Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... Administrasi - biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepenghuluan adalah Sistem Pemerintahan Islam Warisan Islamisasi Nusantara

28 Juli 2021   22:07 Diperbarui: 28 Juli 2021   22:24 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ulama Keturunan Pengisalam Di barabai, Sumber: Dokumen Keluarga Palajau barabai

Kepenghuluan Adalah sistem Pemerintahan Islam warisan Islamisasi Nusantara

Oleh: Andin Alfianoor Ansyarullah Naim

Tulisan ini saya buat sebenarnya hanya untuk meramaikan saja dengan terbitnya bukunya kuru, meski saya sendiri tidak percaya tulisan ini akan dibaca banyak orang, karena jujur saja saya belum membaca bukunya kuru yang membuat saya tidak bisa mengkritisi apapun dari buku tersebut, dan juga saya yakin bukunya sulit untuk dibeli karena berharga dolar. Tapi saya mendengarkan dengan seksama sedikit pengantar dari kuru sendiri di sebuah canel youtube mengenai bukunya.

Yang menarik sebenarnya adalah respon kita mengenai buku kuru tersebut, wilayah Asia tenggara yang Indonesia ada didalamnya adalah sebagai sebuah wilayah dimana stabilitas islam hadir jauh belakangan setelah serangan terhadap bagdad, 

Kesultanan-kesultanan Islam Nusantara pernah kuat sejajar dengan dan menjadi lawan tanding bagi kekuatan kolonial sebelum akhirnya terkalahkan. Seperti dikatakan Kuru  Asia tenggara lebih belakangan di islamkan dan lebih awal di dijajah daripada daerah lain, maka melihat islamisasi Nusantara adalah sesuatu yang patut untuk ditawarkan.

Disaat yang nan jauh di timur tengah sana Ottonam Turki malah sedang menjelma menjadi sebuah impreum besar, kerajaan safawi di Iran mulai menampakkan stabilitas politiknya, kesultanan Mughal di India yang megah luar biasa, maka apakah menjamurnya Kesultanan yang di Nusantara bisa disejajarkan dengan mereka di timur tengah? 

kita begitu tertarik dengan apa yang menyebabkan islam menjadi mundur didunia islam timur tengah, bagaimanapun islam telah mendapati bulan madunya di Nusantara dengan kecermelangan penyebarannya dan stabilitasnya dalam politik, budaya, ekonomi dan sebagainya, dengan ratusan kesultanan dan lokal politik berbasis islam disebuah kepulauan yang sangat jauh dari pusat peradapan islam di timur tengah dan afrika utara, yang terjadi justru ratusan tahun setelah masa kemunduran tersebut. 

Apakah islam yang hadir di Nusantara adalah "islam yang mundur " ? ini jadi pertanyaan manis asam asin bagi kita yang berharap islam menjadi masa depan di Nusantara selama-lamanya. Apakah kemunduran ilmu pengetahuan di dunia Islam di timur tengah bisa-bisa dihubungkan dengan dunia baru Islam di Nusantara?

Islam harus diakui telah memberikan revolusi baru bagi nusantara, penyebaran islam disebuah kepulauan yang maha luas ini adalah sebuah keajaiban, dengan keadaan geografi yang berlawanan dari daratan, maka sebuah konsolodasi apapun yang melewati antar lautan akan tetap menjadi sebuah kekaguman, Nusantara adalah dimana lautan menjadi halaman depan dan ruang utama yang penuh tantangan, yang merupakan sebuah anugerah tersendiri, 

Islam menjadi cahaya baru yang menyinari nusantara, dan membangun akar politik baru yang muncul dalam berbagai kesultanan dan kebudayaan di Nusantara yang seiring waktu berinteraksi dengan dinamis terhadap gerakan kolonialisme. Jika kecermelangan dunia ilmu pengetahuan melompat ke dunia barat, maka di Asia tenggara lah titik awal pertarungan sebenarnya dalam meraih sumber daya.

Diskusi bagaimana Islam tersebar di Nusantara dan kemudian mentabilkan posisinya secara politik dalam banyak simpul-simpul politik di berbagai kesultanan islam di Nusantara adalah krusial sebelum memulai diskusi lainnya. Banyak teori yang muncul mengenai bagaimana islam tersebar di Nunsatara, khususnya pulau Jawa, Kalimantan dan Kepulauan di Indonesia timur, namun menurut penulis belum ada yang melihat secara teknis bagaimana Islam itu dihadirkan dalam ruang wacana politik dan pemerintahan di berbagai kesultanan sebagai bukti nyata Islam itu hadir dan dipertahankan dan dikembangkan sedemikan rupa secara uniknya di berbagai daerah yang begitu beragam di seluruh Nusantara.

