Kehidupan berjalan seiring waktu, terus berlanjut tak dapat dihentikan dan diulang, tak kenal sedih atau bahagia nya seseorang, seperti kehidupan wanita ini, ia sedang terdiam dalam lamunannya dengan tubuh meringkuk memeluk lutut dan tatapan mata yang kosong tak berarah.Â
Pikirannya kacau, tapi ia hanya bisa menangis dan menyesalinya, ia kesal dan marah pada dirinya sendiri namun, ia melakukan itu atas keinginannya sendiri dan tanpa perintah siapa pun. Tanpa disadari ia tertidur dalam tangisnya, ia bangun keesokan pagi dengan mata sembab.Â
"Astaga, bagaimana aku bisa pergi kerja dengan mata sembab ini." ia terkejut melihat mata nya yang sudah bengkak akibat menangis tadi malam.
Akhirnya, ia mengompres mata bengkak itu menggunakan es batu,tak lama bengkak nya pun mulai mereda. Ia segera bersiap-siap untuk berangkat kerja, ia menjalani hidupnya seperti biasa, bekerja di pabrik gitar dengan gaji yang cukup membuatnya betah bekerja di sana apalagi bekerja dengan teman yang cukup asyik dan sangat sportif. Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB yang menjadi pertanda bahwa jam kerja shift 1 sudah selesai, ia bersiap untuk pulang dan berpamitan dengan teman-temannya. sesampainya di kos tiba tiba
"Dissa tunggu" ucap seorang wanita dengan sedikit berteriak. Dissa terkejut dan langsung menoleh ke sumber suara, "ya ampun, kau membuatku terkejut saja." jawab Dissa kesal dengan berjalan menghampiri sang pemilik suara itu.Â
Dia adalah Zara teman Dissa waktu di tingkat SMA, dulu mereka tidak terlalu dekat, namun karena tinggal di 1 kost yang sama mereka jadi lebih akrab. Mereka lulus 3 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2021 dan dimana sekarang mereka sudah berumur 21 tahun.
"ini ada sedikit makanan, dari ibuku tadi ia kesini" ucap Zara dengan menjulurkan bungkusan makanan yang ia bawa. "Wah terima kasih ya Zar aku jadi lebih hemat hari ini." Jawab Dissa sambil tersenyum lebar. Ia mengambil makanan itu dan bergegas menuju kamar untuk membersihkan diri dan bersantai, ia suka sekali membaca buku dan menulis cerita di buku hariannya.
  Langit mulai kehilangan cahayanya dan Dissa mulai merenung teringat kembali akan masa dimana ia masih remaja, saat itu Dissa masih duduk di bangku kelas 10 SMA, ia sangat cantik dan termasuk anak yang populer, dengan rambut panjang menjuntai sepinggang dan poni yang menutupi dahinya. Dissa tak suka mengikat rambutnya karena itu membuatnya pusing, tapi alasan lain ia juga tak pandai untuk mengikat rambutnya, maka dari itu ia sering mengurai rambutnya. Ia merupakan anak yang cukup malas karena ia sering menunda-nunda pekerjaan nya,
"Nanti sajalah, aku masih ingin istirahat." Ucapnya saat mencari alasan untuk tidak segera mengerjakan tugasnya.Â
Dissa anak yang pintar namun ia bukan anak yang rajin, maka dari itu ia sering meremehkan tugas-tugas yang ada. Namun ia memiliki teman yang selalu mengingatkan dan menasehatinya untuk segera mengerjakan tugas, Dia Letta anak yang pintar dan rajin.
"Dissa, sudah cukup istirahat nya, ayo cepat kerjakan tugas nya dikumpulkan hari ini." Letta berkata dengan nada rendah dan disahuti Dissa.
"HAH hari ini?." Dissa terkejut dengan apa yang terjadi. Ia tau tugas nya begitu banyak dan Dissa belum mengerjakan sedikit pun dan jam pulang sudah dekat. Dissa akhirnya tergopoh- gopoh menyelesaikan tugasnya.
Â
"Kenapa kau tidak memberitahuku Lett? Kalau tugas nya dikumpulkan hari ini, aku jadi tergopoh-gopoh mengerjakannya. Awas saja jika aku terlambat ini salahmu Lett." Ucap Dissa dengan nada sedikit naik dan ekspresi kesal itu. Letta kaget dengan Dissa yang tiba-tiba menyalahkan nya atas kejadian ini, Letta membalas ucapan Dissa dengan marah dan kesal.
"Kenapa jadi aku yang kau salahkan, padahal aku yang sudah mengingatkan jika tidak kau sudah mendapatkan nilai 0." Dissa makin kesal karena Letta membentak nya balik, Dissa menatap Letta dengan mata yang melirik tajam ke arahnya namun Dissa masih tertahan untuk mengerjakan tugas nya.
Mulai dari itu hubungan mereka berdua jadi renggang dan tidak saling menyapa dan berbicara satu sama lain. Akhirnya tugas selesai walaupun sedikit terlambat, dan emosi Dissa masih Belum surut, ia pulang dengan keadaan marah. Hujan turun namun Dissa sudah sampai dirumah dan, belum juga ia ganti baju ayahnya berkata.
"Dissa tolong belikan ayah nasi jagung di depan itu, ibumu belum pulang jadi tidak ada makanan, beli 3 ya untuk ayah, kamu dan ibumu nanti" namun Dissa tidak menggubris perkataan ayahnya ia masih sedikit dongkol karena kejadian tadi. Tapi "Ayah pergi sendiri saja, aku mau ganti baju dulu tanganku juga sakit atau, nanti saja aku belikan aku mau istirahat dulu." Melihat tanggapan anaknya seperti itu ayah akhirnya pergi sendiri menembus hujan untuk membeli nasi jagung.Â
Beberapa saat kemudian ibunya datang namun ayahnya tak kunjung pulang Dissa sedikit khawatir dengan ayahnya itu, ia sudah menelepon nya beberapa kali namun tak ada hasil, Dissa ingin menyusul ayahnya namun dirumah tidak ada payung ataupun jas hujan.Â
Ibu Dissa akhirnya menyuruh Dissa untuk menjemput ayahnya dengan Kresek besar sebagai payung.Saat masih bersiap tiba-tiba ada suara ketukan pintu terdengar, Dissa bergegas membuka pintu di pikirannya itu adalah ayah, namun ternyata salah, dan itu adalah tetangga yang memberi informasi bahwaÂ
"permisi nak, aku mau menyampaikan informasi bahwa ayahmu mengalami kecelakaan dia tertabrak mobil saat membeli nasi, warung nasi itu juga tertabrak Dis, sekarang ayahmu sudah dibawa ke rumah sakit 'Suara Hati'.' "baik pak terima kasih."Â
Dissa dan ibunya segera menuju ke rumah sakit untuk bertemu ayah , dan ternyata ayah sudah kehilangan nyawanya saat di perjalanan menuju rumah sakit. Ibunya menangis histeris saat mendengar berita itu, ia ingin menemui suaminya, Dissa pun tak kuat untuk menahan tangisnya, mereka diarahkan untuk ke kamar jenazah dan itu adalah ayah Dissa yang terbaring tak bernyawa. Akhirnya ayahnya dimakamkan.
 Dissa hanya hidup dengan ibunya dan harapan besar pada Dissa untuk menjadi tulang punggung keluarga, beberapa tahun kemudian Dissa lulus SMA dengan nilai yang pas-pasan, karena ia sering terlambat mengumpulkan tugas dan menunda-nunda tugas nya, ia tidak bisa diterima di PTN namun ia mencoba untuk mencoba UTBK dan tidak bermodalkan belajar sama sekali, jadi jelas ia tidak diterima di negeri, akhirnya Dissa mendaftar ke swasta namun ibunya tak sanggup untuk membiayai kuliah Dissa, jadi Dissa memilih untuk bekerja dan tinggal di kos .Â
Suatu hari ia bertemu dengan teman lamanya yaitu Letta, Dissa segera menghampiri nya untuk meminta maaf karena tahu ia yang salah.
"Hai Letta masih ingat aku? Aku mau minta maaf soal kejadian waktu itu, saat itu aku terbawa emosi jadi tak bisa terkendali." "iya tidak apa-apa, aku juga sudah memaafkan ku Dis." "jadi kita baikan?." Tanya Dissa sedikit ragu "iya kita baikan, tapi kala kamu ada tugas jangan nanti-nanti terus, kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, kalau bisa diselesaikan sekarang ya sekarang nanti terburu lupa." Tutur Letta sambil tersenyum pada Dissa. Baiklah kita ketemu lagi besok ya.
Dissa tersadar dari renungannya karena suara petir yang sangat keras, ia bingung sudah berapa lama ia melamun?,Â
Dissa tersadar bahwa kehidupan terus berlanjut tak kenal sedih atau bahagia seseorang dan di setiap kegagalan pasti ada keberhasilan yang menanti, sejujurnya Dissa menyesal karena sering mengatakan 'nanti' pada tugas-tugas atau sesuatu yang seharusnya segera ia kerjakan hingga dirinya pun lupa, ia tak menyangka bahwa kata 'nanti bisa merubah kehidupan esok harinya, namun Dissa masih tetap bersyukur karena ia bisa bekerja di pabrik dengan gaji yang cukup dan bisa membiayai hidup dia  dan ibunya, sekedar kata nanti bisa merubah hidupnya. Sekarang ia sudah jadi wanita dewasa yang  berjuang untuk bertahan hidup.Â
Dissa teringat akan teman lamanya, Dissa pun menghubungi Letta untuk bertemu di keesokan hari untuk melepaskan rindu, dan saling bertukar cerita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI