Pembeli terbesar produk basah adalah perusahaan Nomura Jepang, yang berbasis di Barabai dan di tempat lain terdapat pabrik yang memproses produk ini. Kulit kering tersebut dibeli oleh perantara Tiongkok dan diangkut ke Banjar.
Di sini kita melihat kembali kejahatan yang sudah mendarah daging dalam sistem uang muka yang diterapkan oleh pembeli Jepang dan Cina dan melaluinya mereka mengantongi bagian terbesar dari hasil penjualan, yang sangat merugikan masyarakat miskin.
Di sekitar Barabai bahkan ada beberapa pemukiman Jepang yang memiliki aliran sungai asli dan dengan berbagai cara mengeksploitasi penduduk pemilik pohon karet. Diharapkan bahwa melalui pembatasan karet, pendudukan tanah ilegal ini akan berakhir dan Pemerintah dapat memastikan bahwa Jepang tidak dapat memperkaya diri mereka sendiri dengan cara lain yang merugikan penduduk.
Sebuah Perpisahan
Pada saat penulis berada di Barabai, Gubernur sedang akan cuti ke Eropa. Beberapa hari sebelumnya, sudah ada kesibukan yang tidak biasa di mana-mana dan daftar langganan beredar untuk persiapan keberangkatannya. Pada hari penyerahan Pemerintahan, pidato perwakilan dari berbagai kelompok Dewan Agawa atau Dewan Negeri, yang dipimpin oleh Kepala Pemerintah Daerah, yang tidak disiarkan, yang diulangi pada malam berikutnya selama sebuah pesta, yang ditawarkan oleh Administrasi Pribumi.
Ia pun ditawari cenderamata, sebagai ucapan terima kasih atas kerja sama yang menyenangkan selama menjabat Ketua yang populer itu. Pesta ini, di mana setiap orang dan segala sesuatu hadir dan berlangsung hingga fajar, merupakan sesuatu yang luar biasa; masyarakat Kalimantan tahu seni berpesta.
Keesokan harinya, sebelum keberangkatan, setiap orang yang berkumpul untuk tujuan ini di depan Kantor Administrasi dapat menjabat tangan Gubernur dan mendoakan perjalanan yang baik dan masa tinggal yang baik dan sampai kita bertemu lagi.
Usai upacara, dilakukan prosesi dengan iringan musik di depannya, di belakangnya ada brigade polisi lapangan yang dikomandoi oleh inspektur polisi dan perlengkapan lapangan lengkap, termasuk karabin; di belakangnya berbaris penduduk Eropa di Barabai dengan di tengah-tengah mereka ada Kepala Pemerintahan Daerah yang akan berangkat, di belakangnya lagi-lagi para Pejabat Pribumi, dan semua ini dikelilingi oleh ribuan orang.
Prosesi ini berlanjut hingga ke perbatasan kota, dimana Ketua yang akan berangkat, setelah menerima sapaan dari para pemuda dari berbagai sekolah negeri, masuk ke dalam mobil yang telah menunggu dan pergi.
Di sepanjang jalur yurisdiksinya, setiap kampung menunjukkan simpatinya terhadap kepergian Pemimpin mereka; di setiap pintu masuk kampung telah dibangun gapura kemenangan, dimana penduduk masing-masing memasang musik gamelan atau alat musik gesek, sedangkan pada saat mobil tiba, yang berhenti di setiap kampung, ditampilkan permainan rakyat berupa “Koeda kepang”. , "kuntau" (tinju lokal), dan lain-lain. Sikap simpatik mereka jelas menunjukkan bahwa masyarakat Melayu Kalimantan pada umumnya sangat sensitif terhadap perlakuan yang manusiawi namun tegas.
Keindahan Alam