Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengajarkan Anak untuk Menerima Kekalahan

19 Agustus 2022   14:44 Diperbarui: 20 Agustus 2022   09:18 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlombaan anak memperingati HUT RI. | Gambar: dok Adi via kompas.com

17 Agustus selalu lekat dengan aneka lomba dalam rangka memperingati Kemerdekaan. Tak terkecuali sekolah TK di mana anak kami, Ellora bersekolah. 

Tanggal 18 Agustus kemarin para guru memutuskan untuk meniadakan pelajaran dan menggantinya dengan acara lomba. 

Kami selaku orang tua murid pun sangat antusias dengan kegiatan tersebut. 

Menurut kami, lomba-lomba anak itu sangat perlu untuk diadakan sebagai sarana untuk mengolah kreativitas serta mengasah mental anak. 

Selain itu, tentu saja untuk memupuk keakraban dalam lingkungan pembelajaran. Dan tidak ketinggalan pula untuk menanamkan rasa nasionalisme.

Tetapi Ellora seperti menahan langkah untuk maju ketika tiba gilirannya untuk lomba. Lombanya simpel, yaitu memindahkan air menggunakan spon. Itu game untuk anak usia 3-4 tahun.

"Ayo dedek maju," kata saya.

 Ia hanya diam, tidak mau maju. Seperti ada beban puluhan kilo tergantung dikakinya. 

Awalnya saya pikir ia malu. Tetapi setelah berkali-kali saya dorong, ia kemudian berbisik, "Dedek takut kalah..."

Ealahh...

Setelah saya dan para guru meyakinkannya, akhirnya ia bersedia maju. Hasilnya ia kalah. Ia hanya sampai di babak penyisihan dengan finish di urutan ke-4. 

Tetapi para guru menghiburnya dengan mengatakan bahwa anak kami juara 4. Oleh karenanya Ellora berseloroh dengan bangga pada orang-orang yang ia jumpai, "Aku juara 4 lho!"

Kami orang tua tentu tidak masalah dengan raihan ellora. Kami sudah sangat senang ia berani maju mengikuti keseruan lomba bersama teman-teman dan guru.

Tingginya keinginan untuk selalu menang pada anak-anak

Anak kecil memiliki rasa ingin selalu menang yang besar. Tentu sering kita jumpai anak-anak bertengkar karena tidak ada yang mau mengalah. 

Dalam banyak kesempatan kita melihat anak-anak bertengkar karena memperebutkan mainan, tidak terima kalah dalam suatu permainan, atau ingin menjadi yang nomor satu. Begitulah lika-liku anak dengan dunianya yang unik.

Seperti halnya anak-anak lain, anak kami Ellora pun demikian. Ia bukanlah anak yang pemalu. Ia anak periang yang sering menumbuhkan tawa bagi orang-orang yang berinteraksi dengannya. 

Tetapi entah sejak kapan ia mengerti arti menang dan kalah. Tiba-tiba saja ketika dalam sebuah perlombaan ia kalah, ia menjadi sedih. Ia menjadi anak yang ingin selalu menang sehingga takut menghadapi kekalahan.

Ambisi, keyakinan, dan semangat ingin menang itu tentu saja bagus. Berangkat dari keyakinan akan membangkitkan motivasi dan daya juang seseorang. Tetapi jangan lupa, bahwa dalam gelanggang kehidupan, tidak selalu orang akan berhasil. Dalam sebuah perlombaan tentulah kalah dan menang itu hal yang sangat wajar.

Karenanya setiap Ellora akan mengikuti lomba, kami sebagai orang tuanya selalu menyemangatinya dengan berkata, "Nanti lombanya yang semangat ya sayang! Kalau kalah gakpapa yang penting dedek sudah berani maju". 

Dengan nada gemasnya setiap kali ia akan berlomba ia akan berkata, "Besok dedek lomba kalau kalah gak papa kan yah."

Bagaimana mengajarkan anak menerima kekalahan?

1. Mari ajarkan semangat sportivitas

Sportivitas adalah mengakui kemenangan lawan. Sportivitas menjunjung tinggi persahabatan. Sehingga pertandingan tidak akan membuatnya tercerai-berai, saling mencemooh, dan ujung-ujungnya menimbulkan pertikaian.

2. Mari berikan apresiasi kepada anak

Orang tua merupakan motivator utama anak. Orang tua juga merupakan teladan bagi anak. Apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orang tua mempengaruhi pandangan anaknya. Sehingga jangan menyurutkan semangat anak dengan memarahi ketika ia gagal. 

Sebaliknya mari berikan apresiasi karena anak sudah berusaha. Harapannya dengan apresiasi tersebut akan membangkitkan motivasi anak untuk berusaha lebih keras ke depannya.

3. Ceritakan contoh-contoh bentuk sportivitas

Ada banyak contoh-contoh sportivitas yang dapat digunakan untuk menginspirasi anak, baik melalui media internet maupun hal-hal kecil di sekitar kita. 

Saya berpikir anak-anak akan lebih mudah diajarkan dengan contoh-contoh penerapan praktis. Hal-hal yang terlalu teoritis tidak terlalu menarik bagi anak-anak.

4. Memberikan pemahaman tentang arti kekalahan

Kekalahan rawan akan menimbulkan rasa inferior pada anak. Anak mungkin akan merasa rendah diri sehingga tidak percaya pada kemampuannya sendiri. Ini akan sangat mempengaruhi mentalitas sang anak. 

Oleh karenanya, mari terus berikan semangat pada anak-anak kita. Mari berikan pengertian sampai tertanam pemahaman dalam benaknya bahwa dalam setiap pertandingan kalah menang itu biasa.

5. Ajarkan evaluasi diri dan memiliki sikap positif

Ketika anak kalah bertanding, mari ajarkan cara mengevaluasi diri. Apa yang kurang dalam diri dan perlu dibenahi pada pertandingan selanjutnya sehingga ia bisa tampil lebih baik pada perlombaan selanjutnya. Penting untuk selalu memiliki sikap positif sejak kecil.

Adalah tugas orang tua dalam rangka memperhatikan dan mendukung tumbuh kembang anak. Anak-anak merupakan investasi, dalam artian bahwa pengalamannya dimasa kecil akan menentukan jadi pribadi yang bagaimana kelak jika ia sudah dewasa.

Sportivitas itu penting diajarkan pada anak sejak dini, karena dalam kehidupan itu tidak selamanya berhasil. 

Adakalanya orang mengalami kegagalan. Wajar bila kecewa, namun kekecewaan itu tidak boleh membenamkannya dalam keterpurukan. Ia harus bangkit lagi.

Mumpung masih dalam momen peringatan kemerdekaan yang masih ramai dengan event lomba-lomba antar RT/RW/kampung, saya mengingatkan pada semua orang tua yang memiliki anak-anak kecil: Mari jaga anak-anak generasi bangsa yang dititipkan kepada kita para orang tua. Lingkupi anak dengan mentalitas sportif dan sikap yang positif sejak dini.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun