Tanda yang terdiri dari penanda dan petanda adalah bagian yang tidak terpisahkan dari unit seperti kertas. Penanda dan petanda memiliki hubungan yang arbitrary atau sewenang-wenang. Tidak ada hubungan logis yang jelas antara penanda dan petanda. Hal ini membuat tanda menarik dan pada saat yang sama menyebabkan masalah (Berger, 1998: 78).
Dalam semiotika, atau semiologi (dalam istilah Barthes), pada dasarnya yang ingin dipelajari adalah tentang bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai sesuatu (things). Dalam hal ini, memaknai dan mengkomunkasikan tidak dapat dijadikan satu atau tidak dapat dicampuradukkan. Makna berarti objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga membentuk sistem tanda terstruktur. Salah satu bidang utama yang diprediksi Barthes dalam studinya tentang tanda-tanda adalah peran pembaca. Tanda-tanda bersifat primitif, tetapi mereka membutuhkan potensi aktivasi pembaca untuk bekerja.
Â
-semiotika dan akuntansi-
Akuntansi adalah sarana komunikasi tertulis yang menjadi pengganti komunikasi verbal antara manajer dan pihak luar. Sebagai bahasa penulisan, akuntansi adalah teks. Elemen yang tidak terpisahkan dari bahasa akuntansi adalah perhitungan konseptual, standar akuntansi, dan laporan keuangan. Dari sudut pandang semiotika, akuntansi adalah kumpulan symbol atau tanda karena semua elemennya berupa kalimat, kata, atau angka (Fiol, 1989).
Karena fitur leksikal dan gramatikal yang dimiliki oleh akuntansi, maka akuntansi dapat disebut sebagai "bahasa" (Belkaoui, 1980,363). Dengan karakteristik leksikal dan gramatikal tersebut, akuntansi dapat diartikan sebagai symbol linguistic numeric dan tekstual yang mewakili realitas tertentu. Oleh karena itu, semiotika dapat diterapkan pada studi ilmu akuntansi sebagai salah satu ilmu yang berhubungan dengan tanda-tanda. Mempelajari penanda dalam bahasa menggunakan semiotika dan juga dapat digunakan untuk mempelajari penanda di bidang akuntansi (Belkaoui, 1989).
Sesuai dengan penjelasan dari Hendriksen dan Van Breda (1992) bahwa akuntansi adalah bahasa, maka banyak yang berpendapat bahwa akuntansi merupakan bahasa bisnis berupa teks dan angka yang merupakan tanda / symbol yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai dan pembacanya.
Akuntansi dapat dikaitkan dengan semiotika jika akuntansi tersebut dianggap sebagai bahasa bisnis. Santella berpendapat bahwa semiotika adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, yang memungkinkan hubungan antara pengguna dan sistem normative sebagai focus untuk penelitian akuntansi (Fontana, 2013: 8).
Banyak penelitian telah dilakukan pada akuntansi menggunakan pendekatan semiotik. Contoh yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Fiol (1989), ia menggunakan teknik analisis teks untuk memeriksa surat CEO kepada para pemegang saham. Penelitian ini dilakukan karena mencerminkan keberadaan dan kekuatan batas-batas yang memisahkan subunit organisasi internal dan perusahaan dari lingkungan eksternal. Macintosh (2000) menggunakan teori semiotika Baudrillard untuk menyelidiki keadaan ontologis informasi dalam laporan akuntansi. Para peneliti menggunakan istilah Simulacrum, hyperreality, dan implosion untuk melacak perubahan historis dalam tanda-tanda atau simbol akuntansi.
Menurut Breton (2009), penggunaan analisis semiotik berfungsi untuk lebih memahami laporan tahunan. Semua berawal dengan gagasan bahwa laporan tahunan tersebut memberi informasi kepada pembaca. Hasilnya menunjukkan bahwa laporan tahunan dapat dikomunikasikan dengan jelas dan secara positif diajukan melalui pendekatan semiotika. Laporan tahunan benar-benar alat komunikasi dan membantu mengidentifikasi strategi komunikasi yang digunakan untuk membuat laporan tahunan. Davison (2011) menggunakan pendekatan semiotika Baltik untuk menguji komunikasi akuntansi. Akuntansi diwakili oleh simbol linguistik yang memiliki makna denotasi dan konotasi membuat gambaran dalam sebuah sampul depan laporan tahunan di sebuah firma akuntan besar Inggris.
Riduwan, Iwan, Gugus, dan Unti (2010) menggunakan pendekatan kritikal-posmodernis Derridean untuk menyelidiki tentang makna laba. Para peneliti melibatkan dua kelompok whistleblower: akuntan dan non-akuntan untuk menggunakan studi semiotika destruktif Derredian, para peneliti telah menunjukkan bahwa manfaat laba akuntansi adalah jejak yang berkaitan dengan pengalaman dan minat penafsir. Idealisme akuntansi lebih menonjol daripada praktisisme dalam menentukan keuntungan, karena keuntungan akuntansi adalah hasil dari logocentrism, yang menyajikan logika sebagai pusat kebenaran.