Mohon tunggu...
Alfief fajar
Alfief fajar Mohon Tunggu... Animator - Pelajar SMA

XII MIPA 6

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalian Menjaga Kami, Kami Menjaga Kalian

27 Februari 2020   00:53 Diperbarui: 27 Februari 2020   00:57 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ujian Nasional telah usai, alam bebas telah menanti. Hal itulah yang pertama kali terpikir ketika Ujian Nasional telah selesai dilaksanakan. Ya karena libur sekolah merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan pendakian ataupun hanya sekedar camping ceria. Sebelumnya perkenalkan saya Alfief, kelas 12 yang baru selesai melaksanakan Ujian Nasional. Aktif di organisasi didalam sekolah maupun diluar sekolah.

Belum seminggu Ujian Nasional selesai Leo sudah menghubungi di grup whatsapp tentang rencana pendakian. Leo merupakan salah satu teman pendakian ketika masih dibangku SMP. Kita memang masih sering berkomunikasi lewat grup whatsapp dan masih sering melaksanakan pendakian bersama.

Tidak seperti biasanya, Leo tidak merencanakan pendakian ke gunung, melainkan camping di hutan yang masih belum terjamah oleh orang -- orang. Untuk mempraktekan ilmu survival katanya. Pada awalnya semua orang setuju untuk rencana tersebut sehingga diputuskan untuk menyetujui rencana Leo, tetapi semakin hari anggota yang ikut semakin berkurang dan hanya tersisa 4 orang termasuk saya. 

Setelah kami mendiskusikan kembali akhirnya keputusan tetap tidak ada perubahan. Anggota yang akhirnya berangkat adalah saya, Leo, Iwan dan Bintang. Anehnya pada saat itu ada hal yang mengganjal dalam pikiran saya, tetapi saya mencoba untuk tidak menghiraukan hal tersebut dan tetap ikut bersama mereka.

Kami berangkat hari jumat setelah melaksanakan shalat dan direncanakan pulang pada hari senin. Pada pagi harinya kami sudah berkumpul untuk membereskan barang bawaan kami. Dikarenakan rencana awal adalah untuk berlatih survival, maka kami membawa peralatan survival dan sedikit bahan makanan, persediaan apabila kami tidak dapat menemukan bahan makanan dari alam. Setelah semua siap kami melaksanakan shalat jumat dan kemudian berangkat ke lokasi.

Kami sampai disana sekitar pukul 3. Kami tidak dapat diantar sampai lokasi karena untuk masuk ke lokasi mobil tidak akan bisa melewatinya karena jalannya yg sempit dan terjal. Bayangan awal ketika turun dari kendaraan adalah lokasi yang tidak jauh dengan perumahan warga. Tetapi ternyata dari lokasi kami turun dari kendaraan sampai hutan tempat camping berjarak sekitar 5Km, yang bersrti kita harus berjalan sejauh 5Km agar sampai di lokasi.

Sebelum kami lanjutkan perjalanan kami meminta izin kepada orang yang berwenang disana. Sebenarnya tidak diharuskan izin, tetapi untuk menjaga kesopanan karena kita datang ke tempat orang. Kami mendapatkan nasihat dari orang yang berwenang disana "nak, inget harus jaga sopan santun, jangan merusak alam, jangan melakukan hal yang dilarang agama, dan jangan mengganggu apapun yang ada disana, baik tanaman maupun bangunan." Begitulah isi nasihat dari orang yang berwenang disana. Setelah mendapat izin kami mulai melanjutkan perjalalan setelah melaksanakan shalat ashar dengan perkiraan waktu sampai di lokasi sebelum gelap.

Ternyata perjalanan kesana melewati perkebunan warga, sehingga selama perjalanan kami masih banyak bertemu dengan warga. Sekitar 2 jam kita berjalan tanpa berhenti dengan tujuan agar sampai sebelum gelap, akhirnya sampai di lokasi. Hutan yang masih terjaga keasriannya sangat menyejukan mata. Sungai mengalir dengan deras, yang membuat kami sedikit tenang karena dekat dengan sumber air. Semak -- semak diantara pohon sangat tinggi, yang menandakan bahwa masih jarang orang yang camping disini. Dan memang benar pada saat itu hanya kami berempat yang camping dilokasi tersebut. Setelah kami beristirahat kami langsung membangun tenda dan memasak masakan instan karena sudah tidak kuat menahan lapar.Rencananya malam pertama tidak akan langsung memulai berlatih survival, ingin menikmati tempat tersebut katanya.

Hari mulai gelap, kami tidak menyalakan api unggun, kami berkumpul didalam tenda untuk mengenang masa -- masa SMP kami. Ketika sedang asik didalam tenda kami samar -- samar mendengar suara orang ngobrol di luar tenda. Dengan sedikit rasa takut kami berempat memberanikan diri keluar tenda untuk mengecek. Setelah mendatangi sumber suara ternyata kami melihat 3 orang sedang meminum minuman beralkohol. Orang tersebut sepertinya lebih tua dari kami. Ada rasa kesal dalam diri kami melihat kelakuan mereka, kami tidak suka tempat seindah ini dikotori oleh orang seperti mereka. 

Akhirnya dengan rasa takut kami menegur mereka, " maaf kang gaboleh minum -- minum di tempat ini" Iwan langsung menegur dengan mendatangi mereka. " Ngapain anak kecil main di tempat gini? Jangan ikut campur, pulang aja sana!" jawab orang itu dengan nada sedikit tinggi. Sebenarnya kami sangat takut pada saat itu, karena tidak tahu apa yang akan dilakukan orang yang sedang mabuk itu. 

Tapi karena kami ingat pesan dari penduduk kampung tadi, akhirnya kami terus menyuruh mereka pergi karena kami merasa benar. Akhirnya salah satu dari mereka berbisik kepada yang lain dan akhirnya mereka memutuskan untuk pergi dari hutan itu. Lega rasanya melihat mereka pergi, walaupun masih ada rasa cemas mereka akan kembali dan melakukan hal yang tidak diinginkan. Tetapi pikiran tersebut dibuang jauh jauh dan kami kembali kedalam tenda.

Malam itu kami habiskan untuk saling bercerita tentang kehidupan masing -- masing, sampai kami tertidur. Esoknya kami mulai menjalankan rencana kami yaitu untuk praktek survival, dimulai dari membuat bivack dan lainnya. Pada hari itu juga kami menghabiskan waktu untuk membersihkan hutan tersebut dari sampah -- sampah dari orang yang tidak bertanggung jawab. Dan dilihat dari banyaknya sampah sepertinya sudah sering tempat ini digunakan oleh orang -- orang untuk melakukan hal -- hal yang melanggar.

Hari minggu yang rencana awal adalah waktu kita pulang, tanpa disangka dari pagi sudah turun hujan yang cukup deras. Padahal hari sebelumnya masih sangat cerah tanpa ada tanda -- tanda akan turun hujan. Akhirnya kami menghabiskan waktu seharian di dalam tenda. Dan berencana untuk pulang pada sore hari. Hujan sudah mulai reda kami membereskan barang -- barang dan kemudian berkemas. Kami mulai melakukan perjalanan pulang menuju perumahan warga dan akan menelpon jemputan kami disana.

Pada awal perjalanan kami tidak merasakan hal aneh apapun, kami masih bisa melihat jalur dengan jelas. Tetapi hal aneh mulai dirasakan oleh Bintang.

"hei kalian sadar ga sih, perjalanan pulang berasa lebih lama dibanding berangkat kemaren?" tanya Bintang pada teman -- temannya .
Sambil melihat jam saya menjawab " iya sih perjalanan berangkat kita jalan 2 jam itu dari perkampungan sampe lokasi kita camping".

Pada saat itu Leo mulai panik, "kenapa bisa gitu? Jalurnya bener kan kesini? Daritadi ga liat jalur lain kan? Cuma ada satu jalur aja kan?"
Iwan dengan mencoba tenang menjawab "harusnya bener sih, kalian denger kan suara aliran sungai ini? Selama berangkat dijalur kita denger suara aliran sungai kan? Berarti kita di jalur yang benerr"

"ya saya denger, semoga aja emang ini jalurnyaa" jawab Bintang.
Mendengar jawaban Iwan semua seperti mendapat energi tambahan, mereka kembali bersemangat untuk melanjutkan perjalanan. Waktu terus berlanjut sekitar 2 jam.

"kenapa sih udah jalan selama ini masih ga nyampe -- nyampe" Leo berbicara sambil mencari tempat untuk duduk.

"iya nih kayanya kita tersesat, suara aliran sungai yang tadi aja jadi ga kedengeran, kayanya malah makin jauh dari jalan keluar" kata Bintang yang kemudian ikut duduk.

" iya nih gara -- gara kamu Wan, gara -- gara denger omongan kamu kita jadi tersesat gini." Rasa kesal Leo karena sudah merasa lelah.

" udahlah sama -- sama cape ini, bukan kamu aja yang cape, aku juga cape" balas Iwan.

Saya hanya bisa diam karena sudah lelah dan hanya mendengar perdebatan mereka. Tapi semakin lama perdebatan mereka semakin membuat pusing.

"udah -- udah, kaya anak kecil, coba diem terus bantu mikir harus kaya gimana, ini malah ribut gajelas." Aku mencoba menengahi mereka dengan sedikit kesal

" gini aja deh, sekarang kita bikin bivack aja dulu, gamungkin kalo mendirikan tenda disini, terus kita masak biar bisa mikir lagi kalian." Ak mencoba memberi solusi

Mereka setuju, dan kemudian kita berempat mulai mendirikan bivack. Tapi masalah lain muncul lagi, persediaan logistik kami habis, minum, makanan berat, dan makanan ringan sudah habis semua. Untuk mencari bahan makanan pun sepertinya sudah tidak memungkinkan dengan kondisi kami yang sudah sangat kelelahan. Akhirnya kami semua pasrah, mereka bertiha tidur di bivack, kecuali saya bisa tidur karena memikirkan cara untuk pulang.
Ketika saya baru saja tertidur, tiba -- tiba ada seseorang yang membangunkan saya. 

Ternyata seorang perempuan, bergaun putih selutut, rambut diurai dan wajah yang cantik. Saya sangat kaget siapa perempuan tersebut, mengapa menggunakan gaun di tempat seperti ini, apakah tersesat juga atau tertinggal rombongannya. Kemudian dia seperti mengajak saya ke suatu tempat, dan saya membangunkan teman -- teman saya dan kemudian mengikuti perempuan tersebut. Saya tidak berpikir hal yang aneh kepada perempuan tersebut, yang ada dalam pikiran saya adalah khawatir karena dia pergi sendiri.

Tanpa disangka perempuan tersebut membawa kami ke perbatasan hutan tersebut dengan perkebunan warga. Teman -- teman saya sangat senang karena jalan untuk pulang sudah semakin dekat. Ketika yang lain sudah mulai pergi perempuan tadi hanya diam di perbatasan hutan tersebut.
"mbak kenapa diam disitu? Ayo ini udah deket ke perumahan warga" ajak saya pada perempuan tersebut.

Perempuan tersebut tersenyum dan hanya berkata dengan lembut "terimakasih sudah menjaga kami, tugas saya sudah selesai untuk menjaga kalian." Kemudian dia pergi kembali ke hutan tersebut.

" Oi fief, ayo malah bengong disitu" tanpa sempat menjawab Iwan langsung menarik tangan saya.

Tidak lama matahari terbit dan kami sampai di perumahan warga. Disana sudah ada penjemput dan beberapa orang tua kami, karena mereka menganggap kami semua hilang. Ketika sudah sampai di rumah penduduk kami ditanya tentang kejadian yang terjadi ketika kami tersesat. Dan ketika saya menceritakan tentang perempuan itu teman -- teman terlihat kaget. 

Mereka mengatakan tidak melihat perempuan itu, bahkan kaget ketika melihat saya tiba -- tiba membangunkan mereka dan kemudian langsung pergi dengan terburu -- buru. Bahkan mereka panggil pun katanya tak ada respon sama sekali, seperti terhipnotis. Padahal saya yakin saya melihat perempuan cantik itu, bahkan wajahnya pun saya ingat jelas. Akhirnya kami semua pulang dan melanjutkan kegiatan kami seperti biasanya.

Semenjak kejadian dihutan tersebut, saya selalu terbayang -- bayang wajah dari perempuan tersebut, apa mungkin saya suka terhadap sosok perempuan itu? Dan hal tak terduga terjadi setelah kejadian tersebut, saya bertemu dengan perempuannyang sangat mirip dengan perempuan itu, memakai gaun putih selutuh dan rambut diurai. Sayangnya pertemuan kami sangat singkat, dan sampai sekarang saya masih mencari perempuan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun