Di sana, mereka biasa menginap sehari atau dua hari. Fokus utama hanya latihan menabuh rebana, sekaligus menghafalkan syair.
Syair Sastra Bernafas Islam
Terkait syair, hari itu saya membuka-buka buku tulis tersebut. Syair yang bertitimangsa tulisan tangan tersebut, sedikit sekali syairnya. Hanya ada 8 lagu. Hasbi bercerita, syair itu dari gurunya yang ada di Pallarangan. Kenapa hanya ada 8, kata Hasbi, hal ini harap dimaklumi karena baru kali ini mulai digali dan dimunculkan kembali parrawana towaine di Dusun Rawang.
Bagi penulis, hal ini sangat disayangkan, apalagi syairnya hanya ditulis di buku tulis anak sekolah dasar bersampul super hero. Tidak ada yang mengetik dan memindahkannya ke microsoft word komputer. Jika buku itu hilang atau rusak, maka tidak ada arsipnya lagi. Padahal, buku itulah yang menuntun mereka melafalkan syair-syair yang beberapa parrawana towaine tidak hafal.
"InsyaAllah kami akan gali dan belajar lagi untuk syairnya. Kami akan usahakan, nanti akan dihubungi gurunya yang dulu. Dengar-dengar, I Cici, salah satu cucunya Indo' Maniar yang ada di Pallarangan masih hidup. Nanti kami akan belajar lagi. Karena, menurut ini ibu-ibu, syairnya itu dulu ada banyak. Ada sekitar 30 syair dan itu dibukukan (ditulis di buku). Dan sayang sekali buku itu hilang. Dan patut diketahui, syairnya itu tidak ada cinta-cintaan ABG. Semata-mata syairnya itu adalah cinta dan pendekatan diri terhadap Allah SWT dan para rasulnya. masaala namanya," ujar Hasbi
Di buku Kalindada Masaala dalam Bahasa Mandar yang ditulis Muh. Idham Khalid Bodi, Cetakan Kedua 2013 menjelaskan, kalindaqdaq merupakan salah satu bentuk kesusateraan Mandar yang paling banyak digunakan masyarakat Mandar di Sulawesi Barat sebagai pendukungnya. Sedangkan masaala salah satu jenis atau tema dalam kalindaqdaq. Disebut masaala karena jenis kalindaqdaq ini mengandung pertanyaan atau permasalahan. Hanya saja, tidak semua kalindaqdaq masaala memuat pertanyaan dan jawaban. Ada yang berupa pertanyaan tanpa jawaban, dan ada juga yang berupa pernyataan saja.
Seperti lirik yang ditulis di buku salah satu parrawana.
Tanni wullei sambayang
Tanni tewei jene' allah
Iyamo mie maparri nipogau (2x)
Maparri memammitia
Nipogau sambayang
allah apa' i'dai tappa nita balasna
Saya meminta tolong ayah, Alwi Alimuddin menerjemahkan lirik itu.