Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sekelumit Cerita tentang Berolahraga dan Manfaatnya

22 Agustus 2022   16:07 Diperbarui: 24 Agustus 2022   17:30 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bersepeda statis. Gambar: today.com via kompas

"Kamu kok keliatan kurus banget sekarang?" Celetuk seorang kolega di kantor. Kami berbeda departemen, sehingga memang tidak sering saling jumpa.

"Saya olahraga pak," respon saya. Dalam hati sesungguhnya saya juga tak menyangka kalau perubahan tubuh saya begitu drastis dimata orang lain.

"Ah, masak sih? Tapi enggak pernah sakit kan?" Tanyanya kali ini dengan nada kuatir. Wajar sih memang ketika orang berpikir bahwa penurunan berat badan yang cukup drastis itu diakibatkan karena menderita suatu penyakit.

Tapi tenang sob, saya tidak sakit. Serius, berat badan saya turun hanya karena berolahraga rutin selama 3 bulan terakhir! Ya, olahraga. 

Justru sebaliknya, saya tidak pernah sakit selama 3 bulan ini sekalipun itu hanya penyakit ringan seperti masuk angin.

Ini cerita saya...

Saya harus mengakui bahwa sebelumnya saya ini sudah lama sekali tidak pernah berolahraga. Bukan sebulan atau dua bulan, bertahun-tahun! Sampai badan overwieght, sempat mencapai 76 kilo (ideal 63 kilo). Padahal dari kecil saya adalah orang yang tidak pernah gemuk. 

Sebelum menikah saja berat badan saya maksimal hanya 58 kg. Bayangkan bagaimana perasaan saya naik bb hampir 20 kilo. Dengan usia saya sudah menginjak di atas 30 tahun, saya merasa fisik saya sudah mulai menurun. 

Mulai gampang kehilangan nafas setelah melakukan kegiatan berat, gampang kram tidak hanya pada kaki tetapi juga pinggang, juga cepat sekali kerasa kesemutan. Nah, pengalaman ini jujur membuat saya agak takut. 

Apalagi hasil medical check up juga tidak terlalu baik dengan adanya indikasi asam urat dan pre diabetes. 

Kekawatiran itu semakin membayangi mengingat saya adalah keturunan diabetes. Ibu saya meninggal akibat penyakit ini. Kemudian juga penyakit jantung membayangi mengingat bapak saya juga memiliki riwayat penyakit ini.

Semua itu membuat saya terdorong untuk segera menyudahi "aksi" males gerak saya. Saya harus berubah! Begitu yang sering saya katakan pada diri saya sendiri. Tetapi sayangnya tekad tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan.

Awalnya saya memilih untuk olahraga ringan dengan jogging. Bangun pagi tiap jam setengah 5 pagi kemudian berkeliling komplek. 

Awalnya rutinitas ini bisa saya kerjakan dengan konsekuen. Tetapi lama-lama kemalasan kembali melanda. 

Rasanya berat sekali olahraga setiap pagi buta. Maka seketika itu pun rutinitas itu perlahan mulai lenyap. 

Saya kemudian menyadari betapa sulitnya menjaga konsistensi untuk mendisiplinkan diri sendiri. Adakah dari kamu yang sama dengan saya? 

Menjelang lebaran tahun 2022 yang lalu, saya terinspirasi ketika melihat sepeda statis. 

Menurut saya, bersepeda itu adalah olahraga yang fun. Harapannya dengan kegiatan yang asyik membuat saya terus bersemangat untuk memacu semangat untuk terus konsisten. 

Sebenarnya cukup tertarik untuk gowes. Tetapi lingkungan perkotaan yang macet dan polusi menyurutkan niat saya untuk gowes. Saya memutuskan untuk membeli sepeda statis. 

Ilustrasi bersepeda statis. Gambar: today.com via kompas
Ilustrasi bersepeda statis. Gambar: today.com via kompas

Pertimbangan saya membeli sepeda statis adalah:

1. Waktunya lebih fleksibel bisa dipakai kapanpun mengingat kesibukan saya.

2. Tidak terikat dengan cuaca, hujan panas tetap bisa berolahraga.

3. Gerakannya lebih konsisten daripada gowes sehingga kalori yang dibakar cukup banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat. Seperti tertera dalam flyer, "Hanya 20 menit (bersepeda statis) setara olahraga 1 jam". 

