki tiga orang anak. Jadi Andy dan istri total mengasuh sebelas orang anak dengan mengandalkan gaji sejumlah Rp 875.000. Jika dipikir-pikir tentu timbul pertanyaan, bagaimana bisa?
Semua Terjadi atas Rencana Tuhan
Andy akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa hidup ini sudah direncanakan oleh Tuhan. Tidak ada yang kebetulan dari kisah hidup yang dijalaninya. Dia yakin bahwa Tuhan memberinya penderitaan sejak kecil agar hatinya diasah untuk menjadi lebih kuat. Dia diizinkan untuk mencicipi penderitaan sedini mungkin agar kelak bisa membantu orang lain yang juga menderita karena sudah tahu bagaimana rasanya penderitaan itu.Â
"Kita hidup di dunia mengemban sebuah tugas, yaitu membantu orang lain."
Ya, itu yang diyakini oleh Andy. Bahwasannya kita hidup bukan hanya untuk diri sendiri. Kita hidup juga untuk membantu orang lain. Sejatinya masing-masing dari kita mengemban sebuah tugas mulia di bumi ini, yaitu membantu sesama kita. Karena itulah kita harus tahu dan sadar mengenai tujuan hidup ini. Kadang-kadang ada yang bilang biarkan hidup mengalir seperti air. Andy sama sekali tidak setuju dengan pernyataan ini. Menurutnya, air tidak selalu mengalir ke samudra. Air bisa saja mengalir ke comberan dan mengendap disana. Jika membiarkan mengalir begitu saja, masa mau bawa hidup ke 'comberan'?
Berbagi Tidak Membuat Kita Miskin
Membesarkan sebelas orang anak bersama istri nyatanya tidak pernah menakutkan bagi Andy. Dia percaya bahwa ketika kita berbuat baik, Tuhan akan membalas berkali-kali lipat atas perbuatan tersebut. Salah satu bukti konkretnya terjadi pada dirinya sendiri. Dia bersyukur karena telah berhasil menyekolahkan kesebelas anaknya hingga ke pendidikan tinggi.Â
"Betapa kita tidak boleh takut miskin ketika berbuat baik. Ketika kita berbuat baik, Tuhan akan membalas berkali-kali lipat. Pokoknya percaya itu! Saya sudah mengalaminya ribuan kali!" -Andy F. Noya
Berbagai pengalaman hidup telah membawa Andy pada keyakinan ini. Beliau beberapa kali dilanda kesulitan namun selalu saja ada pertolongan yang datang seperti dalam kisah-kisah berikut ini:
#Kisah 1
Kala itu, istrinya datang dan memberi tahu bahwa mereka butuh kelas baru untuk sekolah PAUD yang mereka bangun di suatu daerah karena dua kelas yang ada sudah tidak memadai. Mereka bingung memperolah dana dari mana. Sempat kepikiran untuk menjual salah satu mobil yang mereka miliki semata-mata untuk pembangunan kelas baru tersebut.
Di lain pihak, salah satu panitia sebuah acara sedang bingung karena pembawa acara mereka tiba-tiba berhalangan untuk mengisi acara. Dalam kebingungan tersebut, terlintas nama Andy F. Noya. Akhirnya dia diminta untuk membantu mengisi acara yang sebenarnya Andy tidak terlalu relate dengan bahasannya. Sebagai teman, Andy akhirnya menyetujui dengan niat benar-benar hanya ingin membantu. Acara berjalan sukses. Temannya sangat berterima kasih kepada Andy yang telah bersedia menggantikan orang lain itu. Beliau kemudian diberi amplop yang ditolak Andy dengan halus. Oh, tidak perlu, saya cuma mau membantu, kata Andy. Temannya bersikeras bahwa ini bukan karena kita sesama jurnalis, ini karena kamu telah menjadi pembawa acara di acara ini. Tolong terimalah, paksa temannya tersebut. Merasa tidak enak karena menolak terus menerus, akhirnya Andy menerimanya.Â
Setibanya di rumah, Andy kaget dengan nominal yang diperolehnya yang tertulis dalam selembar cek. Dia kemudian bertanya pada istrinya, "berapa jumlah uang yang dibutuhkan untuk kelas baru itu?"
"85 juta," kata istrinya
Dari hasil menolong temannya tersebut, Andy diberi 87 juta. Betapa Tuhan langsung membalas kebaikannya saat itu juga. Akhirnya uang tersebut digunakan untuk membangun sekolah yang tadinya kekurangan kelas itu. Rejeki yang diperolehnya dari hasil membantu orang lain lagi-lagi digunakannya untuk kebaikan.
#Kisah 2
Andy bergabung dalam sebuah kegiatan yang saya tidak terlalu ingat persisnya bagaimana, namun sependek ingatan saya mereka ingin mengembangkan program di sebuah desa yang mana bibit tanaman akan dibagikan ke setiap warga desa sehingga jika dirawat dengan baik nantinya akan menghasilkan buah yang bisa dijual dan menjadi pemasukan mereka. Di sektor lain, mereka juga mengawinkan kambing yang akan menghasilkan anak yang lebih unggul dari jenisnya yang lain yang bisa menghasilkan lebih banyak susu. Meskipun detailnya tidak saya ingat persis, namun satu inti dari kegiatan ini yaitu membantu masyarakat di desa setempat tersebut.Â
Seperti kisah sebelumnya, mereka lagi-lagi kekurangan dana. Mereka memutar otak untuk mencari cara bagaimana dananya bisa ada.
Syahdan, Andy kemudian bertemu dengan teman lamanya di suatu tempat. Mereka tidak janjian sebenarnya, hanya bertukar kabar dan ternyata sedang berada di daerah yang sama. Jadilah pertemuan itu diadakan. Entah bagaimana akhirnya mereka tiba pada pembahasan tentang program tadi.
"Pak Andy, saya boleh tidak jika ikut bergabung dengan program itu?" tanya temannya.
"Wah tentu boleh sekali," jawab Andy.
Singkat cerita Andy kembali dihubungi oleh teman tersebut dan mengabari bahwa dia telah mentransfer sejumlah uang yang katanya semoga bisa berguna bagi kegiatan tersebut. Tidak usah dikembalikan, saya hanya ingin membantu, Pak Andy, katanya. Saya sudah lama mencari program-program seperti ini, lanjutnya.Â
Andy kemudian mengecek nominal yang diberikan tersebut dan ternyata jumlahnya tidak tanggung-tanggung. Wah, gila ini, kata Andy tempo hari kepada istrinya. Temannya mengirim uang sejumlah 1 Milyar Rupiah! Saya saja yang mendengar itu langsung merinding. Kata teman tersebut kepada Andy, tidak usah bilang siapa-siapa. Anggap saja saya tidak pernah memberi uang itu. Luar biasa! Namun akhirnya Andy menceritakan kepada kami tanpa menyebut nama temannya tersebut. Hal ini semata-mata agar menjadi inspirasi dan menekankan sekali lagi bahwa berbagi tidak membuat kita miskin.
Selalu Ingat Tujuan HidupÂ
Masih banyak kisah yang diceritakan Andy dalam seminar ini. Namun sayangnya kisah detailnya tidak sempat saya catat dan sedikit demi sedikit mulai memudar dari ingatan.Â
Andy mengingatkan kepada seluruh peserta untuk berbuat baik kepada orang lain sebanyak-banyaknya. Selalu ingat tujuan ini.Â
Berbagi tidak melulu harus mengenai materi. Menolong orang menyeberang di jalan juga adalah kebaikan. Membantu mengambilkan barang jatuh juga adalah kebaikan. Bahkan senyum kepada sesama juga adalah kebaikan. Mana tahu hanya karena tersenyum kepada orang lain, mereka juga tersenyum dan menularkannya kepada orang lain lagi. Ini tentu menciptakan kedamaian dan ketentraman di hati.Â
Selalu ingat untuk tidak membutakan mata hati kita terhadap masalah dunia hanya karena kita punya masalah sendiri. Pun, jika kelak kita menolong dan ternyata hanya dimanfaatkan, jangan menyerah oleh satu dua orang yang memanfaatkan ini. Masa niat baik kita dikalahkan oleh orang yang berniat tidak baik?Â
Jika hati kita tulus, kita tidak akan gentar oleh ucapan orang lain. Orang nyiyir biasanya adalah orang yang tidak berbuat apa-apa. Dia punya banyak waktu untuk nyinyir terhadap orang lain karena tidak melakukan hal berarti dalam hidupnya. Jadi, tetap semangat! Karena sekali lagi, berbagi tidak akan membuat kita miskin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H