Mohon tunggu...
alfiannur_gufron
alfiannur_gufron Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 6

Hobi : Menulis, membaca, foto dan videografi, basket, mengajar, belajar bahasa baru, dll. Kepribadian : INTP-T Topik konten favorit : Opini, cerpen, jurnalistik, puisi, kalam islami

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sang Elang (Bab 7)

8 Agustus 2023   11:46 Diperbarui: 8 Agustus 2023   11:54 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Dasar jenderal bodoh. Kau kira aku akan melompat dan menendangmu begitu saja ? Cih, tidak bermutu sekali." Balas Dea.

Kami pun tertawa dengan kelakuan Jenderal Pan dan Dea yang sama-sama merasa kesal.

"Tidak kusangka kau dan orang-orangmu mampu melawan mereka. Bahkan, sepertinya kalian tidak terluka sedikit pun." Kata perempuan tadi kepadaku.

"Yah, kau terlalu berlebihan memuji kami. Kami tidak sehebat itu sebenarnya. Yah, jika tidak saling bekerja sama, tidak mungkin kami bisa mengalahkan pasukan dengan pertahanan sempurna seperti tadi." Balasku.

"Yah, setidaknya aku berterima kasih atas bantuan kalian. Karena tidak mungkin aku bisa bertahan dari pasukan sebanyak itu."

Aku hanya mengangguk. Aku merasakan bahwa instingku memberikan peringatan kecil. Tetapi, perempuan ini seakan mengenaliku.

"Namaku Mia Namikaze. Kalian bisa memanggilku Mia. Aku berasal dari kelompok Bizarre."

Semua orang terkejut mendengarnya. Termasuk diriku sendiri. Ternyata adikku juga mengikuti Sarah hingga kesini. Ia melepaskan topeng yang ia pakai dan membuat orang terkejut hingga menatap ke arahku secara serempak.

Aku menelan ludah dan menggeleng perlahan. Semua timku telah mengetahui bahwa Mia adalah adikku. Tetapi, Mia tahu bahwa aku sebenarnya tidak mati saat kejadian berdarah waktu itu.

"Maafkan aku, kawan. Aku tidak akan melepaskan topengku ini meskipun kau memaksaku untuk melepaskannya." Kataku dengan nada datar.

Ia menghela napas, terlihat kecewa. Tetapi ia tetap tersenyum ke arahku, meskipun aku tahu itu hanya senyuman sedih yang terlihat sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun