Setelah saya dan para guru meyakinkannya, akhirnya ia bersedia maju. Hasilnya ia kalah. Ia hanya sampai di babak penyisihan dengan finish di urutan ke-4.Â
Tetapi para guru menghiburnya dengan mengatakan bahwa anak kami juara 4. Oleh karenanya Ellora berseloroh dengan bangga pada orang-orang yang ia jumpai, "Aku juara 4 lho!"
Kami orang tua tentu tidak masalah dengan raihan ellora. Kami sudah sangat senang ia berani maju mengikuti keseruan lomba bersama teman-teman dan guru.
Tingginya keinginan untuk selalu menang pada anak-anak
Anak kecil memiliki rasa ingin selalu menang yang besar. Tentu sering kita jumpai anak-anak bertengkar karena tidak ada yang mau mengalah.Â
Dalam banyak kesempatan kita melihat anak-anak bertengkar karena memperebutkan mainan, tidak terima kalah dalam suatu permainan, atau ingin menjadi yang nomor satu. Begitulah lika-liku anak dengan dunianya yang unik.
Seperti halnya anak-anak lain, anak kami Ellora pun demikian. Ia bukanlah anak yang pemalu. Ia anak periang yang sering menumbuhkan tawa bagi orang-orang yang berinteraksi dengannya.Â
Tetapi entah sejak kapan ia mengerti arti menang dan kalah. Tiba-tiba saja ketika dalam sebuah perlombaan ia kalah, ia menjadi sedih. Ia menjadi anak yang ingin selalu menang sehingga takut menghadapi kekalahan.
Ambisi, keyakinan, dan semangat ingin menang itu tentu saja bagus. Berangkat dari keyakinan akan membangkitkan motivasi dan daya juang seseorang. Tetapi jangan lupa, bahwa dalam gelanggang kehidupan, tidak selalu orang akan berhasil. Dalam sebuah perlombaan tentulah kalah dan menang itu hal yang sangat wajar.
Karenanya setiap Ellora akan mengikuti lomba, kami sebagai orang tuanya selalu menyemangatinya dengan berkata, "Nanti lombanya yang semangat ya sayang! Kalau kalah gakpapa yang penting dedek sudah berani maju".Â
Dengan nada gemasnya setiap kali ia akan berlomba ia akan berkata, "Besok dedek lomba kalau kalah gak papa kan yah."