Di bagian akhir bukunya yang berjudul "Mythologies," Roland menggabungkan beberapa studi kasus menjadi teori campuran melalui karyanya yang berjudul "Myths Today." Karena Barthes mencoba untuk mengkonseptualisasikan mitos sebagai sistem komunikasi, pesan lebih mungkin dalam bentuk makna daripada objek, konsep, atau ide. Dia juga dengan jelas menganalisis proses mitologis dengan menyajikan contoh konkret.
Berthes memiliki pendapat bahwa makna dapat dibagi menjadi denotation dan connotation sesuai dengan definisi yang telah dirumuskan oleh Ferdinand de Saussure. Dentation dapat diartikan sebagai tingkat makna deskriptif dan literal yang tentunya dimiliki oleh sebagian besar budaya. Di sisi lain, connotation yang diberikan oleh representasi simbolis yang terkait dengan budaya yang lebih luas seperti Keyakinan, sikap, kerangka kerja, dan ideologi yang dibentuk secara sosial.
Mitos merupakan signifikasi dalam tingkatan connotation menurut Barthes. Jika karakter berulang kali ditembak dalam dimensi sintagmatic, partisipasinya terlihat lebih tepat dibandingkan dengan penggunaan lain dalam dimensi paradigma. Kemudian arti tanda tersebut dinaturalisasi dan dinormalisasi dimana naturalisasi mitos itu sendiri adalah bentukan dari budaya.
Mitos adalah sistem semiotik sekunder atau biasa disebut dengan a second-order semiological system. Simbol untuk sistem pertama menjadi signifier untuk sistem kedua. Barthes berpendapat bahwa tanda adalah bahasa pertama atau system sebagai bahasa objek dan mitos sebagai metalanguage.Arti mitos adalah menghapus cerita atau narasi tanda dan mengisi ruang dengan makna baru.
Contoh mitos dari perspektif Roland Barthes:
Menurut Barthes, anggur berarti "minuman beralkohol yang terbuat dari anggur" pada tingkat ekspresi pertama. Namun, pada tingkat kedua, anggur ditafsirkan sebagai karakteristik "Prancis" yang diberikan kepada jenis minuman ini oleh komunitas global. Banyak negara lain memproduksi minuman serupa, tetapi orang-orang yang selalu berpikir tentang anggur, ya Prancis. Dalam contoh ini, Barthes ingin menunjukkan bahwa gejala budaya dapat tersirat, tergantung pada perspektif masyarakat. Jika implikasinya permanen, itu menjadi mitos, tetapi mitos yang sudah permanen menjadi ideologi (Barthes, rusmana, 2005).
4. Analisis Semiologi
Analisis semiotik secara khusus meneliti bagaimana bagian-bagian tertentu dari teks (kata-kata, gambar, film, iklan majalah, lagu, dll) digunakan untuk membentuk makna.. Teks dapat dirancang bersama oleh para peserta, tetapi dalam banyak kasus arti bagi para peserta sangat berbeda. Maka, semiotika tentunya dapat dijadikan cara untuk merancang dan menganalisis bagaimana cara komunikasi dapat bekerja. Dan hasilnya semiotika itu berhasil untuk menyelidiki dan mengurangi kesalahpahaman dalam komunikasi lintas budaya.
Barthes membuat penyataan bahwa analisis semiologis melibatkan dua kegiatan, diantaranya adalah diseksi dan artikulasi.
- Diseksi melibatkan pencarian berbagai elemen yang menunjukkan makna tertentu. Analis biasanya mencari beberapa paradigma, seperti kelas, kelompok item yang dipilih, dan sebagainya yang ketika diasosiasikan satu dengan yang lain menyarankan makna yang pasti. Entitas atau elemen dalam grup berbagi beberapa properti. Dua entitas dalam paradigma yang sama harus mirip satu sama lain untuk meminimalkan perbedaan yang memisahkan mereka.
- Artikulasi melibatkan penentuan aturan kombinasi. Ini adalah kegiatan artikulasi. Analis mengambil objek, menganalisisnya, dan mengatur ulang. Analis menunjukkan sesuatu yang bisa dilihat.