Penulis melihat Salah satu karya cipta dari kegemilangan Penyebaran islam di Nusantara adalah Kepenghuluan sebagai sebuah sistem pemerintahan yang membentuk dan menaungi penyebaran islam di Nusantara. Bagaimana sistem ini hadir di Nusantara merupakan sebuah pertanyaan tersendiri. kepenghuluan menurut penulis adalah sebuah adaptasi paling fenomenal yang menjadikannya unik dari sistem pemeritahan Islam lainnya diluar nusantara. Kepenghuluan pun sehingga hari masih merupakan sistem yang hidup ditengah-tengah masyarakat Nusantara kontemporer dan menjadi bagian penting dalam sistem pemerintahan Indonesia modern yang tidak tergantikan.

Sementara ini sebagian besar kita melihat kepenghuluan dalam definisi yang sempit dan kekinian, yaitu kepenghuluan yang terwakili dalam jabatan Penghulu modern yang hanya mengurusi masalah pernikahan Islam belaka, yang diakui oleh beberapa peneliti sebagai tugas minor dari kepenghuluan itu sendiri seperti yang di nyatakan oleh Amelia Fauzi. 

Tugas minor yang dilakuni Penghulu modern adalah sebuah tugas penegakan syariah meski hanya dalam ruang lingkup pernikahan islam, tidak ada yang lain yang mewakili umat islam dalam struktur pemerintah di Republik indonesia selain Penghulu, dan penghulu adalah jabatan lawas yagn bisa ditarik perannya dalam islamisasi Nusantara, menjalani akar sejarah penghulu pada dasarnya akan mendapati alur islamisasi islam itu sendiri. 

ini juga menjadi bagian kritik paling dramatis bagi akademisi Islam Indonesia dimana sebagian besar mereka kurang berhasil mengendus hal ini, hingga hari ini penghulu tidak lah populer dalam diskursus akademik di Indonesia. Kita juga terlalu efuria dalam wacana-wacana politik keislaman dan gagal melihat wacana-wacana kepemerintahan Islam yang notabeni adalah sebuah sajian diskusi.

Maka bagaimana dengan kepenghuluan yang menurut penulis sendiri merupakan sebuah sistem pemerintahan? Yang dahulu menaungi kehadiran islam dalam ranah politik dan pemerintahan yang terbukti berhasil mengislamkan nusantara? Apakah kepenghuluan itu sendiri? Bagaimana mereka hadir dari dahulu hingga hari ini?

Penghulu sebagai sebuah jabatan pemangku urusan Agama islam sejauh yang kita ketahui pertama kali ada dalam Kesultanan demak, dimana para tokoh ulama Islam berada dibelakang layar dalam pendirian kesultanan demak. Para ulama penyebar islam itu lah ( yang mungkin lebih dikenal dengan sebutan para wali) yang kemudian menunjuk dan melantik sultan yang kemudian juga membentuk sistem kepenghuluan melalui jabatan penghulu yang mengatur kesultanan berdasarkan pondasi dan sistem Hukum Islam.

Kesultanan Demak sendiri menempati wilayah yang tidak terlalu luas di utara pulau Jawa tapi mempunyai kekuatan maritim yang kuat, dengan berani memproklamikan kemerdekaannya dan melepaskan diri dari kerajaan Majapahit yang berpusat Pedalaman. Para ulama pendiri kesultanan Demak dipercaya bukanlah orang jawa asli, mereka datang secara bergelombang dan sangat terorganisir. 

istilah penghulu diambil dari bahasa melayu, yang berarti pemimpin kelompok, hingga hari ini istilah penghulu di wilayah melayu tetap digunakan dalam definisi asalnya sebagai pemimpin kelompok setingkat suku atau kampung. 

Penghulu yang dibawah para ulama pengislam ini mempunyai makna berbeda di kesultanan demak yaitu pemimpin urusan agama islam, yang akhirnya menjadi jabatan utama dalam setiap kesultanan islam yang tersebar keseluruh pulau jawa dan wilayah  lain diluar pulau jawa dimana pengaruh demak ada, termasuk pulau kalimantan ketika demak berhasil mensponsori berdirinya kesultanan banjar dengan menyingkirkan kekuasaan kerajaan Daha di pedalaman dan menjadikan islam sebagai agama kesultanan Banjar dan seluruh wilayah di tiga perempat pulau Kalimantan yang dari kerajaan Daha. 

ada beberapa penelitian yang memberikan gambaran mengenai penghulu, seperti  ismail qayim, muhamammad hisyam,  namun belum ada yang melihat kepenghuluan sebagai sebuah sistem pemerintah islam yang unik. Kepenghuluan merupakan hasil dari sebuah adaptasi para pengislam yang mencoba menghadirkan pemerintahan islam di Nusantara.

Islam sendiri hadir dinusantara dengan cara yang damai, dalam arti dominan Islam hadir bukan melalui sebuah pembebasan atau invasi bersenjata,  pengislam berusaha mengislamkan penduduk nusantara dan tentu saja juga mengislamkan para pemimpin di Nusantara yaitu para raja dan bangsawannya serta para tokoh-tokoh penting, dan kemudian menjadikan Islam sebagai agama resmi dan utama kerajaan serta menerapkan semaksimal mungkin hukum-hukum islam dan menghadirkan islam dengan adaptasi budaya setempat, membentuk sistem pendidikan islam untuk mempertahankan dan menyebarkan islam.

Dalam kasus demak, para pengislam berhasil mengislam Raden Patah seorang Pangeran dari majapahit dan mengangkatnya menjadi sultan pertama demak, dalam waktu tidak lama kemudian mereka membangun Giri, cerebon dan banten, 

begitu pula dalam kasus berdirinya kesultanan Banjar yang disponsori oleh Demak berhasil menghadirkan islam sebagai agama utamanya, Pangeran Samudera di islamkan oleh Penghulu Demak dan kemudian diangkat menjadi sultan Banjar, begitu pula dengan para bangsawan Daha dipedalaman yang telah dikalahkan juga diislamkan yang mana keturunan bangsawan Daha yang bergelar Andin, Rama, dan Anang masih eksis hingga hari ini. 

Penulis sendiri melihat berdirinya kerajaan Banjar ini sebagai sebuah kemenangan besar utama bagi pengislam dalam kampanye islamisasi di Nusantara. Saat demak masih mempunyai wilayah kecil di utara jawa dan belum berhasil mengalahkan Majapahit dan Blambangan di Pedalaman, tapi di lain tempat diplomasi para pengislam berhasil melobi Kerajaan Daha di pedalaman menghentikan peperangan, Kesultanan Banjar mereka dirikan mewarisi wilayah Kerajaan Daha yang sangat luas meliputi tiga perempat pulau Kalimnatan dan penting di tengah-tengah Nusantara. Kerajaan Daha adalah kerajaan terbesar dan terluas wilayahnya dinusantara dijaman itu setelah Majapahti telah meredup, islamnya kerajaan Daha memperlihatkan wajah baru Islam yang besar dalam peta Nusantara.

Kesuksesan pendirian kesultanan demak dan kesultanan Banjar kemungkinan besar ingin mengulang suksesnya para pengislam sebelumnya dalam mengislamkan raja malaka yang memberikan pengaruh luar biasa dalam perkembangan islam khususnya di semenanjung malaya dan utara pulau kalimantan hingga filipina seabad sebelumnya, pengislam pun dipercaya mempunyai jaringan kekerabatan dengan para tokoh islam di kesultanan-kesultanan di dunia melayu yang lebih dulu menerima Islam. 

Sehingga pada dasarnya juga kepenghuluan merupakan sebuah bentuk yang tidak murni lahir berdasar adaptasi pawa wali di pulau jawa, namun kemungkinan besar mengadopsi dan mengembangkan sistem sebelumnya ketika islam hadir di sumatera bagian utara dan semenanjung malaysia dan Brunei .

Dari sini penulis memberikan definisi kepada kepenghuluan sebagai sebuah sistem pemerintahan Islam yang di inisiasi oleh para penghulu islam atau pemimpin ulama islam selaku pemimpin agama islam yang mana mereka menjadi inisiator politik dan membentuk sistem pemerintahan berdasar hukum islam, menunjuk dan melantik pemimpin (sultan dan lainnya), membangun peradilan islam, membangun sistem pendidikan islam, dan menyebarkan islam dimana secara politik dibawah pengaruh mereka. 

Representasi para ulama islam ini kemudian dikuatkan dengan jabatan penghulu, meski dalam awal kemunculannya posisi para penghulu adalah krusial dan paling kuat, namun dalam perjalanannya mempunyai dinamika tersendiri termasuk yang disinggung diatas perubahan dan pengurangan otoritasnya. Ini terlihat dalam posisi para wali dalam sejarah demak yang dominan selaku pendiri kerajaan demak dan dominasi politik, serta pengaruh giri kedaton terhadap para sultan-sultan di nusantara, juga pengaruh penghulu yang telah melantik  sultan banjar dan melakukan islamisasi diseluruh wilayah kesultanan banjar, namun kemudian semakin meredup di jaman kolonial belanda hingga indonesia modern.

Berbeda dengan penyebaran islam di timur tengah yang dimulai dengan invansi, setiap daerah non islam yang berhasil ditaklukan akan dipimpin oleh orang Islam sendiri, sehingga tidak akan menjadi permasalahan bagi pemimpin islam tersebut dalam menyusun sistem pemerintahan dan memaksakan hukum islam, tentunya islamiasi nusantara yang tidak di Islamkan dengan cara invansi dari negara Islam diluar nusantara, karena pengaruh jarak yang jauh dari pusat islam ditimur tengah dan anak benua India. 

para pengislam berusaha untuk mengislamkan pemimpin pribumi dan tetap menjadikan pemimpin pribumi tersebut sebagai pemimpin kesultanan, dan mengajari mereka agama islam dan menerapkan agama islam dengan cara yang lebih adaptip dengan budaya lokal setempat, karena para pengislam pada dasarnya tidak mempunyai kekuatan memaksa secara senjata. Disitulah kemudian sistem kepenghuluan akhirnya hadir menjadi bagian penting dalam pemerintahan kesultanan-kesultanan di indonesia dan mengakomodir islam dalam bingkainya sendiri sesuai tantangan dimasing-masing daerah dimana mereka hadir di Nusantara.

Jabatan penghulu yang notabeni diisi oleh para pengislam begitu kuat secara politik dan mencakup semua aspek formalisasi agama islam dalam sebuah pemerintahan seperti mengangkat sultan, penasehat sultan, memimpin upacara keagamaan islam, membangun pelembagaan penegakan syariah islam dan peradilan islam serta membangun sistem pendidikan islam yang berperan penting dalam penyebaran agama islam ditengah-tengah masyarakat. Kepenghuluan pada akhirnya menjadi ciri indentik dalam kesultanan-kesultanan di nusantara dalam berbagai bentuk dan nama istilah hingga hari ini.

Dalam sejarah kolonial terlihat jabatan penghulu tetap merupakan sesuatu yang tak bisa menghilangkan dalam struktur organisasi pemerintahan setempat, jabatan penghulu dengan dinamikanya tetap menjadi sebuah jabatan tak terpisahkan dalam sistem pemerintahan pribumi, informasi-informasi jabatan penghulu sebagai pemimpin agama islam banyak disebut dalam laporan-laporan kolonial diseluruh pulau jawa dan kalimantan, baik di wilayah kesultanan yang dibawah pengaruh belanda, maupun wilayah-wilayah gubernuran yang sepenuhnya diperintah oleh kolonial belanda. 

Selama abad ke 19 penghulu masih merupakan jabatan penting dan utama diseluruh pulau jawa dan kalimantan, dalam pemerintahan daerah kolonial belanda akan menunjuk seorang pemimpin pribumi dan seorang mufti (penghulu tinggi) agama islam sebagai wakilnya, ini menunjuknya posisi penghulu yang luar biasanya penting dan tak tergantikan. Secara pribadi penulis menemukan catatan beberapa nama-nama penghulu yang menjabat di Banjarmasin dan Marabahan Kalimantan selatan di tahun 1840an hingga 1850an dibawah gubernuran Hindina Belanda.

Sebagai sebuah sistem pemerintahan islam, Kepenghuluan tentunya mempunyai strukturnya yang hingga hari ini belum begitu kita pahami dengan baik apa dan bagaimana, penulis sendiri seperti peneliti sebelumnya menyepakati bahwa residunya masih bisa kita temukan hingga hari ini, ismail memberikan gambaran struktur jabatan kepenghuluan di pulau jawa di jaman kolonial hingga ketingkat desa yang disebut modin, hari ini jabatan modin itu tetap ada khususnya di jawa tengah dan timur, pemerintah belanda kemudian mengangkat penghulu sebagai bagian dari jabatan pegawai negeri dibawah kolonial belanda yang berarti mereka penghulu tidak lagi sebagai jabatan politis, 

ismail juga memberikan gambaran mengenai pencabutan hak peradilan islam dari penghulu oleh pemerintah kolonial dan kemudian pemerintah kolonial membentuk hakim agama islam yang khusus menangani peradilan islam dan memberikan penghulu otoritas minor hanya dalam hal pelaksanan dan pengawasan serta pencatatan pernikahan islam. Namun berbeda dengan di selatan kalimantan dimana kolonial malah membentuk peradilan islam dibawah lembaga kerapatan qadi yang juga membawahi pernikahan islam dan sekaligus peradilan islam yang strukturnya berbeda dengan di jawa.

Namun residu utama dari kepenghuluan adalah kesultanan-kesultanan yang ada di nusantara itu sendiri sebagai entitas politis yang tak bisa dipungkiri adanya berdiri berdasarkan inisiasi dan dorongan serta dukungan politik para penghulu. residu lain juga bisa terlihat dari berbagai acara keislaman kebudayaan berbasis islam atau terpengaruh islam yang notabeni diperkenalkan oleh para penghulu,  seperti tahlilan, maulidan, upacara perkawinan, wayang dengan latar belakang kisah islam, dan lainnya.  

Residu juga terlihat dalam berbagai sistem pendidikan islam, baik pesantren dijawa dan mengaji duduk di kalimantan yang kemudian membentuk jaringan keulamanan yang begitu luas di nusantara.  Residu lain bisa kita dapat dalam sistem hukum kita yang hingga hari tetap ada yaitu peradilan islam. residu lain dalam pemerintahan yang masih kita dapati adalah jabatan penghulu dalam hal perkawinan dan penyuluh keagamaan islam dan beberapa jabatan lain seperti guru agama islam sebagai jabatan resmi dalam pemerintahan indonesia yang melaknakan otoritasnya secara resmi berdasarkan undang-undang.

Kepenghuluan adalah sistem pemerintahan bukan hanya sebagai hanya penegak hukum syariah, maka diskusi-diskusi kepenghuluan tidak seharusnya dibatasi dalam hukum islam, penghulu tidak dikenal dalam ranah akademis, posisi sangat tidak jelas.

Kepenghuluan pula melahirnya status sosial baru, sebagai strata sosial baru yang menyaingi trak kebangsawaan sebelumnya, keturunannya mereka menjadi bangsawan dalam gelar-gelar baru dan masuk dalam putara politik selama ratusan tahun sebagai konsekwensi logis secara politik dalam mempertahankan eksestensi islam dan sistem kepenghuluan, keturunan pengislam terkenal pula memakai gelar-gelar bangsawan setempat atau juga membuat gelar-gelar bangsawan baru, mereka juga membentuk kelompok ekonomi baru dengan begitu mereka akhirnya sama-sama menyokong kepenghuluan tetap eksis, 

hal ini terlihat dalam beberapa silsilah yang dikalimantan selatan yang memperlihatkan dominasi para keturunan penghulu pengislam yang merayapi posisi-posisi birokrat, intelektual dan borjuis dan tentunya juga ulama. Sesuai pendapat kuru,  ada empat bidang kelas yang yang bisa dilihat yaitu kelas Ulama, kelas politik, kelas intelektual dan kelas ekonomi.

Para pengislam dan keturunannya yang telah bahu membahu mempertahankan pengaruh islam tentu seiring waktu juga melewati berbagai gejolak, kepenghuluan seharusnya dilihat bukan hanya sebagai sebuah jabatan yang mengurus pernikahan islam saja, namun sebagai sebuah sistem pemerintahan yang telah menaungi penyebaran islam dinusantara.

Tulisan ini memang tidak menjawab tuntas pertanyaan dari penulis sendiri seperti di awal tulisan, namun tetap berharap akan ada kesempatan lain untuk menuliskannya secara lebih serius lagi.

 Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun