Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Tahun 1936 ke Daerah Barabai dan Sekitarnya di Kalimantan Selatan

19 Juli 2024   21:21 Diperbarui: 19 Juli 2024   21:49 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
surat kabar The Courier  terbit 28 Oktober 1936

Setelah hiruk pikuk ini saya berkesempatan mengagumi keindahan alam di sekitar Barabai. Pertama kami mengunjungi pasar di Ilung di kecamatan Birayang; Kawasan yang sebagian besarnya juga diperdagangkan adalah karet ini ditandai dengan banyaknya penjual peralatan karet, hal ini tidak mengherankan, karena Barabai dan sekitarnya merupakan pusat perkebunan karet.

Fenomena aneh yang terjadi di seluruh Kalimantan adalah tidak ditemukannya delman (kereka Kuda) atau gerobak yang diikat ke kuda; tidak ada delman yang ditunggangi, sementara semua gerobak menggunakan sapi atau kerbau. Memang ada kuda, tetapi hanya digunakan sebagai kuda pikul untuk mengangkut karet ke pasar.

Di kawasan pegunungan yang indah di sekitar Barabai kami mengunjungi dusun Pengambau Hoeloe, yang dapat dicapai dengan mobil melalui jalan yang layak.

Pesanggrahan 

Di sepanjang dusun ini mengalir sungai Mu’ui (di kecamatan Haruyan)yang cukup lebar untuk ukuran sungai pegunungan, dimana di hulunya terdapat pasanggrahan Lanskap (tempat istirahat dengan pemandangan alam), yaitu sebuah gubuk biasa tanpa perabotan atau tempat tidur dan tidak ada apa-apa di dalamnya, sehingga jika Apabila anda ingin menginap disana, disarankan untuk membawa bekal, peralatan dapur dan tempat tidur seperti kasur dan/atau tikar dan terutama selimut, karena di sini sangat dingin terutama pada malam hari.

Perabotan seperti kursi dan meja masih bisa disewa dari kepala desa. Passanggrahan yang dibangun di jeram Sungai Mu’ui yang jernih ini terletak sekitar 4 Pal ( 6 Km) di hulu Dusun Pengamban Hulu di tengah hutan purba dan hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki melalui jalur pegunungan yang terjal dan sangat sulit; apalagi di musim hujan jalannya sangat licin.

Namun, perjalanan ini tentu sepadan dengan usaha yang dilakukan para pecinta alam. Pemandangan alam yang indah dan liar, air yang menggelegak dan menggelegak, ditambah dengan suara gemuruh air sangatlah mengesankan dan membuat kita merasa tidak berarti dalam pemandangan yang begitu melimpah.

Ke Pagat 

Dari Mu’ui kami melanjutkan perjalanan ke daerah lain yaitu ke dusun Pagat (kecamatan Batu Benawa). Di sini sekali lagi aliran pegunungan yang liar dan pemandangan alam yang mengesankan; Di sini pun mandi air jernih yang segar sungguh menyegarkan. Wilayah yang cukup padat penduduknya dan selain banyak terdapat kebun karet penduduknya, juga terdapat beberapa pemukiman Jepang, memiliki pasar yang luas, serta jalan raya yang baik. Di sini juga terdapat kabin kayu yang cukup primitif (traditional), seperti di Mu,ui, tetapi akan dibahas lebih lanjut di lain waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun