Mohon tunggu...
alfiannur_gufron
alfiannur_gufron Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 6

Hobi : Menulis, membaca, foto dan videografi, basket, mengajar, belajar bahasa baru, dll. Kepribadian : INTP-T Topik konten favorit : Opini, cerpen, jurnalistik, puisi, kalam islami

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sang Elang (Bab 7)

8 Agustus 2023   11:46 Diperbarui: 8 Agustus 2023   11:54 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

                Kami serempak mendongak keatas. Ada seorang perempuan memakai jubah bertudung membawa sebuah senapan runduk. Aku segera mengangguk. Ia melemparkan seutas tali dengan pengait dan ujung tali yang kosong. Mobil van telah bergerak maju menjauhi tempat kami.

                "Cepatlah. Mereka belum menyadari pergerakan van kalian."

                Aku segera mengikat tali pengait itu dan menarik ujung tali agar dapat menapak ke pohon. Dengan cepat, aku dapat sampai ke cabang pohon tempat perempuan itu membidik pasukan misterius. Aku melemparkan lagi kedua tali, yang sudah kulepas, ke bawah.

Raz segera menangkapnya dan mengikat tali pengait. Ia kemudian naik dan sampai di sisi cabang pohon lebih tinggi, yang berlawanan dengan tempatku. Setelah melepasnya, ia pun melemparkannya ke bawah. Tali tersebut ditangkap oleh Jenderal Pan dan memberikannya kepada Dea.

"Percepat gerakan kalian. Mereka sebentar lagi telah siap menyerang."

Dea segera mengikat pengaitnya lalu mulai naik. Saat Dea baru saja sampai di cabang pohon tempat Raz berada, musuh melemparkan beberapa granat asap pada radius 30 meter di dekat kami. Dea dengan cepat melepaskan tali pengait dan melemparkannya pada Jenderal Pan.

TRRRTT ! TRRRTT ! TRRRTT !

Musuh mulai menembaki tempat awal van kami berada. Jenderal Pan yang berada di pertengahan jarak cabang pohon, tiba-tiba melompat ke bawah.

"Hei ! Apa yang ia lakukan ?!" Kata perempuan itu dengan suara tertahan.

Tanpa menjawab pertanyaannya, aku menggulung tali tersebut dan melemparkan pengaitnya ke salah satu cabang pohon yang lebih tinggi di seberang tempatku. Belum sempat perempuan itu bertanya lagi, aku telah terjun ke bawah dengan memegang erat tali itu. Tepat ketika kakiku menepak batang pohon di seberang, asap tersebut telah menutupi tubuhku. Aku segera memanjat pohon itu dan sampai di cabang pohon yang lebih tinggi dari pohon sebelumnya. Jenderal Pan tidak terlihat di bawah, karena asap tersebut telah menyebar di sekitar tempat kami, termasuk cabang pohon tempat Dea, Raz, dan perempuan penolong tadi.

"Justice, Cold Eye masuk." Panggilku melalui alat komunikasi yang kupasang di telinga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun