Mungkin akan memuat sedikit spoiler
Anime Eiga Daisuki Pompo-san atau dalam bahasa Inggris-nya adalah Pompo : The Cinéphile, merupakan anime yang bertemakan film. Lo, film kok ceritanya tentang film lagi?
Betul, cerita dari anime ini adalah proses pembuatan film. Yang jelas bukan pembuatan film anime, tapi layaknya film biasanya. Haduh, kok muter-muter.
Anime Eiga Daisuki Pompo-san memiliki genre drama dan komedi. Ya meskipun kurang terasa komedi yang tercipta di dalam ceritanya, tapi bukan masalah karena inti ceritanya bukan komedi. Tapi ada sih komedinya yang baru saya sadari setelah 2 menit di bagian ending-nya.
Anime ini diproduksi oleh studio CLAP. Jarang mendengar namanya? Saya juga sama, malah ini pertama kalinya mengetahui studio tersebut. Anime ini tayang pada 4 Juni 2021, dan mendapatkan rating 8.03 oleh 1.043 pengguna (berdasarkan situs MyAnimeList).
Bisa dikatakan, kalau anime ini kurang populer. Meski ini bersifat movie, tetapi hanya sedikit yang menonton. Mungkin ini hanya tayang di Jepang, belum menyeluruh. Sesuai dengan judul artikel ini, saya akan me-review dari sudut pandang saya.
Sinopsis
Serial ini berpusat pada Joelle Davidovich Pomponette (Pompo-san), seorang produser film berbakat di ibu kota film "Nyallywood". Terlepas dari kehebatannya untuk melihat potensi aktor dan staf dan mengeluarkan bakat mereka sepenuhnya, dia hanya memproduksi film aksi dan erotis kelas-B.
Suatu hari, asisten "cacing film" Pompo, Gene, yang meragukan pilihan genre filmnya, diberi tugas untuk mengarahkan film berdasarkan naskah yang ditulis olehnya. Akankah Gene dapat mewujudkan "karya agung" Pompo?
Cerita yang Menggambarkan Pembuatan Film
Awalnya saya pikir kalau anime ini akan berfokus pada Pompo, sesuai nama judulnya. Tapi dugaan saya salah di perjalanan film karena ini berfokus pada karakter yang bernama Gene Fini.
Gene Fini adalah seorang anak yang diselamatkan oleh film. Dia menghabiskan banyak waktunya dengan banyak menonton film. Hingga ia dipilih oleh Pompo untuk menjadi asistennya.
Suatu ketika, ia harus mengemban tugas yang amat berat, menjadi sutradara. Dirinya yang pemula dan hanya penikmat sekaligus asisten Pompo, terkejut mendengarnya. Padahal, ia tidak ada pengalaman menjadi sutradara.
Titik mulai ceritanya dari situ, di mana Pompo memberi tugas kepada Gene yang tak berpengalaman menjadi sutradara. Hal itu dikarenakan Pompo mengetahui dari matanya Gene.
Sepanjang film berjalan, anime ini menggambarkan suasana pembuatan film. Mulai dari pemilihan tempat, pengenalan aktor dan aktris, syuting di berbagai tempat, dan lain-lain. Saya tulis 'dll.' karena tidak ingin menggambarkan kejadian yang terjadi.Â
Saya bukan mahasiswa jurusan perfilman, jadi kurang tahu lebih detail tentang pembuatan film. Yang jelas, itu adalah beberapa yang digambarkan di anime tersebut.
Kontras Warna Pada KarakterÂ
Karakter yang membangun cerita di dalam anime ini ada lima, yaitu Pompo, Gene, Nathalie, Mystia, dan Martin. Mereka berlima terdiri dari produser film, sutradara baru, dan aktor/aktris.
Entah saya yang melihatnya agak aneh atau memang kontras gawai saya (seingat saya sih, sekitar 28%. Tidak terlalu terang). Kontras warna dari karakternya benar-benar mencolok.
Mungkin memang sengaja menggunakan kontras warna yang mencolok alias lebih terang dari biasanya. Sebenarnya, enggak masalah juga kalau kontrasnya yang cukup tinggi. Mungkin memang sengaja menggunakan warna yang lebih cerah.
Selain itu, ada juga perubahan warna karakter. Ini mengingatkan saya pada anime Jojo. Anime Jojo sendiri sering terjadi perubahan warna pada karakternya. Mungkin karena saya kurang terbiasa juga, ya.
Tapi tidak banyak terjadi perubahan warna seperti yang saya maksud tadi. Hanya ada beberapa adegan saja yang terjadi perubahan warna pada karakter.Â
Background-nya menurut saya sendiri tidak ada perbedaan. Malah dengan kontras karakternya yang cukup tinggi membuat lebih menonjol.
Permainan Transisi dan Perubahan Rasio
Sepanjang film berjalan,saya benar-benar agak bingung. Ada satu adegan di mana Gene sedang menonton di bioskop. Yang ditontonnya adalah dirinya yang sedang mengobrol dengan Pompo.
Lo? Kok bisa begitu, batin saya. Ternyata itu adalah sebuah transisi. Eh transisi atau peletakan ya? Kurang tahu, maaf jika salah (takut ada anak perfilman yang baca artikel ini).
Transisinya tidak dibuat seperti edit-an. Ya sudah jelas, karena ini film, bukan sebuah karya video edit, seperti jedag-jedug. Transisi yang saya maksud adalah perpindahan cerita dan perpindahan lokasi, begitu.
Terjadi perubahan rasio ketika Gene sedang mengedit dan menonton film tersebut. Rasio yang tadinya utuh jadi terpotong. Bukan berarti tidak konsisten dalam penetapan rasio, tetapi lebih menekankan kalau itu sebuah film.
Animasinya yang Sedikit Kaku
Saya tidak akan membahas penggunaan CGI pada monster. Sudah pastinya jika hal berat untuk dianimasikan, akan ada penggunaan CGI. Sehingga, terjadi animasi yang kaku.
Pada saat disorotnya kaki yang berjalan, entah kenapa terasa kaku. Saya berpikir, ini hanya adegan orang berjalan, tetapi kenapa bisa agak kaku. Mungkin studio CLAP mempunyai alasannya tersendiri.
Selain itu juga, ada di bagian Gene sedang mengedit. Ada permainan camera movement yang terlihat kaku. Pakai CGI? Mungkin. Tapi itu menurut saya bagus. Meskipun kaku, tapi hal tersebut membuat suasananya menjadi terbangun.
Simpulan
Ternyata sudah berada di akhir artikel. Setiap film pastinya mempunyai kekurangan dan kelebihannya tersendiri. Dan pada anime Eiga Daisuki Pompo-san ini, pada bagian animasinya saja yang terdapat kekurangan sekaligus kelebihan.
Anime Eiga Daisuki Pompo-san menceritakan tentang seorang asisten yang bernama Gene diberi tugas oleh Pompo (produser film) untuk menjadi sutradara dengan naskah cerita yang sudah disiapkan.
Meski bukan anak film, tetapi dengan menonton anime ini memberikan gambaran saya tentang pembuatan film. Mungkin tidak sepenuhnya tergambarkan, setidaknya ada gambaran deh.
Mulai dari awal cerita, konflik, hingga akhir cerita, anime ini benar-benar bagus. Tidak dapat dipungkiri meski terdapat animasi yang kaku. Saya tidak masalah, karena itu tergantung kenyamanan masing-masing.
Dari saya sendiri untuk anime ini adalah 9/10. Saya rasa, artikel review ini mungkin kurang. Maka dari itu, dipersilahkan bagi teman-teman mengkritik di kolom komentar agar artikel selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H