Ini mirip dengan kutipan artikel kompas.com bahwa latihan intens berupa bersepeda secepat mungkin selama 1 menit, atau berlari secepat mungkin selama 1 menit saja, dapat memberikan manfaat layaknya 45 menit berolahraga ringan. (Judul artikel: Hanya 10 menit, tapi manfaatnya sama dengan olahraga 45 menit)

Akhirnya saya pun membeli sepeda statis secara daring lebih dari 3 bulan yang lalu. Selama lebih dari 3 bulan itu pula saya tidak pernah melewatkan satu hari pun untuk berolahraga kecuali jika sedang keluar kota. 

Sajian musik melalui headset menemani saya mengayuh sepeda. Itu menyenangkan. Saya pikir keasyikan inilah yang kemudian membantu saya untuk konsisten.

Tahukah kamu berapa kilo berat badan saya turun? 11 kilo dalam 3 bulan. No diet. Hanya mengayuh sepeda statis 35-45 menit setiap harinya. Makan pun saya normal 3 kali sehari dengan porsi yang tidak berubah dari sebelumnya. Dan dalam tiga bulan itu tidak sekalipun badan saya drop sekalipun hanya masuk angin. So, jelaslah bahwa berat badan saya turun bukan karena sakit.

Saya sendiri tidak mengira penurunannya bisa secepat itu. Awal-awal pada bulan pertama seolah tidak ada hasilnya. Malah berat badan kadang naik. Tetapi bulan kedua dan ketiga barulah terasa penurunan yang menurut saya cukup cepat.

Tetapi intinya bukan pada penurunan berat badan. Melainkan bahwa saya senang karena dengan berolahraga itu saya jadi sehat. Sehat itulah yang utama. Penurunan berat badan serta bentuk tubuh yang ideal itu hanyalah bonus karena secara otomatis menjadi efek dominonya

Lalu apa saja dampaknya?

Selain berat badan turun menjadi ideal, tes asam urat dan gula darah pun normal. Saya merasa tubuh saya lebih bugar, tidak gampang loyo. Konsentrasi meningkat. Tak pernah lagi saya merasakan kram pada kaki dan nyeri pinggang. Demi kesehatan. Itulah yang utama dan terutama alasan saya berolahraga. Bukan demi membentuk tubuh. 

Saya rasa ketika sudah menginjak usia 30 ke atas, orang sudah harus mulai memperhatikan kesehatannya. Karena kita merasa muda, merasa kuat dan bertenaga sehingga kita mungkin tidak menyadari bahwa ternyata fisik sudah mulai melemah bila tidak diimbangi dengan aktivitas yang produktif.

Maka dari itu saya ingin membagikan sedikit tip untuk meningkatkan motivasi dan konsistensi untuk berolahraga.

1. Olahraga itu supaya sehat

Jangan memiliki motivasi olahraga itu untuk membentuk tubuh. Memang benar tubuhmu akan lebih ideal. Tapi bukan itu tujuan utamanya. Alasan utama berolahraga adalah supaya sehat. 

Bentuk tubuh yang baik adalah efek domino. Motivasi yang demikian akan membuat pemikiran kita bahwa olahraga adalah kebutuhan. Sama halnya makan dan minum.

2. Pilihlah olahraga yang menurutmu fun

Tidak semua orang suka bersepeda statis seperti saya. Silakan pilih olahraga apapun yang menurutmu menyenangkan. 

Bulutangkis, futsal, voli, jogging, karate, atau apapun itu. Jika Anda melakukannya dengan senang, niscaya konsistensi akan lebih mudah tercapai.

3. Kamu menyayangi orang tercinta dengan kesehatanmu

Selalu terpikir dalam benak saya bahwa saya ingin sehat demi buah hati saya. 

Saya ingin menemaninya sampai ia dewasa. Itu semua hanya dapat terjadi jika saya sehat. Itulah motor penggerak saya saat ini.

4. Jangan terlalu berorientasi pada hasil akhir

Kebanyakan orang berhenti karena kecewa usahanya seolah tidak berhasil. Sudah jalan olahraga 1-2 minggu berat badan tidak turun justru malah naik. Tetapi mari percaya pada sebuah filosofi sederhana bahwa usaha tidak akan menghianati hasil. Tentang hal ini saya tidak bisa menyajikan teorinya. Saya hanya berbicara melalui pengalaman pribadi.

5. Mulai dari target yang sederhana

Tak perlu muluk-muluk saat akan memulai. Seperti contohnya terkait waktu berolahraga. Tidak masalah 15 menit per hari asalkan konsisten. Daripada memasang target 1 jam namun kemudian berhenti di tengah jalan.

Mari jadikan olahraga sebagai sebuah kebutuhan. Seperti halnya makan dan minum. Benar selama ini yang digembar-gemborkan pemerintah, mari budayakan olahraga. Ketika sudah menjadi budaya maka akan melekat dalam diri dan dengan sendirinya akan berjalan.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun