Mohon tunggu...
alfiannur_gufron
alfiannur_gufron Mohon Tunggu... Guru - Guru di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 6

Hobi : Menulis, membaca, foto dan videografi, basket, mengajar, belajar bahasa baru, dll. Kepribadian : INTP-T Topik konten favorit : Opini, cerpen, jurnalistik, puisi, kalam islami

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Sang Elang

20 Juni 2023   06:30 Diperbarui: 20 Juni 2023   06:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Setelah berhasil menyusup ke dalam pikirannya, aku membuatnya tertidur tanpa mengubah posisi duduknya. Aku mengakses seluruh ingatannya. Nama aslinya bukan Kiken. Ia memiliki nama Sarah dan berasal dari Rusia. Aku cukup terkejut mengetahui hal itu. Lalu aku mencari hubungannya dengan Gevaar, laki-laki yang tadi bersama dengannya. Anumerta dari marga Feng. Tetapi ia lahir di Belanda. Aku segera menyadari keadaan yang terjadi pada Sarah. Kemudian aku membuka mataku, kembali dalam keadaanku sebelumnya.

Aku merasakan deja vu seperti sesaat sebelum terbangun dari pingsanku sebelumnya di markas Clouds. Tapi aku hanya terheran bahwa yang melakukan ini adalah Anumerta yang seorang laki-laki.

"Kuharap, kau tidak membuat gerakan tiba-tiba yang mana bisa membuatmu mati. Kau harus menjawab semua pertanyaanku." Katanya dengan santai. "Pertanyaanku hanya butuh jawaban ya dan tidak. Jadi, jangan coba-coba menjawab selain yang kuinginkan."

Aku mengangguk sambil berhitung situasi. Posisiku yang tidak menguntungkan karena berada di titik buta kedua anggota timku yang ada di ujung kiri dan kananku, membuat kesempatanku untuk menyerang balik berkurang.

"Boleh aku menebak sesuatu tentangmu dan Sarah ?" Tanyaku padanya.

Ujung pistol yang ia todongkan mengendur dan agak menjauh beberapa senti dari kepalaku. Dengan cepat aku melompat ke depan, berpura-pura seakan hampir terjatuh karena di dorong. Kontan, beberapa orang melihat ke arahku, yang membuat Anumerta menyembunyikan pistolnya lagi. Aku segera bergerak ke arah pintu keluar sambil mengirim pesan ke anggota timku agar mengikuti pergerakanku. Baru saja aku membuka pintu, sesuatu yang keras menghantam kepalaku tanpa sempat mengelaknya sedikitpun. Lalu, tiba-tiba sebuah popor senjata menghantam dahiku sekali lagi dan semuanya menjadi benar-benar gelap.

OoOoOoO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun