Mohon tunggu...
Alfian fajarlukmansyah
Alfian fajarlukmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

maba'21

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku: Ketika Sejarah Berseragam

16 November 2022   22:37 Diperbarui: 16 November 2022   22:59 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Buku karya Katherin E. McGregor ini merupakan salah satu buku yang baik bagi yang ingin mempelajari sejarah indonesia terutama pada masa orde baru yang menempatkan dan memposisikan militer dalam sejarah indonesia pasca peristiwa gerakan 30 september 1965. Buku ini terdiri dari enam bab, dimana bab I membahas tentang "sejarah dalam pengabdian kepada rezim yang otoriter".

Bab II membahas "nugroho notosusanto dan awal mula pusat sejarah angkatan bersenjata". di bab ini membahas mengenai nugroho notosusanto yang merupakan propagandis rezim orde baru sekaligus menjadi kepala pusat sejarah ABRI (1965-1985) sekaligus menjadi mentri pendidikan. Kemudian bab ini juga membahas dan memusatkan pada pengalaman hidup nugroho sampai pada demokrasi terpimpin.

Bab III, membahas tentang sejarah untuk membela rezim orde baru, hal ini membahas tentang pemberontakan/kudeta tahun 1965 dan dibab ini banyak teori atau dugaan tentang sejauh mana keterlibatan militer dalam peristiwa tersebut, karna setelah peristiwa tersebut pihak militer langsung membuat narasi pengumuman yang memberitahukan peristiwa tersebut pada masyarakat hingga lapisan bawah masyarakat.

Dibab ini juga masih belum diketahui tentang bagaimana peristiwa tersebut terjadi dalam artian ada beberapa teori atau tafsiran mengenai faktor apa yang memicunya, entah dari faktor internal militer yang melibatkan sejumlah pimpinan komunis, kedua kemungkinan terjadi keretakan dalam Partai Komunis Indonesia antara Aidit dengan Njoto sebagai wakil ketua komite sentral PKI. 

Adapun teori lain juga menyebutkan bahwa dugaan Presiden Soekarno atau Mayjen Soeharto lah dalang utama dibalik peristiwa tersebut. 

Yang terpenting adalah setelah peristiwa gerakan 30 september, TNI AD langsung mengumumkan bahwa gerakan tersebut merupakan upaya atau usaha kudeta oleh Partai Komunis Indoneisa dan segera menguasai cerita versi mereka hingga sampai ke masyarakat. Publikasi pengumuman dari pihak komunis atau orang -- orang kiri dengan cepat langsung dibungkam sehingga muncullah surat kabar yang pro terhadap angkatan darat.

Tujuan dari propaganda dan pembungkaman terhadap kaum kiri adalah untuk menggiring opini masyarakat sehingga banyak yang pro terhadap AD dan sehingga Presiden Soekarno tidak lagi memiliki sekutu utamanya. 

Akibat dari propaganda ini, muncul ketegangan yang dimunculkan oleh AD dan membuat Presiden Soekarno terkejut dengan tindakan tersebut dengan menyebarkan cerita tentang penyiksaan terhadap perwira yang dibunuh dengan cerita bahwa terjadi penyiksaan terlebih dahulu sebelum dibunuh, pers merupakan salah satu tempat yang digunakan militer untuk melakukan percobaan menguasai, mereplika, dan membuat pembelaan versi mereka sendiri.

Bab IV, membahas tentang Mengkonsolidasi Kesatuan Militer, dibab ini membahas tentang perpecahan di tubuh internal militer pada awal mula orde baru yang sudah terjadi beberapa kali semenjak pasca perang revolusi. 

Penyebab utama dari perpecahan pasca revolusi adalah konflik antara generasi KNIL dengan generasi PETA, dimana kenaikan pangkat lebih condong ke generasI tua atau perwira yang dilatih oleh belanda sehingga membuat memanaskan hubungan dengan generasi muda yang dilatih oleh jepang. Konflik ini memicu perselisihan pendapat ditubuh militer dan antara militer dengan parlemen sehingga konflik memuncak pada tanggal 17 oktober 1952. 

Hal ini membuat melemahnya kekuatan militer pada saat -- saat menjelang berakhirnya demokrasi terpimpin faksionalisme ini. Didalam tubuh militer sendiri terjadi perpecahan dengan didirakannya museum dan pusat sejarahnya sendiri sehingga membuat makin lemahnya militer dan masing masing angkatan berupaya untuk saling menunjukan kesetiannya terhadap pemerintahan. 

Terbelahnya didalam tubuh militer membuat semakin tajam dengan adanya keterlibatan dengan upaya kudeta atau gerakan 30 september 1965.

 Anggota militer yang secara terang terangan mendukung gerakan 30 september antara lain, Angkatan Darat khususnya Divisi Diponegoro Jawa tengah, kemudian Angkatan Udara termasuk juga panglima angkatan udara Oemar Dhani yang secara terbuka mendukung gerakan tersebut dan kemudian disingkirkan dari militer beserta orang yang mendukungnya.

Bab V, membahas tentang Mempromosikan Militer dan Dwifungsi Kepada Masyarakat Sipil. Bagi rezim orde baru, buku teks sejarah merupakan salah satu alat yang digunakan untuk melegitimasikan ideologi negara dan sejarah tentang pemberontakan 30 september 1965 serta menjelaskan tentang mekanisme otoritarian. 

Bagi orde baru yang merupakan rezim dimiliterisasi, buku teks sejarah merupakan alat yang bagus dan baik untuk mempromosikan pentingnya peran politik militer kepada masyarakat sipil. 

Dalam seminar angkatan darat 1972, memberikan instruksi kepada militer untuk membuat dan mengedarkan versi mereka sendiri terhadap masyarakat sipil dengan melalui film, memoar, museum, monumen, dan buku pelajaran sejarah. Sasaran dari proyek itu adalah generasi muda agar menghargai tentang perjuangan generasi 1945 yang mendominasi posisi posisi pemimpin senior dalam rezim.

 Dalam proyek ini, militer fokus pada generasi 1945 sebagai pahlawan dan pemimpin perjuangan pada perang revolusi 1945-1949 dan mempromosikan nilai -- nilai militeristik, salah satu proyek tersebut yang disusun adalah  adalah Sejarah Nasional Indonesia, tidak hanya bertujuan untuk membuat baik orang -- orang militer seperti Jendral Soedirman dan Presiden Soeharto, tetapi juga berupaya menghapuskan dan mengurangi pengaruh -- pengaruh pemimpin nasionalis seperti Presiden Soekarno dalam masyarakat sipil.

Lalu di bab VI, membahas tentang Menetapkan Tradisi Kemiliteran dan Musuh -- Musuh Negara. Pembahasan bab VI membahas tentang kaum militer yang berpolitik yang berusaha mencari sumber sejarah dari masa lalu sehingga memudahkan kaum militer untuk melegitimasi versi mereka. 

Seorang politikus militer juga mampu menggeser fokus perhatiannya dari satu generasi pemimpim militer ke generasi pemimpin lainnya. Kaum militer yang berpolitik juga mamu membuktikan adanya kebutuhan dan keberlanjutan peran militer di masa yang akan datang dengan mengingatkan publik dengan bahaya ancaman yang akan dihadapi negara dengan memberikan bukti dari masa lalu dan diperingatkan dari sekarang akan bahaya tersebut.

Buku ini begitu bagus untuk dipelajari  mengenai peran militer dalam sejarah di masa orde baru. Sehingga kita bisa melihat dan merasakan situasi, kondisi, dan tindakan yang dilakukan militer di rezim tersebut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun