"udah -- udah, kaya anak kecil, coba diem terus bantu mikir harus kaya gimana, ini malah ribut gajelas." Aku mencoba menengahi mereka dengan sedikit kesal
" gini aja deh, sekarang kita bikin bivack aja dulu, gamungkin kalo mendirikan tenda disini, terus kita masak biar bisa mikir lagi kalian." Ak mencoba memberi solusi
Mereka setuju, dan kemudian kita berempat mulai mendirikan bivack. Tapi masalah lain muncul lagi, persediaan logistik kami habis, minum, makanan berat, dan makanan ringan sudah habis semua. Untuk mencari bahan makanan pun sepertinya sudah tidak memungkinkan dengan kondisi kami yang sudah sangat kelelahan. Akhirnya kami semua pasrah, mereka bertiha tidur di bivack, kecuali saya bisa tidur karena memikirkan cara untuk pulang.
Ketika saya baru saja tertidur, tiba -- tiba ada seseorang yang membangunkan saya.Â
Ternyata seorang perempuan, bergaun putih selutut, rambut diurai dan wajah yang cantik. Saya sangat kaget siapa perempuan tersebut, mengapa menggunakan gaun di tempat seperti ini, apakah tersesat juga atau tertinggal rombongannya. Kemudian dia seperti mengajak saya ke suatu tempat, dan saya membangunkan teman -- teman saya dan kemudian mengikuti perempuan tersebut. Saya tidak berpikir hal yang aneh kepada perempuan tersebut, yang ada dalam pikiran saya adalah khawatir karena dia pergi sendiri.
Tanpa disangka perempuan tersebut membawa kami ke perbatasan hutan tersebut dengan perkebunan warga. Teman -- teman saya sangat senang karena jalan untuk pulang sudah semakin dekat. Ketika yang lain sudah mulai pergi perempuan tadi hanya diam di perbatasan hutan tersebut.
"mbak kenapa diam disitu? Ayo ini udah deket ke perumahan warga" ajak saya pada perempuan tersebut.
Perempuan tersebut tersenyum dan hanya berkata dengan lembut "terimakasih sudah menjaga kami, tugas saya sudah selesai untuk menjaga kalian." Kemudian dia pergi kembali ke hutan tersebut.
" Oi fief, ayo malah bengong disitu" tanpa sempat menjawab Iwan langsung menarik tangan saya.
Tidak lama matahari terbit dan kami sampai di perumahan warga. Disana sudah ada penjemput dan beberapa orang tua kami, karena mereka menganggap kami semua hilang. Ketika sudah sampai di rumah penduduk kami ditanya tentang kejadian yang terjadi ketika kami tersesat. Dan ketika saya menceritakan tentang perempuan itu teman -- teman terlihat kaget.Â
Mereka mengatakan tidak melihat perempuan itu, bahkan kaget ketika melihat saya tiba -- tiba membangunkan mereka dan kemudian langsung pergi dengan terburu -- buru. Bahkan mereka panggil pun katanya tak ada respon sama sekali, seperti terhipnotis. Padahal saya yakin saya melihat perempuan cantik itu, bahkan wajahnya pun saya ingat jelas. Akhirnya kami semua pulang dan melanjutkan kegiatan kami seperti biasanya.
Semenjak kejadian dihutan tersebut, saya selalu terbayang -- bayang wajah dari perempuan tersebut, apa mungkin saya suka terhadap sosok perempuan itu? Dan hal tak terduga terjadi setelah kejadian tersebut, saya bertemu dengan perempuannyang sangat mirip dengan perempuan itu, memakai gaun putih selutuh dan rambut diurai. Sayangnya pertemuan kami sangat singkat, dan sampai sekarang saya masih mencari perempuan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H