Mohon tunggu...
Muhamad Alfin Afrizal
Muhamad Alfin Afrizal Mohon Tunggu... Mahasiswa - autophile.

menulis apa yang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Review Anime "Takt Op. Destiny": Perjuangan Maestro Mengembalikan Melodi Musik

25 Desember 2021   08:02 Diperbarui: 25 Desember 2021   08:04 2147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unduhan gambar dari wall.alphacoders.com

Memang tidak seharusnya tuk menaruh ekspektasi yang tinggi

Saya menaruh ekspektasi yang cukup tinggi terhadap anime ini, Takt Op. Destiny. Tapi seharusnya saya sadar, tidak semuanya akan sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Takt Op. Destiny, anime musim gugur yang baru saja selesai pada Rabu (22/12) kemarin. Dan saya baru menyelesaikan dan menonton ulang lagi karena sempat terhenti.

Anime ini memiliki genre action dan fantasy. Kedua genre itu memang masuk ke dalam cerita ini, dan anime ini bertemakan tentang musik. Ngomong-ngomong tentang musik, tahu anime lain yang bertemakan musik juga? Jawabannya adalah Vivy : Fluorite Eye's Song.

Semenjak diumumkannya proyek terbaru dari studi MAPPA yang akan berkolaborasi dengan studio Madhouse dan menghasilkan anime Takt Op. Destiny ini, saya benar-benar excited menunggu tayang dan berekspektasi tinggi.

Lantas, hasilnya bagaimana? Mungkin bukan hanya saya saja yang akan berkomentar seperti ini, ada juga beberapa yang sama, mungkin. Berikut adalah ulasan anime Takt Op. Destiny.

Sinopsis

Amerika Serikat telah berada dalam kekacauan sejak munculnya D2, spesies invasif yangb erasal dari meteorit hitam yang jatuh ke Bumi. Sebuah dekrit publik melarang warga memainkan melodi apa pun, untuk mencegah lebih banyak korban yang disebabkan kebencian D2 terhadap musik - bahkan sekarang, pada tahun 2047, larangan ini masih berlaku.

Satu-satunya bentuk pertahanan umat manusia melawan D2 adalah Musicart, wanita muda yang mewakili karya musik klasik; dan Conductors, yang mengendalikan mereka.

Takt Asahina, seorang ahli piano penyendiri, mendapati dirinya berubah menjadi Conductor setelah serangan D2 spontan. Insiden yang sama membunuh adik peremuan Anna Schneider, Cosette, dan membuat Takt berubungan dengan Musicart-nya, Destiny.

Mencari cara untuk menstabilkan pakta di antara mereka sendiri, Takt dan Destiny - bersama Anna - memulai perjalanan berbahaya ke markas Symphonica di New York City.

Takt sedang terburu-buru untuk mencapai kota agar dia bisa bermain piano lagi, meskipun hasratnya menarik makhluk yang selama ini dia hina. Sementara itu, rasa tanggung jawab Destiny menyeret kelompok itu ke dalam masalah di sepanjang jalan.

Dengan jalur yang dipenuhi D2 dan banyak rintangan yang lebih sulit di depan mereka, akankah ketiganya berhasil mencapai New York City dalam keadaan utuh?

Cerita Original Tidak Selalu Bagus

Seperti yang kita tahu, bahwa banyak dari anime original studio yang tak berjalan mulus selama penayangannya. Dan ya, begitulah nasib dari Takt dan kawan-kawannya. Mungkin sesuai nama rekan Takt, Unmei atau Destiny yang artinya takdir.

Tapi jujur saja, saya tidak mempermasalahkan ceritanya bagaimana karena saya dapat menikmati anime ini sampai akhir. Hal yang saya bingungkan adalah episode pertama dan keduanya yang tidak relevan.

Pada episode pertamanya, kita disajikan dengan sebuah kota yang seperti normalnya dan tidak ada musik. Di situ juga diperlihatkan kedua karakter penting, Takt dan Unmei, yang bermain piano dan membuat orang berkerumun serta memanggil D2.

Di episode keduanya, semuanya seperti mengulang dari nol. Episode keduanya memperlihatkan sosok Cosette sebelum menjadi Unmeu atau Destiny. Dan di situlah awal tujuan mereka menuju ke New York City.

Oke, apa masalahnya? Masalahnya bagi saya adalah tujuan dari penayangan cerita yang berbeda. Saya pikir nasibnya akan seperti Peach Boy Riverside yang alurnya berantakan. Seolah-olah anime ini diminta untuk ditonton ulang.

Tapi saya salah, karena itu hanya episode pertamanya dan keduanya. Mungkin jika ditempatkan sesuai urutan, episode pertamanya berada di episode keempat. Saya pikir, episode pertamanya seolah sedang promosi anime itu seperti apa.

Dan saya pikir itu memang benar. Selama anime ini tayang, tiap episodenya selalu mengalami penurunan rating. Saya menyambut hangat di episode pertamanya dan memberikan rating 9. Tapi saya berhenti di episode 4 dan memulainya lagi, dan nasibnya begitu.

Banyak Pertanyaan yang Tertinggal

Oke,kali ini akan terdapat spoiler. Padahal saya mencoba untuk menghindarinya dan memberikan spoiler sedikit mungkin. Tapi ya, saya akan ambil poin penting dari pertanyaan yang ditinggalkan.

Pertama, di episode kedua di mana Takt menjadi Conductor dan Cosette menjadi Unmei atau Destiny alias Musicart. Tonton saja jika ingin tahu lebih jelas kenapa mereka bisa jadi kedua itu.

Pertanyaan yang tertinggal adalah, tangan Takt yang menghilang dan memberikan perubahan wujud kepada Unmei. Ya mungkin terbilang terjawab karena dilakukan sesuatu oleh Unmei, tapi saya benar-benar tidak puas karena tidak ada penjelasan.

Apa memang sengaja agar penontonnya berteori sendiri? Begitu mungkin, ya. Ending-nya sendiri pun meninggalkan pertanyaan. Saya hanya memberitahu saja, tidak menggambarkan scene yang terjadi bagaimana.

Hal yang Saya Suka Pada Anime Ini

Tahu lah sekelas MAPPA bagaimana? Apalagi ini kolaborasi dengan studio Madhouse. MAPPA di musim kemarin sempat menggarap anime yang berjudulkan Heion Sedai no Idaten-tachi.

Ya menurut saya anime itu tidaklah terlalu buruk dan mungkin ratingnya mendapat 7,71 (berdasarkan situs MyAnimeList) disebabkan unsur 18+ dan darah yang di mana-mana. Anime itu berakhir dengan 11 episode dengan cerita yang menggantung.

Madhouse juga sempat menggarap anime yang berjudulkan Sonny Boy. Anime tersebut mendapatkan rating 7,67 dan ya anime itu adalah original studio. Saya menyukai konsepnya yang unik, di mana para murid menghilang dari keberadaan dan berada di dunia melayang.

Cukup mengungkit kedua anime itu, balik lagi kepada hal yang saya sukai dari anime ini. Ada dua yang saya suka dari anime ini, yaitu scene pertarungan dan permainan kamera.

Kombinasi yang Bagus Antara Permainan Kamera dan Fight Scene

Tidak banyak anime yang mempermainkan kamera dan mengambil dari sudut yang berbeda. Gimana ya jelasinnya, saya agak bingung. Mungkin nanti bisa dicek langsung bagaimana pengambilan sudut kamera yang saya maksud.

Selama adegan pertarungan, anime ini benar-benar berwarna. Ini benar-benar, wah, membuat saya takjub. Ya meskipun kualitasnya menjadi menurun, seperti sketsa kasar (mungkin?), tapi yang saya rasakan memang seperti menurun atau memang disengaja.

Selain itu juga, permainan kameranya itu yang membuat saya kagum. Mungkin beberapa tidak suka terhadap hal itu, tetapi saya menyukainya. Kombinasi yang pas menurut saya.

Simpulan

Anime Takt Op. Destiny ini hanya memiliki 12 episode selama penayangannya. Menceritakan tentang Takt yang ingin bermain piano dan berusaha mengembalikkan Unmei di New York City.

Kelebihannya sudah saya sebutkan. Kekurangannya yaitu, saya merasa ada adegan yang kaku dalam gerakannya. Seperti saat Takt dan Cosette memainkan piano di hadapan penonton. Itu memang benar kaku atau memang saya yang salah lihat? Tapi saya merasa demikian.

Anime ini tidak terlalu saya rekomendasikan. Tetapi jika memang penasaran, tonton saja di platform yang legal, seperti iQIYI, bstation dan kanal YouTube Ani-One.

Mungkin hanya itu saja yang dapat saya ulas. Overall, 7/10 jika menurut saya. Ini dari sudut pandang saya, ya. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun