Kekawatiran itu semakin membayangi mengingat saya adalah keturunan diabetes. Ibu saya meninggal akibat penyakit ini. Kemudian juga penyakit jantung membayangi mengingat bapak saya juga memiliki riwayat penyakit ini.
Semua itu membuat saya terdorong untuk segera menyudahi "aksi" males gerak saya. Saya harus berubah! Begitu yang sering saya katakan pada diri saya sendiri. Tetapi sayangnya tekad tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan.
Awalnya saya memilih untuk olahraga ringan dengan jogging. Bangun pagi tiap jam setengah 5 pagi kemudian berkeliling komplek.Â
Awalnya rutinitas ini bisa saya kerjakan dengan konsekuen. Tetapi lama-lama kemalasan kembali melanda.Â
Rasanya berat sekali olahraga setiap pagi buta. Maka seketika itu pun rutinitas itu perlahan mulai lenyap.Â
Saya kemudian menyadari betapa sulitnya menjaga konsistensi untuk mendisiplinkan diri sendiri. Adakah dari kamu yang sama dengan saya?Â
Menjelang lebaran tahun 2022 yang lalu, saya terinspirasi ketika melihat sepeda statis.Â
Menurut saya, bersepeda itu adalah olahraga yang fun. Harapannya dengan kegiatan yang asyik membuat saya terus bersemangat untuk memacu semangat untuk terus konsisten.Â
Sebenarnya cukup tertarik untuk gowes. Tetapi lingkungan perkotaan yang macet dan polusi menyurutkan niat saya untuk gowes. Saya memutuskan untuk membeli sepeda statis.Â
Pertimbangan saya membeli sepeda statis adalah: