Tak hanya pendengar garis keras, saya pun mengumpulkan semua kaset-kaset mereka. Saya ingat dulu harga kaset untuk kaset-kaset Indonesia untuk penyanyi populer itu dijual dengan harga 16.000 hingga 17.000 rupiah per kaset. Untuk penyanyi luar negeri antara 23.000 hingga 24.000 per keping kaset. Masalahnya, uang saku sekolah saya itu cuma 2.000 perak.Â
Jadi bagaimana caranya bisa membeli kaset-kaset itu? Ya dengan puasa jajan, hahaha. Puasanya seminggu dua minggulah. Itu pun masih tak cukup, harus patungan dulu sama saudari semata wayang saya.Â
Kalau mau ikut dengerin ya kasih iuran, wkwkwk. Jadi kalau sudah tahu kasetnya akan di-launching, sejak jauh-jauh hari kami sudah menabung dulu. Makanya kami tak pernah ketinggalan setiap ada rilis kaset terbaru.
Saya jadi berpikir bahwa ada manfaatnya juga dulu rela tak jajan untuk beli kaset sendiri.
Pertama, belajar kemandirian. Kalau punya keinginan ya berusaha. Bukan serta-merta minta pada orang tua.
Kedua, belajar keprihatinan untuk mencapai tujuan. Dengan tak jajan berarti prihatin untuk mencapai tujuan.
Ketiga, ada kebanggaan tersendiri ketika tujuan tercapai dengan usaha sendiri. Untuk ukuran anak SMP yang uang sakunya hanya 2.000 perak (dipotong 1.000 untuk ongkos naik bus), bisa beli kaset 24.000 itu senangnya bukan main. Tambah senang karena bisa mendengarkan lagu-lagu penyanyi favorit.
Kaset pita, sekarang sudah menjadi nostalgia bagi para penikmat musik pada zamannya. Terganti dengan teknologi gawai serta perangkat canggih lainnya, namun memorinya akan terus diingat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H