Mohon tunggu...
Alfiansyah Syah
Alfiansyah Syah Mohon Tunggu... Warga Negara Indonesia -

Penikmat Senja

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Loyalitas dan Semangat Orang Bugis dalam Diri Syamsul Chaerudin

17 November 2017   13:02 Diperbarui: 17 November 2017   16:18 3775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau berusia 34 tahun, mata yang ia miliki tetap sama. Tajam dan menyala. Menyimpan dendam penuh amarah. Dendamnya itu ia luapkan ingin membawa Tim Juku Eja juara. Jika di tahun 2017 ini ia mampu membawa PSM juara, hatinya akan lega. Dia akan bisa bebas memilih di klub mana hatinya berlabuh, atau memutuskan untuk gantung sepatu.

Sebagai tim sepak bola tertua di Indonesia dan terakhir kali menyabet juara Liga Indonesia di tahun 1999/2000, di tahun 2017 ini PSM memang benar-benar menargetkan juara. Seluruh pemain bintang eks pemain timnas berdarah Bugis-Makassar dipanggil kembali. Hamka Hamzah dan Zulkifli Syukur, serta ditopang eks pemain timnas Ferdinand Sinaga, Titus Bonai, Rizky Pellu, Zulham Zamrun, Rasyid Bakri, dan pemain asing mumpuni, Steven Paulle, Wiljan Pluim,  Markc Klok dan Pavel Purshkin. Sudah menjadi kesebelasan yang klop untuk menargetkan menjadi juara.

Tapi nasib berkata lain, di pertandingan mendebarkan penentuan juara, Senin, 6 November di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, pemain Bali United FC, Stefano Lilipaly mencetak gol tunggal di menit 90+4'. Skor akhir 1-0 untuk kemenangan Bali United. Walau pada akhirnya yang keluar menjadi juara adalah Bhayangkara FC, namun gol tersebut, membenamkan mimpi PSM dan masyarakat Makassar. Seisi stadion menangis haru. Mendatangi beberapa pemain. Bola memang membawa sisi kemanusiaan yang benar-benar jujur, sejujur-jujurnya. Entah apa perasaan para pemain PSM, kala itu, terutama perasaan seorang Syamsul.

Tak sampai disitu, di pertandingan terakhir Liga 1 2017, di Stadion Andi Mattalatta, PSM Makassar mampu menutup pertandingan dengan banjir gol. Pasukan Ramang berhasil menang telak 6-1 atas Madura United, Minggu (12/11). Syamsul main di menit 61', menggantikan M. Arfan. Melihat Syamsul dimainkan, Hamka Hamzah langsung menghampiri Syamsul dan menyerahkan ban kapten padanya.

Walau tak berhasil mengangkat piala, suporter langsung memadati lapangan, bergembira dan tetap yakin bahwa siapa yang sesungguhnya berhak menjadi juara. Dan lagi-lagi, apa yang ada dipikiran seorang Syamsul melihat animo suporter PSM Makassar? Tahun ini PSM lagi-lagi belum mampu mengangkat piala. Selama 15 tahun membela PSM, dia belum juga bisa mempersembahkan gelar juara bagi tim Juku Eja.

Hidup adalah memilih, namun untuk memilih dengan baik, Syamsul harus tahu siapa Syamsul dan apa yang Syamsul perjuangkan, ke mana dirinya ingin pergi dan mengapa dirinya ingin sampai di sana.

Hidup adalah pilihan. Pilihan Syamsul tak berubah. Jika ia disangkutpautkan dengan klub yang ingin merekrutnya atau ditawari dengan gaji yang besar, ia langsung menepis dan berkata tidak! Idealismenya terhadap PSM begitu tinggi. Ia tetap ingin bertahan di PSM, membawa PSM juara. Jika hal itu tercapai, maka cita-citanya itu tercapai.

"Pikiran saya tenang jika PSM angkat piala. Setelah itu, terserah saya mau bagaimana. Walau bagaimana dan ditawar bagaimana, ini klub tanah kelahiran saya. Ini PSM. Saya tenang jika PSM juara," katanya, kala itu, sebelum Liga 1 di mulai. Jika ia berbicara seperti itu, sorot matanya berubah dan suaranya pun terbata-bata, seperti memendam amarah. Amarah yang selalu ia simpan dalam-dalam. Amarah membawa PSM juara.

Tapi apa mau di kata, takdir berkata lain. PSM finish di urutan 3. Di tengah perayaan kemenangan terakhir atas Madura United, seperti biasa, setelah pertandingan, para wartawan berkumpul di ruang konferensi pers, menghadiri konferensi pres usai pertandingan. Pelatih PSM, Robert Rene Alberts datang bersama Syamsul. Tak banyak yang Syamsul katakan, namun dengan perkataanya itu, membuat para wartawan begitu sangat kaget.

"Terima kasih banyak, selama ini....saya pamit, tidak memperkuat PSM lagi. Terima kasih. Terima kasih banyak," lirihnya.

Sungguh pernyataan yang begitu mengagetkan para wartawan. Ia langsung menyalami pelatih dan tak mampu membendung air mata. Ia menunduk dan berkali-kali ia mengusap air mata itu dari kerling mata. Ia tutup mukanya. Tapi tetap saja, sorot mata dan ekspresinya tak terlihat cengeng. Masih menyala dan menyimpan amarah. Melihat kesedihan Syamsul, Robert langsung memberikannya air mineral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun