"Ada 5 orang yang kutemui sesaat aku akan naik tangga menuju lantai 2. 2 orang sedang menuruni tangga. 2 orang lagi menaiki tangga bersamaan dengan kelompokku, laki-laki dan perempuan. 1 orang sisanya adalah petugas seperti yang kau beritahu tadi, seorang laki-laki."
"Kau melalui tangga mana ?"
"Tangga menuju Blok A. Kurasa tangga itu memang tangga khusus jika barusan kuingat."
"Entahlah, Arch. Hanya sekitar 50 orang yang diberi kartu VVIP oleh pemerintah pusat dan 100 orang yang diberi kartu VIP. Mereka yang di lantai dua adalah orang-orang yang memiliki kartu VVIP. Tapi, jika kau mengedarkan pandanganmu ke semua sudut ruangan, ada 7 kursi kosong yang tidak akan terisi sampai acara selesai. Kurasa kau bisa menebaknya."
"Ya, kau benar. ada beberapa kursi yang kosong setelah aku masuk. Tapi, sepertinya hanya ada 6 kursi saja yang kosong."
"Tidak mungkin. Coba kau perhatikan sekali lagi. Mungkin kau melewatkan satu kursi."
"Tidak, Alpha Leader. Aku tidak melewatkan satu pun. 4 kursi yang kosong, secara berurutan ada kanan atau kiri pojok formasi, satu lagi di paling belakang sebelah anggota timku. Dan yang satu terakhir ada di sebelah kiriku."
"Lalu, siapa yang ada di sebelah kananmu ?"
"Seorang perempuan berpakaian jas resmi dengan nama Kiken." Aku menelan ludah saat mengucapkannya. "Arch keluar."
"Hei kau ti-"
Aku memutus sambungan Em secara sepihak. Instingku merasakan ada bahaya yang mengintaiku saat ini. Em berusaha menghubungiku, yang langsung kumatikan alat yang kupakai. Aku memejamkan mata, berusaha mengakses sistem alam bawah sadar perempuan yang duduk di sampingku.